Oleh Tony Rosyid, Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa
Perjodohan Prabowo-Puan makin alot seiring dengan santernya wacana Puan nyapres sendiri. Ada juga ikhtiar untuk menjodohkan Puan dengan Anies. Tepatnya Anies-Puan.
Begitulah politik, sangat dinamis. Tidak normatif, tidak hitam putih dan terus mengalami perkembangan seiring dengan proses komunikasi antar parpol. Karena menurut UU Pemilu yaitu UU No 7 Tahun 2017, memang parpollah yang berhak menentukan siapa dipasangkan dengan siapa.
Elektabilitas Puan belum beranjak. Perlu kerja keras untuk menaikkannya. Di sini perlu timses handal dan kerelaan Puan sebagai penganten untuk “didandani” mengikuti petunjuk hasil survei dan arahan timses sebagai sutradara pemenangan.
Meski begitu, PDIP punya tiket nyapres. Pilihannya satu diantara dua kemungkinan. Pertama, Puan dipasangkan dengan capres yang kuat. Nampaknya, pilihannya tertuju pada Anies Baswedan. Meski ada sebagian kader PDIP yang kabarmya dimotori Hasto, sekjen PDIP berupaya untuk menghalangi perjodohan ini terjadi.
Kedua, jika perjodohan dengan Anies gagal, Puan kemungkinan akan maju sendiri sebagai capres. Wakil Puan bisa Ganjar Pranowo atau Andika Perkasa, Panglima TNI.
Peluang memasangkan Prabowo-Puan memang nampaknya semakin hari semakin pudar. Akhir-akhir ini mulai tidak terdengar lagi. Dari sinilah muncul nama Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, ketum PKB. Cak Imin datang ke Prabowo, menawarkan perjodohan. Prabowo capres, Cak Imin cawapres.. Dengan hadirnya PKB, Prabowo-Cak Imin bisa melaju ke pilpres 2024. Gerindra punya suara 12,57 persen, PKB 9,69 persen. Total 22,26 persen. Koalisi Gerindra-PKB Cukup untuk mengusung Prabowo-Cak Imin.
PKB sudah mulai gencar dan bersemangat kampanyekan Prabowo-Cak Imin. Spanduk Prabowo-Cak Imin sudah mulai marak. Foto dua tokoh ini juga menempel di sejumlah angkot yang beredar di Bogor, Bekasi dan sejumlah wilayah di Jawa Barat.
Selain banyak logistik, Prabowo juga punya basis massa di Jawa Barat. Sementara Cak Imin cukup kuat basisnya di Jawa Timur. Dua wilayah ini cukup besar jumlah pemilihnya. Jawa Barat 34 juta pemilih. Jawa Timur 30 juta pemilih. Cukup signifikan.
Gencarnya kampanye PKB sepertinya belum diikuti oleh Gerindra. Prabowo dan Gerindra masih terlihat dingin. Tidak seperti PKB yang punya semangat luar biasa. Ada apa gerangan?
Kabarnya, Prabowo lebih sreg berpasangan dengan Khofifah Indra Parawansa yang saat ini menjabat sebagai Gubernur Jawa Timur. Prabowo-Khofifah diharapkan dapat diusung oleh Gerindra dan PKB.
Ini pilihan yang masuk akal mengingat pertama, Khofifah masih punya panggung sebagai gubernur Jawa Timur. Semua relawan Khofifah masih ON. Kedua, Khofifah punya kedekatan dengan pimpinan PBNU. Bahkan menjabat sebagai salah satu ketua PBNU. Diharapakan pasangan Prabowo-Khofifah mendapat restu dan dukungan masif dari PBNU. Di sisi lain Cak Imin terlihat sedang berseteru dengan pimpinan PBNU. Ketiga, Khofifah adalah seorang perempuan dan ketua Muslimat NU empat periode. Lebih dari 20 tahun memimpin Muslimat NU, Khofifah punya pangsa pasar dan grassroots Kaum Hawa Jawa Timur, juga sebagian Jawa Tengah. Jumlah wanita muslimat NU sangat besar dan militansinya cukup bisa diandalkan.
Problemnya, apakah PKB mau mendukung Prabowo-Khofifah? Apakah PKB legowo menggeser Cak Imin ke posisi King Maker? Biarlah pihak PKB yang akan menjawab.
Jakarta, 16 Juli 2022