Patriotpreneurship, Sikap Menghadapi Tantangan Dunia Baru
Oleh Salamuddin Daeng
JUDUL ini saya ambil dari gagasan besar Dr Milton Pakpahan, pakar energi transisi, sebagai pijakan penting dalam menyongsong dunia baru. Apa itu dunia baru? Dunia yang berusaha mengakhiri energi kotor melalui serangkaian kebijakan global di bidang investasi, keuangan, perdagangan, hingga jasa.
Anggaran triliunan dolar Amerika Serikat dikerahkan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang dipandang sebagai ancaman paling serius bagi keberlangsungan hidup semua mahluk di permukaan bumi. Agenda ini tidak bisa dilawan dan tidak perlu dilawan. Tidak ada gunanya melawan usaha perbaikan. Usaha mengakhiri polusi lingkungan, usaha menghentikan sumber polusi, usaha membangun keseimbangan alam, semua itu strategi untuk diperjuangkan bersama.
Namun juga tidak bisa berhadapan dengan berpangku tangan atau hanya mengandalkan sejumlah pencapaian masa lalu. Romantisme kehebatan rezim fosil? Sudah, lupakan saja. Ambil langkah baru menghadapi tantangan baru yang benar-benar berbeda.
Atas dasar itu maka diperlukan suatu kemauan yang kuat untuk menghasilkan karya baru, penemuan baru, inovasi dan kreativitas yang didasari oleh perasaan cinta Tanah Air dan bangsa. Itulah yang dimaksud dengan patriot-kewirausahaan. Inilah modal sosial paling penting yang dimiliki bangsa Indonesia dalam menghadapi isu perubahan iklim yang akan dijalankan dengan transisi energi sekarang ini.
Banyak sekali pekerjaan yang pasti dilahirkan oleh transisi energi tersebut. Jika Indonesia hanya berpangku tangan, dapat dipastikan karya orang luar akan memenuhi pasar Indonesia. Ide ide kreatif asing berubah menjadi barang-barang impor yang mengisi seluruh lini energi transisi.
Tetapi apa yang dicapai orang asing tidak dapat menjadi pembenaran untuk menolak usaha perbaikan alam dan lingkungan. Indonesia memiliki lebih banyak sumber daya untuk hal yang sama. Saya tidak mengatakan bahwa pemerintah Indonesia dan perusahaan-perusahaan milik negara berpangku tangan.
Tapi lihatlah, jangankan urusan transisi energi, untuk memenuhi ketergantungan pada energi kotor saja Indonesia net importir. Anda dapat membayangkan jika Indonesia, pada saat yang sama, menjadi net importir energi bersih karya bangsa lain. Karena itu, berhentilah berpangku tangan. Apa iya BUMN mau jatuh dua kali dalam lubang yang sama; lubang ketergantungan.
Cinta Tanah Air dan bangsa, atau sikap patriotis manusia Indonesia, dibuktikan dan dilihat dari karya anak bangsa. Bukan sekadar omon-omon. Bukti yang tidak dapat diperoleh sebagai wirausaha sukses membuat sesuatu dari sumber daya dalam lingkungan sendiri.
Bahan-bahan yang tersedia ada dan banyak di sekitar kita, semua yang menjadi bahan mentah dan bahan baku yang dibutuhkan oleh setiap karya-karya inovatif dan kreatif. Patriotpreneurship semacam itu adalah pengabdian besar dalam melahirkan ekonomi inklusif dengan membuka kesempatan bagi orang-orang terdekat dalam lingkungan kita, masyarakat kita, atau bangsa sendiri, terlibat dan mendapat manfaat dari satu program. Kesempatan kerja tercipta, pendapatan akan dibagikan dan sumber alam dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan.
Ide brilian Milton Pakpahan datang dari pengalaman panjang bergerak dalam urusan energi bio massa. Dia mengubah sampah menjadi bahan bakar, mengubah yang terbuang menjadi uang atau pendapatan bagi banyak orang. Ada yang tidak suka, itu sudah pasti. Banyak hiasan menikmati penjualan LPG impor, menjadi bagian dari bisnis yang menumpang seperti tanaman parasit di negara.
Ini tentu tidak dapat dilanjutkan. Indonesia memiliki kekayaan bio masa terbesar di dunia, dan harus menjadi arus utama dalam pembangunan berkelanjutan bagi kemanusiaan global.***
*) Penulis adalah peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia.