ADA kisah jelas makna untuk khusus dan daerah yang sanga bernilai. Tulisan tokoh sosial dan pengamat kebaangsaan dan jurnalis senior mengelitik. Tentang Jawa Barat ini jadi istimewa karena maknanya historical dan dekat dengan soal Pilgub Jabar.
Coretan Rizal Fadilah yang ingin mengusik kepemimpinan daerah masa depan. Utamanya Jawa Barat. Tak semata Pilkada yang sebatas beradu figur kandidat. Sebuah pemikiran serbalintas yang perlu bedah telaah.
Dalam hal Tatar Sunda, sejumlah literatur menyebutkan sebagai daerah geobudaya di bagian barat Pulau Jawa. Di daerah itu, budaya Sunda dikembangkan (oleh Suku Sunda). Kisah Kerajaan Salakanagara (130-M) sebagai awal mula Suku Sunda hingga kemajuannya, dengan raja pertama Dewawarman I. Kerajaan tertua di nusantara.
Sejumlah kerajaan hadir meliputi daerah Tatar Sunda. Antara lain Bogor, Sumedang, Subang, Galuh (Ciamis) hingga Pandeglang. Kerajaan Pajajaran dengan raja pertama Prabu Siliwangi. Dikenal sebagai masa penuh perdamaian dan kemakmuran. Prabu Siliwangi juga memimpin Kerajaan Sunda dan Galuh. Periode Kerajaan Sunda-Galuh inilah yang kemudian lebih dikenal sebagai masa Kerajaan Pajajaran.
Raja-raja Sunda yang memerintah di Pakuan Pajajaran (Bogor -pen): Sri Baduga Maharaja, Surawisesa, Ratu Dewata, Ratu Sakti, Ratu Nilakendra dan Raga Mulya (Prabu Surya Kencana, memerintah dari Pandeglang). Itu serbalintas, tak hendak berlanjut rinci.
Jawa Barat (dan Banten) larut dalam posisi penyangga ibukota Jakarta. Sebelum 04 Oktober 2000, Banten menjadi bagian Jawa Barat. Dengan rentang sejarah kerajaan Sunda. Pemisahan menjadi provinsi tersendiri atasnama percepatan kesejahteraan kawasan.
Berlanjut sebagai daerah penyangga ibukota. Terkesan mandeg, tak berkesudahan. Penyangga dalam aspek apa? Tak berkelanjutan jawabnya. Semata kewilayahan. Hanya itu. Seharusnya saling menyangga. Tak semata penyangga ibukota Jakarta.
Pendekatan penyangga yang faktual lebih pada pengembangan kota satelit di lingkar luar Jakarta. Berimplikasi pada tercecernya kawasan timur Jawa Barat. Alih-alih pertumbuhan ekonomi kawasan yang kian hari kadung pas-pasan. Tak cukup geliat, bahkan cenderung tertinggal. Bahkan dongkrak pembangunan infrastruktur bandara Kertajati dan jalan tol Cisumdawu, pun faktual terbilang gagal. Tak setara ingin instan.
Daerah penyangga, hendaknya bersifat menyeluruh Jawa Barat. Dengan begitu, kiranya bisa meramu pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh pula. Jawaban pada kesempatan pertama adalah menjadikan Jawa Barat sebagai provinsi dengan status Otonomi Khusus.
Mungkin saja tak cukup populer, bila hanya dibandingkan dengan Pilgub 2024. Hanya ditempatkan semata ornamen yang selanjutnya cuma “numpang lewat”. Kontestasi pilkada tak lagi menarik dengan semata pencitraan figur. Bahkan dengan slogan berkemajuan dan sejenisnya. Lantas rakyat pemilih terseret dan tersesat pada hanya pilihan figur.
Sejarah hendaknya tak semata tapak langkah. Perlu pemahaman lebih jauh dan dalam. Ya, tak semudah membalikkan telapak tangan atau tak semudah mengatakan. Sepakat dan tak sepakat, haruslah ada yang digulirkan. Tak melulu pada pilihan kepala daerah dengan segala puja-puji. Pesan kemajuan substantif apa yang bisa dicapai Jawa Barat kali ini? Inilah analisa yang jelas dari jurnalis senior Imam Wahyudi. Dan harus kita dukung.
Sedang Rizal Fadillah yang menulis lebih menukik dibuka dengan kalimat: Setelah pesimis Ridwan Kamil dan Deddy Mulyadi yang katanya akan maju sebagai Cagub Jawa Barat dapat memperjuangkan Otonomi Khusus Jawa Barat, maka Cagub potensial yang muncul baru yaitu Ilham Habibie menimbulkan secercah harapan. Jika ingin menjadi Gubernur Jawa Barat tentu harus 100 persen berjuang untuk kemandirian dan kesejahteraan warga Jawa Barat.
Untuk berjuang 100 persen tersebut Otonomi Khusus Provinsi Jawa Barat tentu sangat mendukung keberhasilan. Siapapun menjadi Gubernur seharusnya berjuang keras agar Jawa Barat memperoleh status sebagai Provinsi dengan Otonomi Khusus. Berbasis pada kekhususan nilai kebudayaan dan keagamaan. Nama lengkapnya Dr.-Ing. H. Ilham Akbar Habibie, Dipl.Ing., M.B.A. adalah pakar penerbangan berdarah Suku Gorontalo dari Indonesia. Keluarga besar Habibie berasal dari Kabila, sebuah kecamatan di Provinsi Gorontalo. Ilham adalah anak pertama dari pasangan Hasri Ainun Habibie dan B. J. Habibie, Presiden Indonesia periode 1998–1999. Ia bahkan sempat menetap di kota Bandung Jabar. Kini Ilma akan maju Gubernur Jabar dan nampaknya Sang pemimpin Nasdem sudah mendukung pasti. Surya Paloh pemimpin Nasdem Beri Rekomendasi Ilham Habibie Maju di Pilgub Jabar ini satu langkah baru.
Kenpaa demikian bisa jadi Ilham Habibie akan mampu calon-calon yang akan bertangding ke Gedung Sate baik yang pernah jadi Gubernur Jabar Ridwan Kamil atau nama-nama lain yang kaan maju, MIsalnya Deddi Mulyadi, Ono Surono, atau ada nama wagub Uu dan sejumlah calon lain.
Kembali ke soal Jawa Barat sebagai Provinsi berstatus Otonomi Khusus nama Ridwan Kamil yang pernah menjabat Gubernur tidak sedikitpun terbersit niat ingin menjadikan Jawa Barat sebagai Provinsi berstatus Otonomi Khusus. Prestasinya pun standar bahkan datar dan penuh gambaran yang tak sedap saat di gedung sate. “Ridwan Kamil malah mengakhiri jabatan dengan “su’ul khotimah” untuk kasus Masjid Al Jabbar, Bansos Ormas dan Patung Soekarno. Ada kelompok masyarakat Jawa Barat yang memberi penilaian dengan “raport merah”,” tulisa Rizal. Bahkan banyak juga catatan kecil misalnya sodara jadi Komisari, atau manytan KPU diangkat jadi komisaris hehehe ada paa kok mantan KPU jabar dijadikan komisaris.
Nama Deddy Mulyadi mantan Bupati Purwakarta seperti, Ridwan Kamil, lebih suka pada pencitraan melalui media sosial. Diragukan kemampuan memimpin Jawa Barat dengan serius. Pemahaman keagamaannya dinilai kontroversial dengan patung-patung yang dibangun di Purwakarta sebagai legacy sang Bupati. Kebudayaan oke, tapi keagamaan tidak oke. Menjadi “pamaeh” saat maju Pilkada Jawa Barat bersama Cagub Deddy Mizwar, tulis Rizal lagi.
Ilham Habibie sebagai figur baru di kancah politik di Jawa Barat butuh pasangan putera daerah yang berkualifikasi. Berpengalaman politik dan didukung partai besar. Hal ini menjadi penting agar kiprah di tanah Pasundan tidak terhambat oleh handicap yang ada. Jawa Barat perlu dipimpin oleh figur yang progresif yang “nyantri, nyunda, nyakola”.
Satu hal penting untuk Ilham Habibie ialah kesiapan ia untuk berjuang keras bagi suksesnya Tatar Pasundan menjadi Provinsi dengan status Otonomi Khusus.
Hal ini menjadi syarat bagi kemandirian, kemajuan dan kesejahteraan masyarakat Jawa Barat. Sanggupkah ? Tanya Rizal
Nah saatnya Jabar dipimpin yang mau jadikan JABAR DAERAH KHUSUS bukan yang lain. (AME/jbs)