Home JabarKini Kuliner ala Koruptor

Kuliner ala Koruptor

164
0

Kuliner ala Koruptor
Oleh: Taufan S. Chandranegara, praktisi seni

Kuliner bukan kopi tubruk sedapnya tergantung racikan prosa kemuliaan keteladanan kehidupan tertib berbudi bukan plagiat politik masuk angin menggelembung lantas kerokan sekalipun tetap masuk angin. Nah loh. Kaum koruptor konsisten kiss bye. Yak ellah, kagak abis-abis itu kelakuan korupsi tak senonoh.

Tak serupa nasi pecel buatan sendiri rasanya lebih enak aroma asli tradisi jujur leluhur purba. Tak mengandung hipnosis zaman simsalabim kini. Blink! Raib lagi triliun. Wah! Berebutan orasi laiknya jagoan politik impor ngawang kesiangan di puja manja mencoba menyentuh pola imajiner absurditas dalam bungkus kertas kado.

Korupsi menyelinap jadi hantu dalam laci-laci hipnotis. Mandat hidup tak sekadar kuasa usaha titipan cuy, di dalamnya tersirat untuk tersurat gemuruh halilintar musim kesuburan penghujan. Merembes ke tanah mencipta mata air. Suburlah bibit unggul alami. Tercipta hutan hijau bermanfaat. Sekalipun korupsi tetap eksis.

Karcis tontonan dibayar mahal. Senjata perang diputar ulang menghias layar perak. Kaum culas ngakak. Gegap gempita reklame jempol nomor wahid jualan obat sakit kepala tujuh keliling berlabel masuk angin. Tanah memelihara benih beriman ikhlas. Antipolusi dekonstruksi romansa mengharu biru tak serupa kisah humanis.

Alibi merupa jual beli duplikasi sambal terasi tanpa tomat. Seolah-olah mengandung anak kandung dari sperma unggul sekalipun suryakanta kala mencahayai tanda-tanda kebenaran matahari. Selain satu kata menolak gratifikasi akal-akalan politis sekalipun antiplagiat sedang bunting oleh kelaminnya sendiri.

Kandidat antikorupsi belum terlihat molek kelamaan bersantai di pantai. Senja tak berubah di ufuk edarnya. Fajar sidik seanantiasa indah sepanjang zaman. Tak ada aklamasi mozaik plagiat simsalabim abakadabra politik culas. Sembelit perut melilit nonton antrian barisan semut sekalipun loket tontonan berikut masih tutup.

Plagiat politik ngumpet semena-mena tersamar di balik desain sastra kepalsuan politisasi sembunyi dalam laci korupsi tanpa benang penyulam kain. Lepas di tiup angin triliun korupsi jalan-jalan naik pesawat luar angkasa. Memotret planet-planet tempat sembunyi kompanyon cerita patgulipat.

Mesin hipokrisi penyedot akal sehat semoga cepat jadi batu. Sekalipun arena pertanyaan “Oh! Korupsi. Masih ada ya?” Terus di angkasa. Perbincangan magma kuliner antar momok sihir hitam akankah mati pada waktunya. Tak mampu membaca tanda-tanda kebaikan iklim anugerah langit mahacipta kehidupan.

***

Jakartasatu, July 03, 2024.
Salam NKRI Pancasila. Banyak kebaikan setiap hari.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.