—- Sutoyo Abadi : 08.03.2025
Gejolak politik dalam negeri yang menuntut Prabowo menangkap dan mengadili Jokowi, hentikan kejahatan oligarki, justru mendapatkan perlindungan dari Presiden dengan terbuka dan telanjang menunjukkan sikap takzim berlebihan ke Jokowi dan mengajak oligarki bercengkrama di istana.
Itu sebenarnya kebijakan fatal karena Prabowo akan terseret terbawa arus menjadikan Indonesia yang sudah gelap menjadi tambah gelap, melanjutkan kegelapan yang diciptakan oleh Jokowi dan oligarki.
Sehebat apapun strategi Prabowo, bisa lupa bahwa tidak semua manusia bisa dijadikan budak, dibeli dan dibujuk seperti para buzzer dan begundal Jokowi dan oligarki.
Diawal naik tahta sebagai presiden dengan segala kelemahan prosesnya rakyat sudah memaklumi. Bahkan siap bersama Presiden untuk menegakkan keadilan dan memperbaiki Indonesia yang sudah retak.
Prabowo harus di ingatkan bahwa semua telah patah, ambrol dan rontok akibat kebijakan melindungi Jokowi dan oligarki, jelas melukai dan menyakiti hati rakyat. Usaha Prabowo untuk menarik kembali hati rakyat yang sudah terluka dan terzalimi akan sia-sia
Prabowo tidak akan bisa memulihkan, memperbaiki, meyakinkan rakyat kembali utuh karena langkahnya yang keliru mendukung kejahatan dan kezaliman yang tidak dapat dibenarkan dengan nilai dan norma mana pun.
Strategi apa pun yang akan digunakan bahkan strategi paling canggih sekalipun yang turun dari langit, tidak akan berhasil karena kesalahan terbesarnya secara telanjang telah menunjukkan diri menjadi pelindung kejahatan Jokowi dan oligarki.
Prabowo seharusnya hati-hati, sinyalnya terperosok karena langkahnya di luar kewajaran, keadilan, dan nilai-nilai kemanusiaan.
Prabowo bisa tergelincir karena tidak cermat membaca psikologi massa yang sedang marah. Demo “Indonesia Gelap“ baru permulaan. Akan ada perlawanan lebih besar dan dahsyat, bahkan mungkin revolusi, untuk merebut keadilan yang telah dicabik-cabik oleh Jokowi dan oligarki.(*)