by Tarmidzi Yusuf
Pegiat Dakwah dan Sosial
Sebagaimana kita ketahui Pilkada Kabupaten Bandung diikuti 3 paslon, yaitu Hj. Kurnia Agustina yang biasa disapa Teh Nia berpasangan dengan Usman Sayogi atau Kang Usman dengan tagline NU PASTI Sabilulungan.
Sementara dua paslon lainnya adalah Yena Iskandar Ma’soem nomor urut 2 berpasangan dengan mantan striker Persib Atep Rizal dengan tagline DAHSYAT.
Terakhir pasangan calon BEDAS nomor urut 3, Dadang Supriatna atau Kang DS berpasangan dengan artis sinetron Jin dan Jun, Sahrul Gunawan.
Menjelang pencoblosan 9 Desember 2020 yang kurang dari 15 hari lagi perang opini melalui publikasi hasil survei makin masif dilakukan oleh masing-masing timses.
Menariknya ketiga paslon masing-masing mengklaim menang. Pemenang Pilkada Kabupaten Bandung tiga paslon versi tiga lembaga survei. Lucu juga ya.
Beranikah ketiga lembaga survei tersebut membongkar data responden untuk menguji keilmiahan dan validitas hasil survei? Jangan-jangan respondennya sudah ‘ditentukan’ berdasarkan kecenderungan pilihan politik masing-masing responden.
Pasangan nomor urut 1 NU PASTI menang versi PolData dengan kemenangan cukup signifikan 48%.
Sedangkan pasangan DAHSYAT menang 40,17% versi lembaga survei Nusantara Politica Research and Consulting (NPRC).
Terakhir pasangan BEDAS unggul berdasarkan hasil survei LSI Denny JA dengan elektabilitas 45,9%.
Menariknya lagi menurut survei LSI Denny JA swing voters (masa mengambang) sekitar 52,2% saat hasil ini dirilis 16 November 2020. Kurang dari 1 bulan menjelang pencoblosan.
Yang agak aneh dari hasil survei LSI Denny JA adalah swing voters yang sangat tinggi, yaitu 52,2% . Biasanya semakin dekat hari pencoblosan persentasi swing voters semakin kecil.
Disamping itu hasil penelusuran melalui berita media. Menurut Media Indonesia tanggal 26 Oktober 2020 hasil surveinya tidak jauh berbeda dengan berita Kompas.com Bandung, 16 November 2020.
Pertanyaannya betulkah survei LSI Denny JA dilakukan awal November sementara hasil survei seperti dirilis Media Indonesia sama persis dengan yang diwartakan MI, 26 Oktober 2020 yang lalu. Soalnya ada kecurigaan memodifikasi hasil survei bulan Agustus 2020 yang lalu.
Betulkah hasil ketiga lembaga survei tersebut benar-benar mencerminkan pilihan politik warga Kabupaten Bandung? Independensi dan keilmiahannya terjamin.
Bisa jadi pula cermin dari ‘kepanikan’ paslon tertentu karena tidak mungkin mengejar paslon yang diunggulkan menang versi lembaga survei yang netral dan bukan bagian dari ‘perang’ opini untuk mengimbangi hasil survei paslon sebelah.
Kita tunggu 9 Desember 2020 kepastian siapa pemenang Pilkada Kabupaten Bandung. Sekaligus akan ketahuan pula paslon yang ‘mempermainkan’ hasil survei untuk penggalangan opini bahwa paslon tertentu akan menang bila terjadi tsunami politik dan isu money politik sebagai ‘kambing hitam’.
Panik dan pasrah karena bakal kalah dengan bumbu isu politik uang karena elektabilitas tidak bisa terdongkrak lagi?
Wallahua’lam bish-shawab
Bandung, 8 Rabiul Tsani 1442/24 November 2020