OLEH Dr MEMET HAKIM,
Pengamat sosial
Pertanyaan ini memang menggelitik saat ini, dimana oligarki sedang secara intensif menjarah segala lini kehidupan di negara ini. Tokoh yang dianggap mampu jadi Gubernur Jabar disebut berdasarkan pendapat dari bbrp orang. Survei lewat PollingKita.com yg dibuat pada 21/02/2023 Jam 20:36 WIB, alhamdulillah mendapatkan respon positip dari pengguna WA, Telegram dan FB, sehingga baru 24 jam sudah 525 orang menyampaikan pendapatnya.
Hasil Polling sbb. ;
1. Netty Aher, PKS, 300 Suara, 57.1%
2. KH Cecep Halim, Ulama, 74 Suara
14.1%
3. Rizal Fadillah, Advokat, 42 Suara
8.0%
4. Iwan Sulanjana, Purn TNI AD, 23
Suara, 4.4%
5. KH A. Qohar, Ulama17 Suara, 3.2%
6. RK, Golkar, 12 Suara, 2.3%
7. Iwan Bule, purn polisi, 11 Suara
2.1%
8. Memet Hamdhan, Mantan Birokrat,
10 Suara,1.9%
9. Desi Ratnasari, PAN, 9 Suara, 1.7%
10. UU R, Wagub, 9 Suara,1.7%
11. Deddy S Budiman, Purn TNI AD5
Suara, 1.0%
12. Prof.Dr. Herman Susanto SpOG,
Akademisi, 5 Suara, 1.0%
13. Robby Win Kadir, Purn TNI AD, 4
Suara, 0.8%
14. Dindin Maolani, Advokat, 4 Suara,
0.8%
Total: 525 suara
Data diatas memperlihatkan beberapa kejutan a.l.
1. RK & Uu, sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur terlihat tidak dianggap sebagai pembela pribumi dan umat Islam, juga tidak berani menghadapi pengaruh oligarki (pengusaha aseng). Gambaran ini sungguh memprihatinkan, boro-boro mau nyapres atau nyawapres di kandang sendiri tidak mendapat pengakuan.
Uu sebagai wagub, demikian juga, tidak terlihatk adanya pengakuan publik Jabar. Mungkin umat Islam juga hanya kelompok ttt saja yang diwakilinya, atau dengan kata lain Uu merupakan Wagub untuk kelompoknya saja bukan untuk semua warga Jabar. Konon katanya mau mencalonkan diri menjadi Gubernur Jabar, mungkin harus berpikir ulang, kecuali mampu menjadi pemimpin umat dan pribumi bagi seantero Jabar.
2. Netty Aher, istrinya kang Aher yg saat ini menjadi anggota DPR dari PKS, justru menjadi pilihan utama. Mungkin saat Netty jadi istri Gubernur, aktif dan bergaul dengan masyarakat Jabar, mungkin juga karena berasal dari PKS yang menjadi partai favorit umat Islam, atau mungkin kedua alasan tersebut, sehingga memberi kesan agamis, pinter bergaul dan sederhana. Keberanian menghadapi oligarki memang belum teruji.
3. KH Cecep Halim, tokoh ulama dari Garut, terpilih menjadi 2 besar, walau angkanya agak jauh dibawah Netty Aher. Tokoh ulama ini adalah pionir penolak proyek OBOR, beliau adalah ulama yg tenang tapi disegani di daerah Garut dan sekitarnya. Jadi sejak lama beliau bersama ulama se pulau Jawa telah berani menolak Oligarki. Kecintaannya pada pribumi dan agama tidak perlu diragukan lagi.
4. Rizal Fadillah, seorang advokat, tokoh Muhamadiyah, yang sangat produktif menulis dan sarat dengan kritikan pada penguasa, masuk juga dalam 5 besar. Beliau juga dinilai pro pribumi & agama Islam serta berani menghadapi oligarki. Walau badannya kecil, tetapi berani membela yang benar, mengkritik kebijakan penguasa yang merugikan rakyat. Begitu pula menghadapi oligarki di Bandung, RF dkk menggugat cagar budaya masjid yang dijadikan gerai Indomaret.
5. Iwan Sulanjana, mantan Pangdam Siliwangi, semua warga jabar mengenalnya. Tokoh jendral sederhana ini mampu terpilih menjadi 5 besar. Satu2nya tokoh purnawirawan yang terpilih dan dinilai pro pribumi dan agama Islam, serta berani menghadapi oligarki
6. KH A.Qohar, toloh ulama, Ketua PA 212, terpilih dalam 5 besar. Pengaruhnya sebenarnya sangat luas, tapi entah mengapa hasil pollingnya kecil. Umur beliau tergolong muda, ahli stategi dan sangat menguasai masalah tata negara dan sejarah kebangsaan Indonesia. Keberpihakannya pada umat Islam dan pribumi serta keberaniannya menghadapi oligarki tidak usah diragukan lagi.
7. Tokoh Jabar lainnya, seperti Memet Hamdhan, Iwan Bule, Robby Win Kadir, Dessy Ratnasari, Deddy S Budiman, Herman Susanto & Dindin Maolani, belum mendapat suara yg cukup. Alasannya ada 2 yakni :
– Punya rekam jejak yg buruk,
penganut Islamphobia atau
menjadi antek oligarki.
– Belum dikenal atau belum ada
Rekam jejak yang diingat oleh
masyarakat Jabar. Calon yang
masuk dalam kelompok ini, tidak
berarti tidak mampu.
Popularitas ternyata tidak menjamin elektabilitas, buktinya RK, Uu, Desi yang sangat populer, tapi rekam jejaknya mungkin yang kurang mendukung, sehingga tidak menjadi pilihan dalam survey ini. Rekam jejak dan keberpihakan yang kelihatannya lebih menonjol untuk dipilih.
Survei singkat dalam waktu hanya 24 jam saja tercatat ada 525 responden. Analisis sementara ini bisa saja berubah, sejalan dengan hasil survey selanjutnya dan atau ada data lain yang belum masuk. Tapi yang jelas cukup menarik disimak. Untuk RK & Uu, masih ada waktu untuk evaluasi diri.
Bandung, 23 Februari 2023