Home Bandung Bandung “Heurin ku Tangtung”

Bandung “Heurin ku Tangtung”

455
0
Hari Sinastrio, pemerhati sosial /ist

BANDUNG “HEURIN KU TANGTUNG”

Judul tulisan ringan ini terlanjur klise. Kondisi Kota Bandung tak lagi sebatas heurin ku tangtung. Berdesak bangunan, bahkan menjulang.

Apa hendak dikata, seiring perkembangan dan tuntutan. Dalam bahasa warganya, sudah “pasedek-sedek”. Ya, berdesakan. Kian jamak ditemukan kawasan permukiman padat penduduk. Dengan fasilitas seadanya, minim sarana MCK (mandi cuci kakus).

Selintas itulah wajah Kota Bandung yang tengah merayakan hari jadinya ke-213. Bertepatan 25 September 2023. Bertepatan pula tugas Penjabat Walikota Bandung, Bambang Tirtoyuliono. Bersamaan juga terjadi kekosongan, setelah walikota Yana Mulyana dipaksa singgah di KPK.

Lantas apa dan bagaimana geliat yang akan dilakukan Bambang? Selama setahun ke depan, sebelum Pilkada Serentak 2024. Adakah membawa proposal terkait kajian heurin ku tangtung. Atau sekadar formalitas jabatan transisi? Alias “numpang lewat”. Tentu tak diharapkan sebatas itu.

Lupakan cerita usang, Kota Bandung yang awalnya didesain sebagai “persinggahan”. Bukan permukiman. Mana bisa?! Yang pasti, ibukota Jabar ini sudah berstempel “kota metropolitan”. Ditandai dengan pengembangan kawasan Bandung Raya. Selebihnya, apalagi kalau bukan kepadatan lalulintas kendaraan. Sebut saja macet. Tak aneh pula disebut “padat merayap”. Di semua jalan utama pada setiap pagi hari dan jam pulang kantor. Jangan tanya, saat akhir pekan. Deretan kendaraan dari Jakarta menyerbu.

Memasuki hari jadinya, Kota Bandung sedang tidak baik baik saja. Mun jelema mah keur gering. Kota yang sedang sakit. Di era perjuangan kemerdekaan dikenal dengan sebutan Bandung Lautan Api. Heroik. Tapi sekarang berjuluk Bandung Lautan Sampah.

Kawasan TPA (tempat pembuangan akhir) di Sarimukti, Kab. Bandung Barat — murka, mengeluarkan api. Membakar sekujur dan meluas. Sudah sebulan, api tak kunjung bisa dipadamkan. Aktivitas pembuangan pun berhenti. Kota Bandung benar-benar kolaps. Pengangkutan sampah tersendat. Sampah bertumpuk di mana-mana. Di sejumlah tempat, bau tak sedap berbaur aktivitas warganya. Sang Penjabat Walikota Bandung bagai disambut lagu Gun n Roses berjudul “Welcome To The Runtah” . hehehe..

Masalah sampah itu di depan mata Bambang Tirtoyuliono. Mendesak dan perlu solusi jitu. Bukan malah bikin sampah baru. Berupa medandani pohon-pohon dengan kain “biru hejo koneng”. Semata sedang berulangtahun. Bambang harus tancap gas menanggulangi sampah Kota Bandung.

Gerakan mengurangi volume sampah, sebenarnya sudah dimulai dari bawah. Di tingkat RW (rukun warga -pen) diwajibkan membentuk Bank Sampah sebagai perwujudan dari Kang Pisman (kurangi, pisahkan manfaatkan).

“Ancaman” pun muncul dari kepala desa (lurah). Tak tanggung-tanggung. Bagi RW yang tak segera mendirikan Bank Sampah — honornya tidak akan dicairkan. Malah setiap warga yang mau mengurus surat-menyurat di kantor kelurahan, wajib membawa sampah. Waduh…!

Hari Sinastrio
– pemerhati sosial

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.