by M Rizal Fadillah
Semangat untuk mengganti nama Propinsi Jawa Barat menjadi Propinsi Sunda cukup beralasan. Memang ada pilihan lain seperti Propinsi Tatar Sunda dan Propinsi Pasundan. Apapun itu namun akar orisinalitasnya adalah “Sunda”. Jawa Barat menghadapi sorotan karena Jawa yang paling Barat saat ini adalah Propinsi Banten yang dahulu memang masuk Wilayah Jawa Barat.
Spirit Kongres Sunda di Hotel Horison Sabtu kemarin adalah memang pada pergantian nama Propinsi Jawa Barat. Masih dalam tiga opsi sebagaimana disebut di atas. Pengkritikan dan kekhawatiran penggantian nama adalah primordialisme, kemunduran, atau bahkan apa yang disebut dengan nativisme. Budaya atau adat istiadat yang melekat dengan kultur Sunda.
Budaya benar menjadi pertimbangan akan tetapi tentu tidak identik dengan adat istiadat.
Propinsi Sunda menempatkan “Sunda” dalam makna yang maju, progresif, berorientasi ke depan serta relijius. Sunda yang kental akan nilai-nilai keagamaan. Bukan mistisisme atau nativisme. Sunda yang berteknologi dan berkeadaban. Propinsi yang diisi oleh sumber daya manusia yang berdaya saing tinggi. Propinsi yang bersemangat untuk menjadi terdepan, unggul, dan termaju di Indonesia.
Propinsi Sunda adalah pembaharuan kembali dari nilai nilai fundamental (fundamental values) masyarakat Sunda. Memperkuat kohesivitas dan kolegialitas bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Bukan separatisme tetapi fungsionalisasi nilai nilai kesundaan dalam kontribusi optimal bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tidak kembali ke “Negara Pasundan” yang dulu memang federalis. Negara yang diproklamasikan Karta Legawa Bupati Garut, Ketua Partai Rakyat Pasundan. Yang kemudian Wali Negaranya adalah “Dalem Haji” Wiranatakusumah V Bupati Bandung. Dikenal dengan Negara Pasundan Jilid II. Itu sejarah yang tentu ada baik dan buruknya. Hanya satu realita sejarah di Negara Pasundan Agama Islam dan budaya Sunda tidak terpisahkan. Bahkan menjadi suatu kekuatan.
Kini Jika Propinsi Sunda diterima maka lebih dari sekedar “back to culture” namun “forward looking to the new civilization”. Ada misi mulia dikandung dalam menyejahterakan, mencerdaskan dan membangun kehidupan masyarakat Sunda yang lebih beriman, bertakwa, dan berakhlakul karimah.
Dukungan besar penggantian nama Propinsi adalah besarnya harapan masyarakat agar rakyat dan masyarakat Jawa Barat memiliki kondisi dan karakter yang lebih “cageur, bageur, bener, singer, tur pinter” di era Propinsi bersemangat baru, yakni Propinsi Sunda.
*) Pemerhati Politik
Bandung, 29 Desember 2019