OLEH AENDRA MEDITA
Kabar itu datang dan membuat saya terdiam. Mas Lendo Novo pada Sabtu, 22 Agustus 2021, pagi dini hari telah pergi meninggalkan kita semua. Ia bagi saya adalah seorang sahabat diskusi kecil, bagi saya ia juga kawan berdialog tentang sejumlah hal. aktivitasnya sangat luar biasa. Ide-idenya juga cemerlang.
Nama Lendo Novo tak lepas dari gagasannnya sebagai tokoh penting dalam dunia pendidikan.
Namanya kesohor sebagai penggagas pertama konsep Sekolah Alam (school of universe), pendidikan holistik yang mengintegrasikan nilai iman, ilmu pengetahuan, berlandas rasa cinta pada alam semesta dan kehidupan. “Kita tidak sekadar membangun sekolah tetapi kita sedang membangun peradaban,”ujar Lendo Novo menegaskan motto Sekolah Alam yang didirikannya sejak 2004 silam.
Perjalanan Lendo tak serta merta mulus, perjuangannya luar biasa sejak kecil ia dilabeli stigma sebagai anak badung. Namun jalan hidup Lendo Novo seolah telah digariskan menjadi pegiat pendidikan, pembaharu dalam usaha memanusiakan manusia. Selama menempuh pendidikan dari TK, SD, SMP hingga SMA, Lendo kerap dihukum oleh guru karena tidak mampu berkonsentrasi dan dianggap mengganggu aktivitas belajar teman-temannya.
Hampir sepanjang waktu belajar, hati Lendo senantiasa gusar. Ia selalu menanti istirahat tiba, atau bel pulang sekolah berdentang, sebab pada kedua waktu tersebut, Lendo bisa bebas bermain dan mengekspresikan dirinya. “Waktu itu saya tidak mengerti kenapa saya disebut sebagai anak nakal dan pengganggu temanteman di kelas. Buat saya sekolah seperti penjara yang mengekang kebebasan saya untuk berekspresi,” kenang pria kelahiran 6 November 1964 pada masa sekolahnya dulu.
Tak hanya di sekolah, di rumahnyapun Lendo dianggap anak bermasalah. Sempat kewalahan mendidik Lendo, kedua orang tua akhirnya membawa Lendo pada seorang psikiater. Dokter ahli jiwa kemudian mendiagnosis Lendo sebagai anak hiperaktif. “Setelah berumur 40 tahun saya baru tahu bahwa saya adalah seorang Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)”, itulah satu pengalaman masa kecil yang tak pernah Lendo lupakan.
Orang tua Lendo terutama sang Ayah mendidik Lendo dengan keras. Ia kerap menerima hukuman karena kenakalannya. Walau demikian, Lendo mengakui didikan keluarga memberi pengaruh besar pada perjalanan hidupnya kini. Lendo tumbuh dalam keluarga Minang yang mapan. Kedua orang tuanya berasal dari Pariaman, Sumatera Barat, yang merantau ke Jawa. Lendo tumbuh dewasa mengakrabi dunia pergerakan hingga membuatnya masuk penjara saat mahasiswa di ITB.
Ayah Lendo pernah bekerja sebagai pegawai Bank Indonesia. Sementara, Ibunya adalah seorang wirausaha. Bisnis Ibunda Lendo bermacam-macam, mulai dari jualan es mambo, menyewakan rumah hingga memberi kredit kepada tetangga. “Banyak sekali orang yang bergantung hidup kepada Ibu saya, mulai dari karyawannya, mitra bisnisnya hingga orang-orang yang kamisantuni. Hampir setiap hari kami terlibat mendukung bisnis Ibu sesuai kemampuan masing-masing. Bakat dan minat saya sebagai wirausaha sosial sepenuhnya terinspirasi dari perjuangan Ibu”, kenang Lendo.
Tak banyak orang yang dapat memahami tingkah hiperaktif Lendo. Di rumahnya, Lendo lebih dekat dengan neneknya, sosok yang menjadi penjaga dan pembelanya.
“Setiap hari saya tidur bersama nenek hingga saya berumur 10 tahun. Nenek seolah menjadi malaikat yang selalu membela saya apabila saya melakukan banyak kesalahan atau membuat orang tua saya marah. Dan yang paling menonjol dari nenek saya adalah kepemimpinannya yang tegas, tanpa saya sadari menular kepada diri saya. Nenek juga yang menginspirasi saya agar berjuang sekeras mungkin untuk meraih apa yang saya impikan,” kisahnya.
Meski dicap sebagai anak nakal, Lendo telah berpikir jauh ke depan sejak belia. Ketika usia SD, setiap hari Lendo bermain dengan rekan-rekan yang lebih senior usianya. “Secara naluri saya lebih nyaman berdiskusi dengan teman-teman yang usianya lebih senior dibanding saya. Kesamaan pemikiran dan semangat untuk bersatu membuat saya b-tah berlama-lama berdiskusi dengan orang-orang yang lebih dewasa dibanding saya,” kenang Lendo.
Kebiasaan itu membentuk pemikirannya menjadi lebih dewasa, lebih visioner dibanding teman-teman sebaya. Lendopun menjadi langganan ketua kelas atau tokoh informal di sekolah. Ia membangun persahabatan dengan teman-teman yang memiliki kecenderungan agresif, rekan-rekannya yang juga disematkan predikat anak nakal. Orang-orang menyebut perkumpulan mereka sebagai “anak genk”.
Pernah menjabat sebagai Director of Greenlife Pertamina Foundation, Lendo Novo mengatakan, fokus kegiatannya menyasar aspek lingkungan dan pendidikan yang berwawasan lingkungan. Mulai dari kegiatan menabung 100 juta pohon, yang hingga pada tahun ini telah berhasil menanam 90 juta pohon secara kumulatif.
Dilaman CSR-INDONESIA.COM dia mengatakan, “Di bidang energi terbarukan, dilakukan melalui penyediaan suplai pembuatan woodchip dari 800 ribu pohon lamtorogung di lahan 200 hektar untuk pembangkit listrik satu mega watt (1 MW),” ujar Lendo dalam acara buka puasa bersama waktu itu di Hotel Grand Hyatt, Jakarta Pusat.
Pada bidang pengelolaan sampah terpadu, Lendo melanjutkan, pihaknya melakukannya melalui zero waste management di Kota Payakumbuh. Ada juga kegiatan akademi menabung pohon. Melalui kerja sama dengan pihak ketiga, berhasil disusun kurikulum beserta modul serta mekanisme perekrutan relawan Gerakan Menabung Pohon. Dalam konsep ini saya sempat ikut membantu media komunikasinya bersama sidara Desvanto dan Robi Koto.
“Pada aspek pendidikan, PF menggelar Sekolah Sobat Bumi (SSB) di 17 sekolah melalui penerapan Sistem Tata Kelola Sekolah yang baik dan berwawasan lingkungan,” ucapnya.
Lebih lanjut, ditambah dengan pelatihan mengenai Pembangunan Berkelanjutan di 17 SSB, serta 170 sekolah binaan. Sebagai hasilnya, beberapa inovasi telah berhasil diciptakan, seperti Bahan Bakar Nabati (Bakarti) di SMP Negeri 1 Balikpapan dan SMP Negeri 10 Samarinda.
“Biogas di 11 SSB, dengan penerapan di SMK Negeri 3 Sukabumi. Tak kalah mencengangkan, berhasil dikembangkan juga Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di SMK Negeri 1 Probolinggo. Belum lagi eco-transportation di empat kota untuk 44 SSB,” ungkapnya.
Tahun 2017 MAJALAH CSR INDONESIA membuat event sejarah penting, yaitu CSRINDONESIAAWARDS untuk pertama kalinya. Acara di gelar di Ballroom Golf Pondok Indah. Majalah yang membahas soal kepedulian dan sosial responsiblity ini yang saya pimpin akhirnya memilih 2 tokoh dalam Kategori “Insan Gagas Gemilang” Lendo Novo terpilih sebagai pendiri sekolah alam dan pengagas sobat bumi. Untuk Insa Gagas Gemilang pada tahun 2017 juga kami berikan kepada Muhamad Arif Kirdiat sebagai pemimpin Komunitas Relawan Kampung pembuat 100 Jembatan di Banten dan Indonesia.
Lendo bagi saya adalah sosok yang santun, bijak, baik dan sederhana. Aktivitasnya yang luar biasa dan dedikasi dalam dunia sosial yang begitu kuat terus ia jalani secara konsisten penuh istiqamah.
Inalilahiwainalilahi rojiun selamat jalan Mas Lendo…karyamu akan abadi dan menjadi catatan sejarah besar bangsa ini. (berbagai sumber dan dialog dengan Lendo Novo).***