Sketsa Pemilu Serentak 2024: (6)
“Perang Bintang” di Kota Bandung.
Oleh : Imam Wahyudi.
Pemilu Serentak 2024, sejatinya masih menunggu dua tahun lagi. Bahkan tahapan masih merangkak. Baru dimulai dalam bulan Juni ini. Betapa pun, geliat tradisi demokrasi itu sudah mulai terasa.
Sejumlah kandidat mulai ancang-ancang. Ragam aksi sosialisasi mulai digerakkan. Tak sedikit masih sebatas “diam-diam”. Merangkak dengan durasi sesekali. Belum muncul terbuka ke permukaan. Tentu saja, kecuali calon petahana. Mereka punya bekal agenda reses dewan. Pun model “pembinaan” dapil lainnya.
Begitu pula yang termonitor di Kota Bandung, Jawa Barat. Daerah pemilihan (dapil) yang cukup populer. Tak kurang, karena dayatarik metropolitan Parahyangan. Meski berjuluk “medan laga” keras, tak pernah sepi peminat. Ketat dalam kompetisi antarkandidat. Itu pula yang menjadikannya bertajuk “star war”. Perang bintang yang memberi kebanggaan tersendiri bagi para pemenangnya kelak. Adalah mereka yang terpilih sebagai anggota DPR RI. Ya, dari dapil Jawa Barat 1. Meliputi kota Bandung dan Cimahi.
***
KUOTA tujuh kursi parlemen diperebutkan. Entah berapa calon dari parpol peserta Pemilu 2024 nanti. Kalkulasi kasar, dari sejumlah itu — hanya sekira 15 prosen dimungkinkan lolos.
Kontestan yang gagal harus mengulang. Bukan kompetisi susulan. Tapi mesti menunggu lima tahun lagi. Pemilu berikutnya, bila masih “ngarep”. Lantas, berapa jumlah rupiah beredar semasa itu? Tentu, terbilang bisa mencapai ratusan miliar. Wow..! Dipastikan, marak atribut di banyak sudut kota. Bakal serupa sampah visual. Banyak lagi yang menyertai. Itulah, satu sisi konsekuensi berdemokrasi.
Sebatas pengen “nyaleg”, tidaklah bijak. Apalagi “kutu loncat” yang mengandalkan peruntungan. Tak ada “lucky draw”. Hal serupa itu, kekinian cuma “pepesan kosong”. Tak mudah, euy. Tak cukup berbekal jaringan. Kekinian, perlu pemakluman dan arif. Dalam banyak aspek. Pada kesempatan pertama hendaknya sarat bekal logistik. Tak berlebihan, begitulah. Sungguh, “high cost.”
Kesiapan logistik yang tak sekadar cukup, sebuah keniscayaan. Alih-alih kompetensi, kapasitas dan kapabelitas yang mestinya dalam posisi “self defence”. Cukup banyak bisa di”break down” kemudian.
Di depan mata, tujuh kandidat petahana yang tampak masih turun gelanggang. Sebutlah pesaing utama. Adalah Dr. Ir. H. Sodik Mudjahid, MSc. (Gerindra), Junico, SE (PDIP), Nurul Arifin (Golkar); Muhammad Farhan (Nasdem), Hj. Ledia Hanifa, SSi, MPSi.T (PKS), Teddy Setiadi, SI Kom (PKS), Agung Budi Santoso, SH, MM (Demokrat).
Taktik dan strategi kompetisi perlu disiapkan. Dimatangkan dengan penyesuaian dan progres lapangan. Semua itu haruslah berbasis data. Sekurangnya pemahaman administrasi dan populasi. Di Kota Bandung, misalnya — terdapat 30 kecamatan. Meliputi 153 kelurahan, 1.531 RW, dan 9.473 RT.
Daftar pemilih tetap (DPT) pada Pemilu 2024, mencapai 1.783.147 orang. Penambahan 0,02% pemilih baru. Perbandingan jumlah pria 886.883 jiwa dan 892.264 orang perempuan. Sejumlah hak pilih itu akan difasilitasi 7.450 TPS. Selanjutnya, sebelum aksi — mulailah berkalkulasi.*
– penulis, wartawan senior di Bandung.