by: Imam Wahyudi (IW)
Gubernur Jabar (2008-2018), Ahmad Heryawan menyampaikan terimakasih kepada Danny Setiawan — gubernur sebelum dirinya — saat peresmian Bandara Kertajati, 24 Mei 2018 yang dilakukan Presiden Joko Widodo.
Di akhir dua periode masa jabatannya sebagai gubernur itu, tentu Ahmad Heryawan (Aher) menunjukkan rasa bahagia — karena impian masyarakat Jabar memiliki bandara internasional sudah terwujud. Peranan yang diinisiasi tokoh dan masyarakat. “Saya harus sebut, khusus pak Danny Setiawan sebagai gubernur sebelumnya dan teman-teman di Kadin Jabar,” katanya.
PENULIS PERLU MENGAPRESIASI SIKAP SEORANG GUBERNUR YANG MAU MENGAPRESIASI PERAN GUBERNUR SEBELUMNYA. SALING APRESIASI. BETAPA, SAYA SEMASIH ANGGOTA DPRD JABAR (2004-2009) CUKUP MENGETAHUI PERAN DANNY SETIAWAN PADA MASA JABATAN GUBERNURNYA. SAYA PERNAH MENGANTAR BELIAU MENEMUI MENHUB, HATTA RAJASA DI JAKARTA, TAHUN 2005. TERBITLAH SK MENHUB NO. 5 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN LOKASI) DI KEC. KERTAJATI, KAB. MAJALENGKA. DENGAN KATA LAIN, PERJALANAN PANJANG BERLIKU DAN MASA PENANTIAN 15 TAHUN.
Studi kelaikan sudah dilakukan sejak 2003, namun pada dasarnya pemerintah belum punya rencana. Awalnya diprogramkan sebagai proyek nonAPBN, hingga diperoleh ijin prinsip tadi. Pemprov Jabar sanggup membiayai, termasuk upaya penarik investor dari luarnegeri. Kaji ulang program pun terjadi pada 2012, dengan masuk kewajiban pendanaan dari APBN.
Selama tujuh tahun, praktis tak ada kegiatan pembangunan fisik. Bahkan menjadi 10 tahun terkatung, tanpa “progress”. Baru 2014 dimulai kegiatan pembersihan lahan dan pembangunan fondasi. Bahkan pada 2016 sempat diambil-alih oleh pemerintah pusat, sebelum di antaranya menggandeng Pemprov Jabar melalui sistem pembiayaan BUMD baru (Perda no. 22 tahun 2013) dengan nama PT BIJB (Bandara Internasional Jawa Barat) yang tentu saja dengan penyertaan modal dari pemprov.
Jalan mulus kian tampak. Proyek pembangunan Bandara Kertajati dimasukkan dalam Program Strategis Nasional (PSN) melalui anggaran Kemenhub 2015-2017. Selanjutnya ditindaklanjuti kerjasama sistem kelola (“joint venture”) Pemprov Jabar via PT BIJB dengan PT Angkasa Pura II berikut kepemilikan saham setara 60%, dan selebihnya (40%) disiapkan bagi pihak lain. “Groundbreaking” dilakukan awal 2016. Praktis dalam tempo kurang dari 2,5 tahun, Bandara Kertajati rampung dan siap dioperasionalkan.
*
Terkesan “kejar tayang”, Bandara Kertajati yang (kesiapan) pengoperasionalannya terkendala — sempat menuai kritik. Tak kurang dari Wapres Jusuf Kalla berpendapat, uji kelaikan tak bagus. “Tanpa kajian mendalam,” katanya.
Bila meruntut perjalanan dan prosesnya, kehadiran Bandara Kertajati pantas dicatat sebagai capaian prestasi pembangunan Jawa Barat. Keberadaannya bisa menjadi poros kebutuhan transportasi udara warga provinsi berpenduduk lebih dari 40 juta, yang mencakup tiga kawasan: Cirebon Raya, Bandung Raya dan Bodebekkapur (Bogor, Depok, Bekasi, Karawang, Purwakarta).
Tercatat sebagai bandara (internasional) terbesar di Indonesia, setelah bandara Soekarno-Hatta — Bandara Kertajati yang dibangun di atas lahan (termasuk pengembangan) seluas 1.800 hektar ini dilengkapi “aero city” sebagai kawasan penunjang operasional bandara (seluas 3.480 hektar). Landasan pacu sepanjang 3.000 meter dan lebar 60 meter dimungkinkan pendaratan dan lepas landas pesawat bersayap lebar rute mancanegara.
Berbiaya pembangunan Rp 2,6 Triliun, bandara dengan desain interior modern kontemporer dan dukungan menara ATC (air traffic control) ini berkapasitas 5 juta penumpang per tahun yang bisa ditingkatkan mencapai 29,3 juta. Namun dalam “uji coba” selama sebulan hingga 01 Agustus mendatang, okupensi masih di bawah 30%. Namun, masa depan sistem transportasi udara dalam skala internasional, modern, dan profesional — tentu sangat diharapkan dari keberadaan Bandara Kertajati. Semoga! *** (TAMAT)