Oleh: Radhar Tribaskoro.
Negara hanya sebesar dan sekuat keihlasan rakyatnya. Ketika revolusi dulu, rakyat Bandung ihlas membumi-hangus rumahnya sendiri dan pergi mengungsi menghindari kedatangan kolonial Belanda. Di Surabaya, ribuan pemuda kehilangan rasa takutnya dg hanya berbekal bambu runcing mengobarkan perang melawan pemenang Perang Dunia ke-2. Di Yogyakarta, walau sporadis, serangan TNI makin membuktikan kesolidan TNI dengan rakyat dalam revolusi kemerdekaan.
Ketiga peristiwa itu bagi kolonial Belanda maupun negara2 di dunia menciptakan efek luar biasa besar. Dunia meyakini bahwa kemerdekaan bukan keinginan Soekarno-Hatta dam sejumlah elit Indonesia saja. Sebaliknya, kemerdekaan adalah kehendak seluruh rakyat Indonesia.
Tidak ada satu negara pun, betapapun kuatnya, mau ambil resiko melawan 100juta penduduk yg rela mati untuk negaranya, betapapun miskin negara itu.
Itulah kekuatan keihlasan rakyat.
Di era damai sama saja. Rakyat ihlas membayar pajak dan mematuhi hukum. Karena mereka percaya negara memberikan kedamaian dan keadilan kepada mereka.
Hari ini Presiden Jokowi
meminta keihlasan rakyat agar menerima kenaikan tarif BPJS. Beban tambahan yang tidak ringan untuk kebanyakan rakyat awam.
Sementara itu pemerintah tidak berhenti memanjakan para pemodal, aspirasi muslim semakin disudutkan, pemberantasan korupsi dikerdilkan, kedamaian petani lenyap seiring peningkatan impor dan penjarahan lahan oleh korporasi, keamanan kerja buruh lenyap sejalan dengan kebijakan outsourcing dan kerja kontrak…dst.
Apakah rakyat akan ihlas saja?