KEPATUTAN atau kepantasan prilaku dan ucapan itu jamak berlaku. Menjaga adab dalam pergaulan sosial. Apalagi bagi orang di lingkaran kekuasaan negara.
Tak perlu berlama-lama dan berlarut-larut, Gus Miftah sudah cukup syarat untuk digusur. Mundur, deh! Lebih baik mundur dengan sukarela, daripada dimundurkan. Demi hadirnya standar kualifikasi dalam pemerintahan Prabowo.
Gus Miftah dikenal sebagai pedawah. Dalam perjalanannya, tak kurang tampilan nyeleneh yang cenderung arogan dan ember. Puncaknya, mengolok pedagang es teh di lokasi pengajian. Justru dilakukan, saat dia menyampaikan materi tabligh Akbar di Magelang, 20 November lalu.
Koq bisanya menyela dengan melecehkan pedagang asongan bernama Sunhaji?! Bahkan dengan kata tak pantas. Kata menghinakan yang (tak terduga) keluar dari mulut sekaliber pedawah. Kaliber yang kadung keblinger. Kadung viral pula, yang menuntut sanksi. Ya, tadi — mundur atau dimundurkan.
Andai tak juga jatuh sanksi, justru berpotensi “duri dalam daging”. Gus Miftah dalam posisi jabatan Urusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama & Pembinaan Sarana Keagamaan, kiranya tak sekadar terpeleset lidah. Sudah begitu watak dan perangainya. Selebihnya atau kebalikan dari itu, cenderung palsu dan kepalsuan.
Alih-alih harapan kinerjanya dalam bidang tugas yang bertajuk agamis itu, kiranya tak perlu berpanjang mengurai bahasan. Capek, deh!
– imam wahyudi (iW)
