Kalau Asli Tapi Masih Dipertanyakan: Ijazah Jokowi dan Siasat Publik Tanpa Batas
Di negeri yang gemar menanam curiga, keaslian pun tak cukup. Bahkan ijazah seorang Presiden bisa digugat, seakan bangsa ini lebih mempercayai bisik-bisik ketimbang bukti resmi.
Kampus Universitas Gadjah Mada(UGM), institusi pendidikan tinggi yang teruji waktu, sudah menyatakan dengan tegas: ijazah Joko Widodo itu asli. Tapi sebagian publik—atau lebih tepatnya, sekelompok pemilik kepentingan politik—memilih untuk tetap mengibarkan bendera keraguan.
Inilah zaman ketika kebenaran tidak ditentukan oleh fakta, melainkan oleh viralitas. Di balik dalih “transparansi” dan “hak publik mengetahui”, tersimpan siasat untuk meragukan legitimasi, memperlemah kepercayaan, dan menggoreng isu demi kekuasaan.
Jika ijazah bisa dipalsukan oleh imajinasi kolektif, lalu apalagi yang tersisa dari kepercayaan publik?
Tentu saja, pertanyaan tentang keaslian harus dijawab secara terbuka. Tapi bila sudah ada data, klarifikasi, dan pengakuan dari lembaga resmi, lalu isu terus digulirkan, itu bukan lagi pencarian kebenaran, tapi persekongkolan dengan ilusi. Mungkin memang kita sudah masuk era baru: asli pun harus membuktikan dirinya lebih dari sekali, sementara yang palsu bebas bersilat lidah. Dan di tengah kebisingan itu, rakyat terus menunggu: siasat apa lagi? (JBS)