JABARSATU.COM — Selamat untuk sahabat, Ijang Faisal. Meraih gelar Doktor (S-3) bidang Ilmu Komunikasi, program Pascasarjana Fak. Ilmu Komunikasi Unpad. Dua hari lalu, diwisuda di Aula Sanusi Hardjadinata. Sebelumnya disebut Aula Unpad. Di sayap kiri kampus (lama) Unpad, Jl. Dipati Ukur 35 Bandung.
Sebuah capaian prestasi yang mumpuni. Membanggakan. Kami berkawan, sejak masa pascareformasi 1998. Rasa keingintahuannya tinggi. Bak jurnalis. Kelak yang terduga, Ijang minat berselancar di ilmu komunikasi. Melampaui batas terlintas.
Suatu hari, saya “on air” di Hotel Preanger Bandung. Acara “talk show” Radio Delta. Semasa anggota DPRD Jabar 2004-2009. Rupanya, Ijang muda menyimak siaran. Mungkin tersirat minat. Lantas, unjuk apresiasi. Sesederhana itu yang kelak membawanya mengangkasa. Belakangan, malah dia unjuk kabisa. Jauh melangkah. Kerap ber-“talk show”-ria di berbagai media tayang dan suara. Intensitas materinya, menukik di pusaran informasi publik. Seolah mengingatkan, ada kesamaan minat. Lagi, Ijang jauh berselancar nan lancar.
Peran aktif di Komisi Informasi Jabar, sebagai anggota, 2016-2019. Periode berikutnya, 2019-2013 naik pangkat: Ketua Komisi Informasi Jabar. Terakhir prestasi studi S-3. Ijang mencatat rekor sebagai Doktor pertama tentang komunikasi Keterbukaan Informasi Publik. Lulus tercepat pula. Cuma tiga tahun. Berpredikat lulus “sangat memuaskan”.
Ijang bagai kijang. Melompat, melesat di ruang publik. Belum genap satu dekade, prestasi puncak di pundak. Terlahir di Kampung Cipondok, Bayongbong, Garut, 17 Maret 1975 — kini, Dr. Ijang Faisal, S.Ag, M.Si.
***
Hari yang bahagia nan membanggakan, Selasa, 08 November 2022 ybl. Kebanggaan Ijang Faisal, istri dan keluarganya. Prosesi wisuda gelar Doktor di Aula Sanusi Hardjadinata, kampus (lama) Unpad, Jl. Dipati Ukur 35 Bandung. Sebelum berganti nama, disebut Aula Unpad. Kenangan semasa mahasiswa akan dua peristiwa.
Saya perlu menyebut alamat kampus (lama) Unpad. Almamater yang lahir 11 September 1957 itu berpindah “kampus” di kawasan perguruan tinggi Jatinangor, Kab. Sumedang. Sekitar 20 km dari kampus asal. Berbatasan dengan Kota Bandung ujung timur.
Pindah lokasi secara bertahap sejak 1983. Diawali Fakultas Peternakan. Berikutnya 11 fakultas lainnya. Hanya dua tersisa di kampus lama Unpad. Fakultas Ekonomi dan Hukum. Sebelum ini kampus fakultas tersebar di 13 lokasi berbeda. Di lokasi baru, Unpad menempati kawasan seluas 175 hektar. Gedung Rektorat Unpad resmi pindah sejak 05 Januari 2012.
Pemindahan kawasan kampus digagas Rektor keenam Unpad, Prof. Dr. Hindersah Wiraatmadja pada 1977. Semasa saya masih kuliah di Fak. Publisistik. Terinspirasi “Kota Akademik Tsukuba” di Jepang.
Pada masa itu, saya aktif dalam kegiatan skala rektorat. Bersama Didin S. Damanhuri dan Ernie Sule membentuk Biro Protokol Unpad. Keduanya mahasiswa FE, juga aktivis Dewan Mahasiswa Unpad. Keduanya kini guru besar (profesor). Didin di IPB dan Ernie lanjut di Unpad.
Biro Protokol serupa panitia tetap (organizer) untuk semua kegiatan level universitas. Menyiapkan hal Ikhwal prosesi. Mulai dari palu sidang hingga tongkat pedal rektor. Tak cuma upacara penyambutan mahasiswa baru. Menandai berupa awal pekan orientasi (Posma) dan penutupan. Spesifik prosesi wisuda sarjana, promosi gelar doktor, hingga pengukuhan guru besar. Semua bertajuk Sidang Terbuka Senat & Guru Besar Unpad. Berlangsung di Aula Unpad, sayap kiri kampus Unpad. Di antara yang terkesan, saat promosi gelar Doktor untuk Sri Soemantri pada 1976 (guru besar Hukum Tata Negara, wafat 01 Desember 2016 -pen).
***
Balik ke soal Ijang Faisal dan Aula Unpad. Satu hal yang berbeda. Ijang berjaya diwisuda di aulanya. Bergelar doktor. Saya pernah melola acara di Aula Unpad, tapi tak pernah diwisuda. Kadung kecantol profesi jurnalis sejak akhir 1978.
Prestasi S-3 Ijang Faisal diraih di antara kesibukan sebagai Ketua Komisi Informasi Jabar. Salut! “Seorang yang berasal dari kampung ‘bau lisung’, dapat mengenyam studi sampai Strata-3,” katanya lirih. Lulus dengan predikat “sangat memuaskan”, disampaikan Dekan Fak. Ilmu Komunikasi Unpad, Dr. Dadang Rahmat Hidayat, MSi.
Lewat desertasinya, Ijang berharap agar pemerintah publik di Indonesia dapat melaksanakan kewajiban Undang-undang tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP). “KIP hendaknya menjadi budaya global,” tegasnya.
Betapa Ijang Faisal sangat peduli akan Keterbukaan Informasi Publik. Sementara masih cukup banyak pihak (lembaga publik -pen) yang tak siap terbuka. Bersembunyi!
– Imam Wahyudi (iW)
wartawan senior di Bandung