JABARSATU.COM– Mundurnya Airlangga Hartarto dari kursi Golkar disebut Tokoh reformasi Prof Amien Rais sudah diendus Luhut Binsar Pandjaitan dan diamini Aburizal Bakrie. Luhut yang pernah menjadi mentor politiknya Jokowi, menegaskan jadwal munas harus dijalankan.
Terkait hal tersebut, pengamat Geo-politik yang juga merupakan wartawan senior beri tanggapan.
“Dari uraian mas Amien sebagai lawan tanding permainan bridge Airlangga, mitra main Airlangga sedang diberitahu kalau Airlangga sebenarnya pegang kartu kartu bagus,” kata Hendrajit kepada Jakartasatu.com saat dihubungi, Selasa 13/8/2024.
“Menganalisis beda dengan membuat perhitungan. Dalam kasus Golkar, kerangka analisa haruslah ditujukan menganalisis para aktor aktor kunci Golkar dalam membuat perhitungan,” imbuhnya.
Menelaah dinamika Golkar pasca Airlangga harus jeli membaca motif motif yang berbeda beda namun akhirnya tumpang tindih yang akhirnya jadi bahan bakar timbulnya peristiwa pengunduran diri Airlangga.
“Yang jadi kerangka penyelidikan apa yang sesungguhnya terjadi di Golkar, harus dengan pola dan logika permainan bridge, bukannya permainan catur. Juga terlalu sederhana ketika permainan dam das jadi kerangka penyelidikan,” kata Hendrajit
Menurutnya dalam permainan kartu bridge, kita harus melibatkan intuisi bukan saja dalam membaca ekpresi dan gerak gerik lawan, tapi juga mitra pasangan kita sendiri. Dan ini harus dibaca secara serentak.
“Gimana membaca ekspresi kecewa, merasa di atas angin, jengkel, meradang dari lawan maupun kawan saat membanting kartu, mengocok atau saat mengambil kartu,” kata pengamat geo-politik ini.
“Juga secara serentak dan cepat menilai dari amatan sekejab apakah ekspresi wajah itu memang cerminan sebenarnya dari posisinya saat ini yang lagi terpojok, atau jangan-nangan malah kamuflase buat menutupi kenyataan bahwa ia sesungguhnya memegang kartu kartu yang bagus,” tandasnya.
Maka itu lanjut Hendrajit, pidato pengunduran diri Airlangga lewat video yang viral dari versi yang belum diedit, saya menilai langkah Airlangga yang semasa mahasiswa kerap disapa Mas Gagak, bukan perhitungan permainan catur dengan langkah2 yang rumit atau permainan dam das yang sederhana tapi menyaratkan ketekunan dan ketelitian. Melainkan permainan bridges.
“Beberapa kawan jurnalis senior membaca beredarnya pidato viral Airlangga yang versi belum diedit sebagai bukti bahwa di ring satu Airlangga tidak steril. Sayangnya tidak memperhatikan kejanggalan-kejanggalan dari bukti-bukti itu yang mencuat itu,” ungkap wartawan senior ini.
Hendrajit mengatakan, mengabaikan kejanggalan-kejanggalan dari bukti-bukti yang mencuat dari video viral itu, kita akan gagal membaca pesan-pesan tersirat dari dua atau tiga kali salah ucap dari Airlangga.
“Di sinilah kita harus masuk ke alam pikiran Airlangga sebagai pemain bridge. Saat sama kita harus baca mitra mainnya, Luhut Binsar Panjaitan, yang bisa kita artikan sebagai mitra bermain. Tapi juga kita harus cermat membaca manuver Amin Rais, yang dalam permainan bridge adalah lawan tanding,” tuturnya.
Lebih lanjut Hendrajit menilai pidato Luhut yang menyerukan Golkar harus solid dan jangan mau dikendalikan pihak luar, terjadi sebelum Airlangga menyatakan mundur. Lantas Amien Rais yang merupakan lawan tanding Airlangga dalam permainan bridge, malah bilang yang bahasa lugasnya, sebenarnya Luhut sudah lama mengendus adanya manuver Jokowi buat melengserkan Airlangga. Keterangan Amien disampaikan sesudah Airlangga lengser.
“Jadi yang sesungguhnya berlangsung dengan manuver mundurnya Airlangga bukan kudeta. Namun kontra kudeta senyap merespons adanya rencana penggulingan Airlangga dan akuisisi Golkar,” tandas Hendrajit lagi. (JBS/JAKSAT)