(Jadi atau tidak jadinya referendum kita harus siap dan menyiapkan diri)
OLEH CECEP “KI SUNDA” HIDAYAT
Kalaulah isu Referendum seluruh Indonesia itu memang harus terjadi … yang akan paling diuntungkan adalah Masyarakat Sunda (Jawa Barat) karena akan memiiliki ibukota yang sudah jelas sejarahnya bahwa itu milik masyarakat Sunda yaitu Sunda Kalapa ( Jakarta) dimana pasilitas inprastrukturnya sudah jauh melampoi batas kota kota diseluruh bekas wilayah Indonesia. di tambah juga kota Bandung. Suatu kota yang menghasilkan produk produk manusia yang berkwalitas yang selama ini dibutuhkan oleh seluruh masyarakat di seluruh Indonesia. Contohnya STPDN, SESKOAD, ITB, UNPAD, dll
Untuk itu kepada Masyarakat Sunda (Jawa Barat) kalaulah Referendum itu memang harus terjadi . mari kita sambut dengan gembira dan senanghati. Kita rayakan perubahan yang mengembirakan tersebut diseluruh pelosok negeri Parahiangan.
Kita tinggal memilih siapa pemimpin kita.
Maaf kepada Kang Rika kalau Masyarakat Pasundan harus referendum tidak otomatis akang jadi pemimpin masyarakat Parahiangan. Ya bolehlah setahun kang Rika Memimpin hitung2 sebagai panitia Carteker dalam membuat Musyawarah Pemilihan Pemimpin Masyarakat Parahiangan (Pasundan)
Terserah nantinya mau pakai nama Presiden, Perdana Menteri, Sultan (kalau Ada) dll… yang pasti penentuan pilihan pemimppin itu betul betul harus bersih dari Money politik, jangan seperti saat ini blingsatan gak karuan.
Referendum bagi kita bukansuatu yang harus di takutkan tetapi suatu hal yang harus disayangkan.maksudnya…Kok sudah sekian puluh tahun kita babarengan dalam menghidupkan kebersamaan bernegara tapi hanya karena keteledoran pemimpin yang terlalu polos yang bisa dibikin ini atau itu oleh dalang atau sautradara (actor intelektual) ,kita harus berahir dengan bubaran tanpa kejelasan.
Tetapi “ya sudahlah” kalau memang kita harus bubar gak apa apa. Sepertinya bagi masyarakat Parahiangan hal ini bukan suatu persoalan yang rumit tapi akan dijalani seperti air mengalir. Hal ini sesuai dengan ciri khas yang menonjol dalam filosopis masyarakat Sunda(Jawa Barat). Bahwa air merupakan sumber kehidupan dan inspirasi filsapat hidup masyarakat Pasundan di Jawa Barat. Makanya hampir semua nama tempat atau nama sungai di awali dengan nama air atau “ci”
Yang palingpenting Dalam menghadapi isu Refeendum ini, Yang harus diperhatikan oleh kita (Masyarakat Sunda Jawa Barat) adalah bagaimana kekuatan advokasi hukum kita mengenai status wilayah yang secara fakta dan nama tempat berada di wilayah administrasi tata kelola manajemen masyarakat Sunda di Jawa Barat dan sekitarnya. Sederhananya wilayah dengan nama yang diawali kata “Ci” (air) baik nama tempat kota desa kampung dll dan juga nama sungai yang ada disekitar lokasi tempat tertentu.. itu adalah wilayah yang tatakelolanya mempunyai sejarah secara hokum berada dalam wilayah kuasa hokum pengelolaan masyarakat Sunda (Pemerintahan Parahiangan).
Mulai saat ini kita (masyarakat Sunda Jawa Barat) harus sudah mengantisipasi persoalan persoalan yang muncul dipermukaan, hindari konplik social antara masyarakat tertentu (sesama Masyarakat yang berada di wilayah Pasundan) yang hanya akan menimbulkan status pemisahan yang diinginkan oleh golongan tertentu sehingga secara sugesti masa, kita (masyarakat Sunda Jawa Barat) menjadi merasa tidak memiliki tanah airnya sendiri. Seperti contohnya konplik Jack mania (Persija) dengan Viking ( Persib) yang sampai sekarang hubungannya seperti menjadi budaya permusuhan yang dianggap wajar padahal itu merupakan rekayasa hebat dari kekuatan tertentu dan dapat memisahkan suatu wilayah kekuasaan. Ini harus dikritisi – karena Sunda Kalapa (Jakarta) adalah wilayah yang pasti termahal di seluruh bekas kekuasaan Indonesia
Atau contoh lain yang berhubungan dengan sejarah yang bisa memunculkan rendahnya rasa kepemilikan tanah airnya sendiri. Tapi alhamdulillah pada saat ini doktrin sejarah itu sudah diakui secara akademis tidak mempunyai kekuatan data yang argumentative
Sejarah tersebut yang berasal dari teori rumpun Bahasa yang memvonis bahwa masyarakat Indonesia (yang akhirnya disamaratakan juga dengan masyarakat Sunda) sebagai masyarakat yang berasal dari daerah tanah China Selatan atau Yunan Selatan. (denga doktrin kegagahan yang semu menyebrangi lautan menggunakan perahu sampan dan rakit sehingga melahirkan lagu heroic yang semu yakni lahirnya lagu“Nenekmoyangku orang pelaut”) – ini adalah fakta sejarah yang sangat lemah dan dibuatbuat dan menggelikan yang hanya akan mensugesti bahwa masyarakat Indonesia –Jawa Barat khussusnya- untuk merasa menjadi kaum pendatang ditanahairnya sendiri, Hal ini harus bersama sama kita sadari bahwa itu merupakan rekayasa tertentu untuk mensugesti Masyarakat Sunda khususnya supaya merasa tidak memiliki tanahairnya sendiri.
Seperti yang saya ungkapkan diatas… Alhamdulillah sejarah konyol itu secara akademis tidak diakui lagi sebagai sejarah keilmuan tapi merupakan presentasi keilmuan dari sosok sosok ilmuwan untuk kepentingan golongan tertentu yang tidak bertanggung jawab.
Bahkan mungkin mulai saat ini sudah harus melakukan kajian kajian keilmuan yang harus dipersiapkan dalam menghadapi lahirnya gejolak nasional Referendum khusunya mengenai berbagai rekayasa pemisahan kekuasaan. Seperti halnya usulan pemekaran wilayah baik tingkat propinsi, kota, kecamatan, desa dan lainnya. Seperti terpisahnya Banten menjadi propinsi tersendiri atau isu Cirebon yang akan memisahkan diri menjadi propinsi diluar Parahiangan (Jawa Barat).
Gejolak ini aneh …kok di JawaTengah dan Jawa Timur tidak ada isu isu pemekaran wilayah, – tapi memang logis juga, karena kenyataannya Jawa Barat memang daerah yang paling potensial (termahal) diantara seluruh wilayah yang ada di dalam kekuasaan Indonesia apalagi dengan adanya Sunda Kalapa (Jakarta) yang infrastrukturnya betul betul jauh lebih paripurna di bandingkan dengan kota kota lainnya, Masyarakat Sunda di harapkan jangan terkecoh kalau Jakarta akan tenggelam, itu prediksi dan persepsi yang tidak bertanggung jawab, agar kita mengabaikan wilayah territorial yang paling pontensial tersebut
Kita harus sudah memulai kajian kajian ilmiahnya untuk mengantisipasi kemungkinan kemungkinan isu Referendum itu terjadi. Masyarakat Pasundan di Jawa Barat harus sudah lebih siap menghadapinya. Jangan sampai menjadi penonton konplik perubahan yang HOKCAY (Hokcay = colohok dan ngacay artinya terpaku dan meneteskan air liur) di rumahnya sendiri. (kitamenonton Orang orang bertengkar dirumah kita sendiri memperebutkan istri kita-ibu pertiwi), dan kepada Ridwan Kamil persoalan ini harus menjadi catatan penting dalam menjalankan roda pemerintahannya diJawa Barat, kalau memang ghirah untuk kepentingan masyarakat Pasundan yang lebih diutamakan, buka slot kebijakannya untuk melakukan kajian kajian ilmiah mengenai kemungkinan kemunkinan kedepan nasib masyarakat Jawa Barat (Pasundan), khusunya mengenai Hukum territorial masyarakat Pasundan (Jawa Barat) yang sudah pasti hal ini membutuhkan keputusan yang jelas dari Pemimpin nomor satu di Jawa Barat,
Kepada Ridwan Kamil kita ingatkan, bahwa Kita secara nurani kebersamaan tidak ingin terjadi referendum, bubarnya Negara tercinta ini, tapi kita tidak bisa memprediksi kedepan tentang kebersamaan ini, Negara terkuat sekelas Uni Sovyet saja bubar, apalagi kita. “Ingat itu Kang Emil”
Kembali kepada isu referendum yang pernah ramai dibicarakan di berbagai obrolan masyarakat baik awam maupun ilmuwan. Baik yag menganggap itu isu atau juga kenyataan.. seperti halnya pernyataan salah seorang professor (yang kata isu- mungkin hoax- gajihnya 100 juta perbulan yang kerjanya hanya sebagai penjaga gawang kekuasaan) menyatakan dengan ringan bahwa referendum itu hanya isu isu media social yang tidak bertanggungjawab.
Tuan professor itu tidak menyadari bahwa bangsa dinegeri ini bangsa dengan berbagai kemampuan imajinasinya yang sangattinggi – walaupun referendum itu hanya isu tapi hal itu muncul terinspirasi dari kacaunya kekuasaan yang saat ini sedang memuncak keanehannya dan itu dijaga oleh celoteh celoteh para predikat ilmuwan (professor,doctordll) dimana mereka sedang menjabat di sekitarkekuasaan, contohnya penjaga gawang professor itu yang kata isu dapat gaji perbulan 100juta.- wow cukup masuk akal kalau kemampuan nalarnya di simpangkan demi uang yang cukup besar tersebut-
Tetapi yang jelas untuk masyarakat pasundan di Jawa Barat Isu Referendum itu harus di hadapi dengan tenang tapi juga siap segala sesuatunya.
Jadi atau tidak jadinya referendum kita harus siap dan menyiapkandiri
Bandung, 6 Oktober 2021