Langkah Strategis Partai untuk Anies ?
Pilpres masih 2 tahun lagi, pendaftaran capres masih 1 tahun lagi, tapi suasananya sudah hangat. Terlepas dari berbagai analisis tentang Nasdem, harus kita akui bahwa Nasdem lebih berani, tepat dan cepat. Mencalonkan Anies pasti bukan tanpa resiko, buktinya ada beberapa pengurus yang mengundurkan diri. Dilain pihak banyak yang ingin bergabung.
Anies memang menonjol, hebatnya dia bukan kader partai manapun. Pendukungnya sudah ada diseluruh Indonesia dan bahkan di Luar negeri. Secara sosial mudah dipahami, karena Anies ini merupakan personal yang berprestasi memimpin ibu kota Negara, humble, berahlak baik, jauh dari sifat buruk, networkingnya luas. Partai manapun yang mendukungnya dipastikan suaranya akan bengkak.
Pendukung Anies diperkirakan tidak terbatas anggota 212, NU kultural, dan Gen Z (berusia antara 11-26 tahun pada 2024), tapi juga nasionalis. Semuanya merindukan keadilan dan kemakmuran rakyat Indonesia. Pedukung Anies dari rakyat jelata yang tidak mau dijajah oligarki atau bagiannya dan para tokoh. Mereka juga umumnya bukan orang partai atau bukan orang-orang yang mengharapkan imbalan jabatan atau uang. Mereka bukan orang buta politik, bukan orang yang mudah ditipu dan juga sulit disuap. Ada indikasi militansi nasionalis dan agamis tercampur disana, jauh dari tipe teroris. Diantara pendukungnya banyak yang non muslim. Memang personal tokoh ini adalah tipikal pemersatu bangsa, bukan sebaliknya, sehingga tidak disukai rejim penguasa saat ini.
Capres dari parpol rasanya tidak ada yg didukung rakyat seluas dan sebanyak ini. Capres golongan ini tidak ada yang berani mendekat ke kelompok umat Islam yg di framing radikal & intoleran. Berbeda dengan Anies, calon independen ini yang dengan tanpa beban bertemu mereka. Tidak heran jika ada motto relawannya Apapun partainya Anies presidennya, bukan main…..
Partai juga mungkin dapat meniru ide-ide segar dan jenaka seperti itu.
Partai lain yang banyak disebut akan ikut mendukung Anies untuk memenuhi kriteria 20% presidential threshold adalah PKS dan partai Demokrat. Sayangnya kedua partai ini sampai saat ini masih belum memastikan dukungannya. Konon kabarnya ada masih rebutan posisi dan pembagian kursi menteri. Ya itulah memang yang namanya partai, selalu berhitung seperti itu. Berbeda dengan relawan yg polos dan lugu, tidak berharap apapun jika capresnya menang.
Munculnya gagasan calon perseorangan bisa jadi merupakan gambaran adanya penurunan kepercayaan kepada parpol, bahkan parpol dianggap gagal mengakomodasi aspirasi masyarakat. Sehingga akhirnya ada gagasan untuk mencalonkan presiden lewat jalur independen Sayangnya pintu pencalonan tanpa partai ternyata tidak dimungkinkan, kecuali ada amandemen baru pada UUD 45.
Sekarang rakyat sudah semakin cerdas untuk memilah dan memilih calon partai atau non partai yg berkualitas dan tulus memimpin bangsa. Mana calon boneka mana yang bukan.
Kolaborasi antara partai dan relawan yang digagas oleh Irfan Reza aktivis Relagama, menarik juga. Sinergi partai dan relawan yang secara bersama berupaya memenangkan capres yang sama, akan membuat keduanya lebih kuat, sayangnya tidak mudah dilaksanaian.
Ada perbedaan orientasi antara partai politik dan relawan. Parpol menginginkan kekuasaan dan uang, sedang relawan menginginkan keadilan & kemakmuran rakyat. Partai jelas struktur organisasinya, relawan banyak kelompok dan organisasinya, ada yang lokal dan nasional. Tidak mudah menjalin kolaborasi, tetapi jika terjadi kolaborasi tetap saja pihak relawan yang banyak kalahnya. Relawan tidak terbiasa dengan bahasa politik, janji politik dan deal-deal politik. Relawan terlalu polos dan mudah retak jika harapannya tidak terpenuhi.
Bagaimana jika partai dan relawan bergabung bersama untuk memenangkan capresnya ? Para relawan direkrut menjadi kader partai politik tersebut. Partai nasionalis atau agamis atau nasionalis agamis tinggal saling memilih. Mungkin cara ini lebih jelas posisinya masing-masing.
Dengan demikian keinginan partai mencari uang sedikit banyaknya bisa berkurang. Pimpinan relawan resmi jadi kader partai, sehingga partainya berkembang.
Perbedaan sifat juang antara partai dan relawan seharusnya bisa menjadi jalan keluar bagi partai yg ingin berkembang besar. Ketamakan keculasan partai yang telah diperlihatkan selama ini bisa dikoreksi dg adanya darah baru dalam partai. Relawan juga perjuangannya tidak cukup sampai memenangkan capres saja, tapi terus mengawal sampai pelaksanaannya.
Adanya perbedaan sifat juang, jika tidak Clear , ini bisa mempengaruhi keberhasilan bersama. Partai yg mencari kekuasaan dan uang berbenturan dengan tujuan relawan yg ingin keadilan dan kemakmuran semata. Memang idealnya partai jangan dijadikan mesin uang, pengurusnya harus sukarela seperti relawan. Relawan idealnya jangan dijadikan mesin suara, tapi menjadi mesin partai, sehingga partai solid dan kuat.
Saatnya partai merubah sikap tertutup menjadi terbuka, Dewan Perwakilan Partai menjadi Dewan Perwakilan Rakyat yang sesungguhnya. Pemimpin mana yg berani membela rakyat pribumi dan kembali ke UUD 45 yang asli, itulah pemimpin yg akan terpilih. Partai yang mendukung pemimpin diatas tentu akan besar dengan sendirinya. Partai yang membela bangsa lain, korup dan merintangi kembalinya UUD 45 tentu akan terpuruk.
Bandung, November 2022
Memet Hakim
Pengamat Sosial