Home Hukum CATATAN WEBINAR, Sawalamaya Pra Kongres Sunda: EKONOMI DIUJUNG TANDUK

CATATAN WEBINAR, Sawalamaya Pra Kongres Sunda: EKONOMI DIUJUNG TANDUK

971
0

Mantan Gubernur Bank Indonesia dan kini Rektor Institut Koperasi Indonesia (IKOPIN) Burhanudin Abdullah (BA) dalam WEbinar Sawalayamaya Pra-Kongres Sunda dengan tema: “Jawa Barat di Resesi 2020, Sikap, Tantangan, dan Solusi ke Masa Depan, Rabu (12/8/2020), begitu gamblang memaparkan kondisi krisis dan masuk jurang resisi saat ini. 

Lihat dampaknya banyak perusahaan PHK, dalam hal ini berhenti, dan sama sekali tidak berproduksi lagi. Akhirnya jumlah pengangguran tambah tinggi. BA memmbaca kondisi perusahaan tersebut berdampak pada sektor keuangan yang sampai saat ini masih kelihatan seperti berjalan baik, tetapi harus dicermati karena event di luar sangat memengaruhi perbankan. Soal aset sudah mulai terjadi dan akan terus berlangsung cukup lama semakin menurunnya harga aset. Harga aset misalnya property maupun aset-aset lainnya turun. “Situasi daya kecil kemampuan ekonomi. Semakin mengecilnya ekonomi yang kemudian dinamakan dengan krisis.

Tiga hal diatas dirasakan semua bukannya hanya individu. Lalu, apa yang harus dilakukan? “Harus kita lakukan analisis dan pencermatan yang dalam, bagi individu menghadapi situasi seperti ini secara personal dia harus tetap bisa survive. Dia harus bekerja semakin kuat. Harus menambah energi yang dikeluarkan untuk mendapatkan income yang mungkin sudah berkurang, harus mempertahankan dirinya barangkali dengan cara melakukan usaha bersama dengan teman-teman. Nilai kreativitas di situ akan muncul,” kata BA

Soal regulasi pemerintah, BA melihat pemerintah sudah banyak berusaha dengan mengeluarkan berbagai aturan, baik itu perppu, perpres dan sebagainya. karena tidak ada yang perlu diragukan. Political will pemerintah untuk menyelesaikan persoalan begitu kuat, begitu besar. Begitu kerinduan bagaimana untuk menyelamatkan ekonomi masyarakat dan pada saat yang sama menghentikan pandemi, jelas mantan Menteri Zaman Presuden Gus Dur ini.

BA juga memaparkan bebagai tex book dan tulisan yang mencontohkan political capacity of implementation biasanya mengutip Vietnam dan Jepang. Di Jepang pada saat melakukan penyerangan Pearl Harbor, Jepang menang di awal pertama karena mendapat dukungan politik yang sangat kuat. Lalu Vietnam menang terhadap Amerika Serikat karena politicall capasity to implement begitu full power.

Terkait dengan masalah finansial, ujarnya, kalau boleh terus terang dari dulu hingga sekarang persoalan kita adalah tidak punya uang. “Kita kurang uang. Mengapa pertumbuhan kita hanya sekian persen dulu, itu karena kita tidak punya uang,” ucap dia seraya menegaskan jika melihat sekarang, capacty to implement dan sisi finansial aga berat.

Untuk itu, tambahnya terpaksa harus pinjam ke masyarakat bahkan melakukan sharing dengan Bank Indonesia dan sebagainya. “Itu saya kira satu jalan keluar yang baik dan menunjukkan persoalan kita ada di situ,” katanya.

“Lalu dilihat juga di APBN-nya, apakah duitnya ada? Kalau ngga ada kita tidak mampu utuk itu. Kita harus pinjam. Defisit kita,” imbuh Burhanudin.

Para stakeholder Kongres Sunda harus turut bersama-sama memperjuangkan posisi fiskal Jawa Barat di tengah kenyataan posisi tax ratio (rasio pajak) Indonesia yang menurun tajam dari 11% mungkin menjadi 8 % bahkan 6% persen yaitu keadilan fiscal. 

Direktorat Jenderal Pajak (DJP) III Jawa Barat adalah DJP nomer 3 tertinggi perolehan pajaknya setelah DJP Papua, Maluku, dan Jakarta Selatan, ini menunjukkan kekuatan nasional ekonomi Jawa Barat besar, tetapi dibandingkan Jatim, transfer daerah dari nasional kita lebih kecil, sedangkan beban pembangunan nasional dari demografi dan persoalan sosial ekonomi kita besar, ini harus disuarakan dengan penuh kekompakan oleh wakil rakyat, pemerintah daerah, dan para tokoh-tokoh asosiasi serta para inohong Tatar Sunda. Masyarakat Sunda harus memperhatikan dan memperjuangkan ekonomi Tatar Sunda ke depan termasuk membangun fondasi-fondasi ekonominya ke depan, dan itu memerlukan sebuah kebijakan strategis yang komprehensif yang dikawal dan diimplementasikan dengan tata kelola baik.

Ahmad Nadjib Qudratullah, SE (Anggota DPR RI Komisi XI yang membidangi bidang Keuangan, Perencanaan Pembangunan dan Perbankan) berpendapat bahwa krisis atau resesi ini dimulai dari keterlambatan, ketidaksigapan dan ketidakcakapan menangani pandemi Covid-19 pada tahap awal, dimana pemerintah malah berpolemik dengan pemerintah daerah tentang cara pencegahan bahkan Menteri Kesehatan abai dengan menyepelekan pandemi, sehingga sampai kini terjadi lonjakan. 

“Ya harusnya kita dapat memprediksikan kapan puncak dan kapan turun. Harusnya pemerintah dapat memprediksikan dari penanganan pandemi masa lalu yang tidak sekali terjadi dan yang sedang berjalan. Bahwa bila kita tidak dapat menangani masalah pandemi secara profesional akan berdampak besar pada situasi sosial, ekonomi dan politik. Kita Tidak dapat melaksanakan Progam Penyelamatan Ekonomi secara baik tanpa terlebih dahulu menuntaskan penanganan pandemi secara cepat, komprehensif dan tepat, “ tegas Nadjib.

Pengamat Ekonomi dan bursa efek Yanuar Rizky melihat proses recovery dalam krisis ada juga proses kekuasaan. Memandang revolusi pertanian, adalah sebuah langkah dimana kita harus melihat soal pangan kedepan. Ia membandingkan krisis di eropa. Eropa kalah perang dengan adanya flu Spanyol Jerman bangkit. Hitler melakukan perlawanan.

Selain itu Yanuar juga melihat bahwa misalnya soal pupuk. Sebagai mantan komisaris Independen PT Pupuk Indonesia Yanuar menyarankan cetak sawah adlaah harkat martabat petani. Harusanya cetak sawah itu di Jawa.

“Nah Jawa Barat adalah harusnya mengusulkan dari pada cetak sawah lebih baik irigasi diperbaiki dan lebih baik itu. Dan pangan ini lebih kuat juga produksinya lebih baik,” jelasnya.

Yanuar melihat saat ini pemerintah daerah banyak retorika dan retorika. Intinya kita defisit belanja harusnya untuk kedepan kalau mau reform di pangan. Defisi berbunga besar harusny bisa bangkita ekomoni desa.

“Jabar harus keluar dan punya solusi komplit untuk usulkan semua itu karena jabar pernah jadi lumbung pangan,” tegasnya.

WEbinar Sawalayamaya Pra-Kongres Sunda ini memang menarik dan semoga ini jadi bisa jadi masukan ke pusat dalam hal ini pemerintah agar melihat daerah lebih baik dibangun dengan upaya pendekatan kultural yang jujur. Dan jangan sampai ekonomi diujung tanduk ini akan makin ambruk. Nah!!! |AT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.