Home Bandung DAKWAH MASYUMI TIDAK GAGAL, TAPI JUSTRU BERKEMBANG PESAT

DAKWAH MASYUMI TIDAK GAGAL, TAPI JUSTRU BERKEMBANG PESAT

261
0

DAKWAH MASYUMI TIDAK GAGAL, TAPI JUSTRU BERKEMBANG PESAT

Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

Tidak benar dakwah Masyumi di Indonesia gagal.
Tapi, dakwah Masyumi justru berkembang pesat di Indonesia.
Ini bisa dilihat dari sejarah dan tujuan didirikannya Masyumi.

Masyumi adalah organisasi dakwah yang meliputi banyak aspek kehidupan.
Bukan hanya aspek politik kepartaian.

Awal sejarah Masyumi bisa kita lihat pembentukan Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI), tahun 1937.
MIAI menghimpun lebih dari 20 organisasi Islam di Indonesia yang memiliki tujuan antara lain :
“untuk membicarakan dan memutuskan soal-soal yang dipandang penting bagi kemaslahatan umat dan agama Islam, yang keputusannya itu harus dipegang teguh dan dilakukan bersama-sama oleh segenap perhimpunan-perhimpunan yang menjadi anggotanya … ”.

Tahun 1942, menyusul kedatangan Jepang, MIAI berubah menjadi Masyumi. Pemimpin tertingginya tetap KH Hasyim Asy’ari. Dalam Anggaran Dasarnya, Masyumi menetapkan tujuan :
“Terlaksananya ajaran dan hukum Islam di dalam kehidupan orang seorang, masyarakat, dan negara Republik Indonesia, menuju keridhaan ilahi.

Silakan kita renungkan secara mendalam tujuan Masyumi tersebut.
Lalu, simaklah perkembangan dakwah Islam di Indonesia saat ini.
Jadi, tujuan Masyumi bukan hanya terlaksananya hukum Islam, tapi mencakup seluruh ajaran Islam.

Itu artinya, mencakup juga aspek pendidikan, ekonomi, sosial, budaya dan sebagainya.

Hebatnya, Masyumi mencita-citakan pelaksanaan ajaran dan hukum Islam itu dimulai dari kehidupan setiap individu muslim, lalu masyarakat, dan berikutnya dalam kehidupan negara Republik Indonesia.

Terakhir, tujuan itu dikunci dengan kata-kata :
“menuju keridhaan Ilahi !”

Sungguh, itu rumusan yang luar biasa.
Dan itulah sebenarnya tujuan dakwah Islam yang mencakup seluruh aspek kehidupan.
Karena itu, jika menilai keberhasilan atau kegagalan Masyumi, jangan hanya melihat dari satu aspek kehidupan saja.
Misalnya, hanya aspek politik kepartaian.

Memang, dalam politik kepartaian, Masyumi mengalami penurunan perolehan suara di parlemen.
Partai Masyumi – bersama NU, PSII, dan Perti – dalam Pemilu tahun 1955 meraih sekitar 44 persen suara.
Setelah itu, perolehan suara partai Islam – partai yang berasas Islam — terus mengalami penurunan, mulai pemilu tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 2004, 2009, 2014, 2019, dan 2024.

Tahun 1945, Masyumi disepakati sebagai Partai Politik Islam satu-satunya yang menjadi penyalur aspirasi perjuangan umat Islam Indonesia.
Meskipun NU keluar dari Masyumi, tahun 1954, tetapi di Majelis Konstituante, suara partai-partai Islam memiliki aspirasi yang sama tentang dasar negara.

Tahun 1960, Masyumi membubarkan diri. Tahun 1967, pemerintah Orde Baru menolak menghidupkan kembali Partai Masyumi.
Maka, para tokoh utama Masyumi bermusyawarah di Masjid Munawarah Jakarta, dan pada 26 Februari 1967, mereka membentuk Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (Dewan Da’wah).

**

30 Agustus 2024

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.