by M Rizal Fadillah
Setelah berpuasa sebulan penuh kini umat Islam menunaikan misi lanjutan sebagai bukti suksesnya beribadah. Sebagai Mu’min ia mengemban dua amanah yaitu amanah ibadah dan amanah khilafah. Amanah ibadah telah dijalankan melalui ketaatan ‘maghdhah’ nya. Amanah khilafah adalah bekerja mengelola dan memakmurkan bumi dengan sebaik-baiknya.
“Qum Fa anzir”–Bangun dan beri peringatan.
Tugas mulia adalah bangun dan membangunkan agar selalu sadar bahwa manusia itu berada dalam kelalaian dan terjebak di kehidupan remang remang ataupun hitam. Dalam kegiatan budaya, ekonomi, politik maupun agama. Peringatan adalah cahaya.
“Wa Robbaka fakabbir”–Besarkan asma Allah.
Allah itu besar, selainnya kecil. Tidak ada persoalan besar dan berat dalam pandangan Allah. Kita hanya diuji untuk menghadapinya. Solusi ada pada-Nya. Agama harus dibesarkan, syari’at-Nya mesti dimuliakan. Menghina atau meminggirkan agama akan berakibat pada kemurkaan Allah. Kehidupan yang sulit dan pahit.
“Wa tsiyaabaka fathohhir”–Pakaian bersihkan.
Pakaian itu performance. Dalam bahasa agama adalah akhlak. Akhlak mulia. Pakaian sendiri dan pakaian orang lain yang harus dibersihkan. Membangun peradaban yang bersih. Buang kultur korupsi, suap, zalim dan lainnya. Masyarakat berbudaya curang dan maling adalah masyarakat berpakaian kotor, jorok, dan compang-camping.
“Wa rujza fahjur”– Hapuskan dosa
Hati suci menjadi modal akhlak yang bagus. Dzikrullah dan istighfar untuk jalan penyucian diri. Dengan hati suci terbina tatanan yang beradab. Beda hati dan amal menyebabkan diri dan pemimpin berwatak tukang bohong, munafik, dan riya. Citra palsu.
“Wala tamnun tastaktsir”– Jangan pragmatis.
Dalam perjuangan memang perlu kalkulasi akan tetapi hitungan matematika tidak menjamin kemenangan. Dalam sejarah jumlah kecil bisa menghancurkan yang banyak. Ada keberanian, tawakkal, serta pertolongan Allah. Pragmatisme dan hedonisme sering menjadi musuh agama. Akarnya materialisme. Hidup adalah keyakinan bukan semata hitungan.
“Walirobbika fashbir”– Hanya kepada Allah bersabar.
Pelajaran shaum itu shabar. Kesabaran adalah kekuatan. Menghadapi tantangan agama baik yang mengganggu, merusak, maupun yang hendak menghancurkan, umat Islam harus menggalang kekuatan dan shabar melakukan perlawanan. Insya Allah kemenangan akan didapat. Semangat juang adalah untuk merebut kemenangan tersebut “hayya ‘alal falaah”.
Tindak lanjut shaum ramadhan tentu langkah konkrit. Bukan menunggu datangnya ramadhan lagi karena kita tidak tahu akan usia yang sampai atau tidak. “faidza faraghta fanshob” jika sudah lewat satu tahap maka masukilah tahap berikut. Setelah lewat ajang pembinaan dan perkaderan, kini kita berada di lapang perjuangan yang sebenarnya.
Misi agama adalah memenangkan pertarungan “liyudzhirohu ‘alad dieni kullihi”. Memenangkan budaya, memenangkan peradaban. Satu catatan agama Islam ini tidak boleh dikalahkan, dipinggirkan, atau dinistakan. Ayo bela, muliakan dan menangkan !
*) Pemerhati Politik dan Keagamaan
Bandung, 26 Mei 2020