Terpilih Ketum KONI Jabar: Harapan di Pundak Budiana
Agenda suksesi KONI Jabar berakhir Kamis tengah malam kemarin. Berlangsung maraton. Muhammad Budiana terpilih menjadi Ketum KONI Jabar periode 2022-2026. Menggantikan Brigjen TNI (Pur) Ahmad Saefudin.
Dalam periode berjalanan, Budiana menjabat Ketua Harian KONI Jabar. Sementara Ahmad Saefudin sudah dua periode memimpin. Sesuai aturan, dia tak dimungkinkan mencalonkan lagi. Estafet jabatan mesti dilakukan.
Ahmad dengan dukungan sekretaris, Giantoro — berhasil menorehkan prestasi jawara nasional. Kontingen Jabar merebut juara umum PON-XIX di Bandung 2016 dan mempertahankannya pada PON-2020 di Papua 2021.
Hiruk pikuk peserta mewarnai musorprov, usai pembukaan oleh Sekda Jabar — Iwan Setiawan Wangsaatmaja. Dihadiri Ketum KONI Pusat, Marciano Norman. Para peserta saling unjuk dukungan kepada kandidat yang diusung. Bisik-bisik berlangsung di banyak sudut. Sambil ngopi pun jadi.
Trio kandidat bersaing untuk jabatan Ketum KONI Jabar periode lima tahun mendatang. M. Budiana, Arief Prayitno dan Daud Ahmad. Dalam musorprov 2022, tercatat 100 suara diperebutkan. Meliputi 27 KONIDA kabupaten/kota, 75 cabor, enam badan fungsional serta masing-masing satu suara milik KONI Jabar dan KONI Pusat. Untuk KONI Pusat diwakilkan ke Gugun Yudinar, mantan atlet softball Jabar.
Kalkulasi bakal ketat dalam perolehan suara, tidak terjadi. Justru mengerucut ke dua nama, Budiana dan Daud. Sementara, Arief Prayitno terbilang “antiklimaks”. Dibanding lainnya, Arief mempersiapkan diri jauh lebih awal.
Jelang pemilihan, tim Arief klaim dukungan 40 cabor. Pergeseran drastis terjadi. Hasil penghitungan suara, perolehan Arief mencengangkan. Hanya 13 suara. Dukungan mengerucut ke dua kandidat lain. Budiana beroleh 45 suara dan Daud Ahmad 40 suara. Dari total 100 suara hak pilih, tercatat dua suara tidak sah.
Tak ada kandidat yang mencapai 50 plus 1 suara. Pemilihan harus diulang. Jelang putaran ke-2, Arief Prayitno menyampaikan pernyataan. Bahwa, sejumlah 13 suara miliknya — dilimpahkan ke Budiana. Dimungkinkan Budiana dengan 58 suara. Itu berarti, Budiana otomatis menjadi ketua umum terpilih. Tanpa dilakukan pemilihan lagi. Forum menolak dan meminta pemilihan (voting) tetap dilakukan atau dilanjutkan.
Menyisakan dua kandidat, penghitungan suara berlangsung ketat. Saling unggul, saling susul. Sebutlah perebutan 13 suara (milik Arief) yang berperan “bandul”. Bila mencermati hal satu ini, justru delapan dari 13 suara bergeser mendukung Daud. Tersisa lima suara ke Budiana. Tapi dia unggul bekal 45 suara. Bisa jadi, ditambah dua suara “abstain” pada putaran pertama
Pada putaran ke-II, Budiana meraih 52 suara berbanding 48 suara milik Daud Ahmad. Pihak Daud tampak berbesar hati. Bahkan tak mengira jumlah dukungan yang mencapai selisih cuma satu digit.
Perbandingan perolehan suara antardua kandidat utama, kiranya perlu perenungan lebih lanjut bagi kelangsungan eksistensi KONI Jabar mendatang. Muncul harapan, perlunya pendekatan akomodatif. Pascamusorprov harus dimaknai sebagai akhir kontestasi. Bergeser pada “sauyunan” kembali, saling rangkul dan seiring sejalan.
Seperti apa potret kepengurusan KONI Jabar mendatang? Terkait konfigurasi dan formasi. Budiana sebagai ketua terpilih dibantu dua formatur lainnya. Abdul Rosyad Irwan, representasi KONIDA dan eks kandidat Arief Prayitno mewakili cabor. Mereka memegang mandat untuk menyusun pengurus baru KONI Jabar masa bakti 2022-2026.
Hampir dipastikan, tantangan KONI Jabar di depan mata. Dalam hal prestasi, berangkat dari bekal dua kali juara umum PON secara beruntun. Lembaga nonstruktural lingkup Pemprov Jabar dan “leading sector” pembinaan olahraga prestasi dan prestasi olahraga tingkat regional. Di tangan kepemimpinan, Muhammad “the cool man” Budiana — kita sematkan harapan. ***
iW
ketua Komunitas Wartawan Senior (KWS) Jabar