JABARSATU.COM – Dewan Kebudayaan Kota Cimahi (DKCC) menggelar Festival Monolog ke-2 Tingkat Jabar. DKKC kali ini bersama Masyarakat Teater Cimahi (Masteci) Gelar Festival Monolog ke 2 DKKC Tahun 2021. Luar Biasa Animo Tinggi Festival Monolog untuk pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum tingkat Jawa Barat ini berlangsung pada 10 – 30 Juni 2021 yang dilakukan lewat YouTube Dewan Kebudayaan Kota Cimahi.
Ricky Angga Maulana sebagai Ketua Masteci juga Sekretaris Komite Teater dan Pedalangan DKKC mengatakan, festival dimulai dari pembuatan video monolog oleh para peserta di tempatnya masing-masing. Terjaring sebanyak 30 perserta yang daftar dan 24 peserta mengirim video untuk dipilih oleh tim kurator di kanal youtube DKKC.
“Ada kurasi yang dilalukan pada 10-15 Juni 2021. Dipilih 6 perserta pertunjukan monolog terbaik oleh tim kurator. Kemudian sebanyak 6 perseta monolog yang lolos melakukan pertunjukan ulang dan disaksikan langsung oleh 3 orang Juri/kurator dengan lokasi di Cimahi, serta ditayangkan langsung melalui kanal yotube DKKC,” kata Ricky dalam siaran persnya (19/6/2021).
Ricky menambahkan Dewan juri memilih 3 peserta terbaik Festival Molonog ke-2 DKKC tingkat Jawa Barat dan menentukan pertunjukan monolog tebaik 1, 2 dan 3.
Sedangkan penentuan pertunjukan monolog terfavorit ditentukan oleh jumlah penonton dan tanda suka di youtube DKKC sampai tanggal 30 Juni 2021.
“Penentuan perserta yang lolos final diumumkan pada 18 Juni 2021 kemarin. Enam peserta yang lolos diantaranya; Nadya, Vioni Novita, Fadly Dwi, Sri Mulyati, Tri Monica dan Widdy Wandika. Mereka diwajibkan mengulang pertunjukan monolog secara langsung di hadapan para juri tanggal 1 Juli 2021. Sebagai sitimulan, semua pemenang mendapatkan hadiah uang pembinaan dari DKKC, piala dan sertifikat,” tambahnya.
Sementara itu Ketua DKKC Hemana HMT menyatakan, Festival Monolog ke-2 DKKC tingkat Jawa Barat ini rencana awal siap digelar dan bisa disaksikan secara langsung digedung Technopoark Kota Cimahi.
Namun wabah Covid-19 belum mereda, kegiatan berlangsung secara daring seperti halnya festival monolog tahun 2020 kemarin karena menghindari kerumunan dan dan menjaga kesehatan dari penularan virus Covid-19.
“Meski demikian, untuk penilaian 6 perserta yang masuk pada babak final, kami berusaha agar dewan juri bisa menyaksikan pertunjukan monolog secara langsung, namun tanpa penonton dan bagi masyarakat yang ingin mengapresiasi bisa menyaksikan melalui penanyangan secara langsung di youtube DKKC,” jelas Hermana.
Hermana juga menambahkan bahwa kegiatan festival monolog sepenuhnya didukung Pemerintah Kota Cimahi melalui Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga (Disbidparpora) dengan anggaran belanja hibah DKKC tahun 2021.
“Digelarnya Festival Monolog ke -2 se Jawa Barat oleh DKKC diharapkan dapat merangsang minat dan mengembangkat bakat pelaku budaya khususnya pelaku seni teater di Kota Cimahi. Sebagai ajang pembinaan bagi pelaku teater di Kota Cimahi, sekaligus mendorong rasa percaya diri untuk bersaing dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas bersama pelaku teater di Kabupaten/Kota di Jawa Barat,” paparnya.
Masih kata Hermana Cimahi menaruh harapan besar dalam kegiatan ini terus berlangsung tiap tahun, bukan saja makin meningkat mutu dan jumlah pesertanya, juga tambah meluas cakupannya.
”Tahun sebelumnya hanya se Bandung Raya, kemudian tingkat Jawa Barat dan tahun berikutnya diharapkan bisa melakukan Festival Monolog dengan peserta pelaku teater dari seluruh Provinsi di Indonesia,” papar Hermana.
Sebagai bahan evaluasi bagi para aktor Monolog yang melakukan pertunjukan secara daring, Yoyo C. Durahman, ketua Dewan kurator/juri Festival Monolog ke-2 DKKC tingkat Jawa Barat menghimbau agar tiap aktor selain menguasai perangkat keaktoran seperti mengolah tubuh, mengolah imajinasi, mengolah emosi dan memiliki pengetahun sebagai perengkat menganalisa tokoh atau naskah yang dimainkan. Juga mesti memahami perangkat audio dan video.
“Pertunjukan teater yang ditonton dan bisa komunikasi secara langsung dengan penontonnya disebuah tempat pertunjukan ada perbedaan penanganan secara teknis dengan pertunjukan yang dilakukan melalui media daring seperti halnya youtube,” ungkap Yoyo.
Yoyo menjelaskan dalam masa pandemi Covid-19 mendorong para seniman untuk bisa beradaptasi pada media baru seperti internet dan media sosial sebagai media alternatif dalam berkarya yang saat ini pertunjukan seni secara langsung sangat dibatasi.
Maka ketika kita mengunakan perangkat video sebagai perekam seperti pertunjukan monolog mesti memperhatikan pencahayaan, audio, dan sudut pandang kamera.
“Sebagai contoh, pencahayaan yang berlebihan menyebabkan eksprsi tubuh aktor di video tidak kelihatan dengan jelas, begitu pula jika jarak objek terlampau jauh. Artinya aktor monolog dan tim videografi harus memahami kelebihan dan kekurangan perangkat yang digunakan, sehingga dapat memaksimalkan ekspresi tubuh dan dapat dilihat penonton dengan jelas,”ungkap tokoh teater Bandung ini.
Menurut Yoyo, seperti halnya dilakukan pada ajang Festival monolog ini kali, teknik pengambilan video tidak mesti seperti membuat film karena bukan sedang buat film. Pakteknya hanya memindahkan tempat pertunjukan teater dari panggung ke dalam bentuk video. Jadi nuansa panggungnya harus terasa dan teknik videografinya juga harus diperhatikan.
“Media baru seperti halnya media sosial diantanya youtube jangan dianggap sebagai penghancur seni pertunjukan yang biasa dilakukan secara langsung diapresiasi. Tapi media ini sebagai media alternatif yang bisa dimemanfaatkan untuk berkarya. Pemanggungan secara langsung terus berjalan dan pemanggungan virtual menjadi panggung kedua. Panggung virtual sangat bermanfaat untuk mensosialisasikan karya ke publik yang lebih luas,”tutup Yoyo. (At/BSGHJ)**