by M Rizal Fadillah
Masyarakat menganggap Ramadhan saat ini diliputi suasana prihatin karena pandemi covid 19. Tempat ibadah pun ditutup atas nama pembatasan sosial. Kondisi ekonomi negara dan rakyat terpuruk. Kedatangan bulan suci Ramadhan tidak membahagiakan malah dikhawatirkan akan menambah kesulitan.
Sebagai orang beriman mestinya memandang tidak demikian. Optimisme harus menjadi warna jiwa. Ramadhan hadir sebagai bulan yang membahagiakan “syahrun adhiim” bulan agung “syahrun mubarak” bulan berkah “syahrur rahmah” bulan kasih sayang “syahrul maghfirah” bulan ampunan. Jadi semua predikat itu menegaskan sesuatu yang menggembirakan. Pahala ibadah pun dijamin akan dilipatgandakan.
Meskipun Ramadhan berasal dari kata “Armidlo” yang artinya terik atau biasanya hadir di musim panas, akan tetapi disinilah Allah dan Rosul-Nya mengigatkan makna ujian dan kesabaran. Semua hanya cobaan yang akan dilewati untuk kemudahan, kesenangan, dan ketentraman.
Optimisme Ramadhan didasarkan pada tiga hal, yaitu :
Pertama, shaum ramadhan adalah perintah Allah sebagai wujud kasih sayang-Nya. Kita diperintah dengan kalimah “kutiba” (diwajibkan) “kutiba ‘alaikumush shiyam” QS 2:183. Sementara Allah menyatakan diri dengan kalimat “kataba” (telah mewajibkan) “kataba robbukum ‘ala nafsihi ar rohmah” QS 6 :54–Telah mewajibkan Allah atas dirinya bersifat rahmah (kasih sayang). Jadi shaum tidak lain adalah kasih sayang-Nya.
Kedua, shaum ramadhan adalah pembersih jiwa. Allah ampuni segala dosa asal kuat iman dan waspada “man shoma romadhona imanan wahtisaban ghufiro lahu maa taqaddama min dzanbihi” (HR Bukhori-Muslim). Jaminan shaum adalah ampunan dosa terdahulu “ghufiro lahu maa taqaddama min dzanbihi”. Betapa membahagiakannya ibadah satu bulan dengan apik yang karenanya segala kebodohan, kedunguan, dan dosa dosa kita diampuni.
Ketiga, Allah menjajikan rezeki. Sesuatu yang ditakuti apalagi di era wabah adalah sulitnya penghidupan. Akan tetapi shaum ramadhan bukan penyebab, justru solusi. Belum terdengar ada orang yang meninggal akibat kelaparan shaum. Allah yang memberi rezeki. Untuk bulan spesial ramadhan Rosulullah SAW bersabda bahwa pada bulan ini “yuzaadu fiihi rizqul mu’min” (ditambahkan rezeki bagi mu’min). HR Ibnu Huzaimah.
Jika memasuki ibadah shaum bulan ramadhan dengan keyakinan kasih sayang, ampunan, dan rezeki dari Allah, maka seharusnya mu’min itu optimis. Lapang dada dan gembira. Allah sesuai sikap hamba-Nya. Jika ia gembira mendatangi Allah, maka Allah pun gembira mendatangi hamba-Nya. Di saat dahsyatnya wabah virus corona kita jadikan shaum ramadhan sebagai jalan bagi perlindungan dan pertolongan Allah SWT.
Jangan takut jangan bersedih. Bangun optimisme Ramadhan. Allah selalu hadir di tengah hamba-hamba-Nya yang selalu menghadirkan Allah SWT.
Selamat menunaikan ibadah shaum. Baarokallahu fiikum.
*) Pemerhati Keagamaan
Bandung 23 April 2020