Gedung Sate ada cerita baru, ramainya membuncah. Kisahnya, soal Tim Akselerasi Pembangunan atawa (TAP) bentukan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (RiKa) yang didasarkan Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 060.2/Kep.1244.Org/2018 dikeluarkan 27 November 2018 sejak itu ceritanya makin panas.
Pembicaraan ini bukan sekadar sejumlah orang di Jabar, tapi sudah mempublikasi di Nasional karena cenderung bau nepotisme.
Selain itu juga ada sejumlah pihak yang mempertanyakan kinerja RiKa yang kebanyakan kerja kampanye untuk Petahana.
Soal TAP ini menjadi polemik baru bagi Gedung Sate. Banyak kritik atas kinerja RiKa mulai dari aktivis bahakan sampai mantan menteri, yangselalu menyuarakan petahana, tapi yang ini dibahas nanti saja dibagian diujung.
Kembali ke Tim TAP. Tim TAP terdiri dari tim inti yang didalamnya ada 19 orang pakar dengan latar belakang berbeda.
Ada mantan menteri, rektor, ada mantan rektor ada juga mantan Komisioner KPK, Komisioner Komisi Pemilihan Umum Jabar ada juga mantan Pemimpin Redaksi ada juga mantan Pangdam dan pakar lainnya, Namun yang mengelitik sebenarnya ada mantan timses dan juga adik kandung Sang Gubernur. Hmmm sedarah…Man gawe bareng!
Kalau pakar oke saja…tapi kalau soal nepotisme nampaknya ini yang janggal, eh tapi namanya bagi-bagi, ups..!
Alasan Gubernur Jabar membentuk TAP Jawa Barat ini seperti di Jakarta itu ada TGUPP.
“Saya sampaikan Pemprov ini sedang bereksperimen dengan birokrasi dinamis. Birokrasi dinamis ini menyelesaikan pembangunan dengan melibatkan se strategis-strategisnya. Ini sudah di SK kan tim akselerasi pembangunan. Di Jakarta itu kaya TGUPP (Tim Gubernur Untuk Percepatan Pembangunan),” ujar Gubernur kepada media awal tahun (17/1/2019) .
Namun sehari setelah itu Anggota Komisi I DPRD Jabar Didin Supriadin berpandangan bahwa TIM yang dibentuk oleh mantan Gubernur JawaBarat Ahmad Heryawan dulu juga ada yang seperti itu. Tim itu bertugas membantu dan memberi masukan kepada gubernur. Namun dari sisi aturan dalam pembentukan tim itu, dinilai tidak jelas. Karena di dalam UU 23/2014 tentang Pemerintah Daerah dan turunan dari aturan tersebut meminta agar pemerintah daerah merampingkan struktur organisasinya dengan tugas dan fungsi yang lebih dimaksimalkan.
“Tahun lalu saya jadi ketua Pansus perubahan SOTK. Turunan di UU 23 terkait pemerintah daerah, waktu itu subtansi dari perubahan SOTK itu seluruh provinsi lebih kepada perampingan tapi kaya fungsi. Makanya saat itu ada 50 OPD di Jabar menjadi 40 sekarang, ada banyak pengurangan atau penggabungan” ucapnya (Detik,18/1/2018).
Didin melihat, harusnya Ridwan Kamil selaku gubernur bisa harusnya memaksimalkan para pegawainya tanpa harus membentuk tim khusus. Karena tim semacam ini sempat dibentuk mantan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan namun akhirnya harus dibubarkan karena tidak memiliki payung hukum yang kuat.
“Dulu jaman Aher (Ahmad Heryawan) juga sempat kritik pembentukan tim tenaga ahli pendukung staf ahli. Saat itu kita kritisi darimana dasar hukumnya. Sampai akhirnya dibubarkan, kemudian anggota tim itu mengembalikan honor. Sehingga sekarang harusnya gubernur baru bisa bercermin dari itu. Dasar hukumnya diambil dari mana,” ucapnya.
Bila pembentukan tim itu meniru DKI Jakarta, Didin menila tidak relevan. Karena Jakarta merupakan provinsi khusus sehingga memiliki keistimewaan dalam membuat aturan. “Sementara Jawa Barat kan sama dengan Jateng, Jatim sama seperti dengan provinsi lain. Saya lihat tidak ada tuh di provinsi lain tim-tim (yang dibentuk) seperti itu,” ucapnya.
Tidak hanya tim yang kini dibentuk, Didin juga menyoroti sejumlah tim yang telah dibentuk sebelumnya. Contohnya saja, Tim Saber Hoax,Tim Jabar Quick Respon. Nah loh…
“Artinya mau berapa banyak tim itu dibuat, sementara birokrat PNS itu kan di Pemprov sangat banyak. Kenapa tidak dimaksimalkan kinerja birokrat di Jabar. Kenapa tidak dimaksimalkan potensi birokrat atau ASN di Jabar. Apa tadi karena ingin akomodir tim sukses?” singgungnya.
Tim TAP di Jabar ini menjadi gemuk kelihatannya, apaka hini upaya balas jasa RiKa ke para timsesnya, dimana ada juga mantan KPU Jabar Ferdhiman Putera Bariguna yang namanya terselip sebagai Dewan Eksekutif nomor urut 5 dari tujuh nama nama lainnya. Adik kandung Gubernur Elpi Nazmuzzaman, Juwanda, Sri Pujiyanti, Ridwansyah Yusuf Achmad, Lia Endiani (Timses Pilgub Jabar), Wahyu Nugroho dan Wildan Nurul Padjar.
Pada posisi ketua TAP, RiKa mempercayakan kepada Rektor Unpad Tri Hanggono Achmad, Ketua Harian Arfi Rafnialdi (timses PilgubJabar). Jadi untuk semua ini silakan Kang RiKa bias menjawabnya.
Ketua Tim Akselerasi Pembangunan (TAP) Tri Hanggono Achmad pernah mengatakan tim ini dibentuk karena pembangunan Jabar ke depan menghadapi banyak tantangan. Sehingga, menurut dia, Pemprov Jabar memerlukan banyak masukan untuk menjalankan setiap programnya.
“Gubernur bentuk tim ini karena kami mendapat tantangan kompleks destruksi perasingan, bangsa, bukan Jabar. Karena Jabar punya potensibesar signifikan untuk daya dukung,” ucap Tri. (Detik, 17 Januari 2019)
Posisi dewan pakar yang diisi oleh 9 orang pakar dengan beragam latar belakang keilmuan. Seperti Erry Riyana Hardjapamekas mantan Wakil Ketua KPK dan mantan petinggi PT Timah, Idratmo Soekarno pakar atau dosenteknik sipil ITB, Bernardus Djonoputro seorang pakar lulusan ITB, Evi S Salehamantan Pelaksana Harian (plh) Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bandung dimana dulu RiKa sebagai Walikota dia boyong ke Gedung Sate, Budi Raharjo pakar teknik komputer ITB, Budhiana Kartawijaya mantan Pemimpin Redaksi Pikiran Rakyat, Kusmayanto Kadiman mantanMenteri Negara Riset dan Teknologi dalam Kabinet Indonesia Bersatu (Zaman SBY), Asep Warlan pakar politik Unpar dan Dedi Kusnadi Thamim mantan Pangdam III Siliwangi.
Lengkaplah sudah Tim ini namun apa yang sebenarnya jadi tujuan penting untuk Jabar. Apakah untuk Jabar juara? Nah kira-kira apa ya?
Atau karena ingin ngebut saja bahwa Gubenur Jabar ini punya mimpi 2024?
Eh tapi sebelum kesana RiKa memang kenyataaannya RiKa memang sibuk kampanye untuk Petahana. Nah ini kembali kita bahas soal kampanye itu.
Sampai-sampai Rizal Ramli melihat bahwa Ari Akang Teh Masih Gubernur? Harusnya ini pertanyaan yang tak sederhana jika ekonom senior Rizal Ramli mengingatkan Gubernur Jabar, Ridwan Kamil, untuk lebih fokus membangun dan menyejahterakan masyarakat di Tanah Pasundan ketimbang sibuk dengan pemenangan paslon capres dan cawapres nomorurut 01.
Sebab, hingga kini belum ada hal konkret dari janji yang pernah diumbarnya saat kampanye Pilgub Jabar tahun lalu.
“Saya sampai sekarang belum dengar tuh ada ‘blue print’ Jabar hingga 5-10 tahun ke depan, ini bisanya cuma bikin taman-taman doang udah berfikir dia berhasil bangun Bandung,” tegas Rizal, di Bandung, (12/3/2019).
Menurut Rizal, pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat seharusnya lebih tinggi, mengingat banyaknya industri dan wilayahnya yang berdekatan dengan DKI Jakarta.
Ia menegaskan, tugas kepala daerah adalah mengakomodir kepentingan rakyat yang dipimpin di wilayahnya. “Kan harusnya kepala daerah ituberpikir agar bagaimana bisa membangun daerahnya menjadi maju, di Jabar ini terutama di Bandung ini banyak orang pintar-pintar, ajak mereka kembangkan segala potensi. Kumaha Kang Emil, aria kang teh masih janten (kamu masih menjadi) Gubernur?” tegas RizalRamli.
Sok atuh Kang RiKa kumaha tah?
Nada suara yang seirama diungkapkan Radhar Tribaskoro dari Forum Aktivis Bandung namun lebih tajam Radhar menulis pada 12 Maret2019 yang bisa jadi sebenarnya sangat ada rasa kecewa sekaligus oto kritik Radhar yang di Wall FB sebagai bentuk kekuatiran terhadap Gubernur yang sangat eksis di sosmen. Isinya:
“BEGITU SENGITNYA M Ridwan Kamil KAMPANYE UTK JOKOWI,KALAU NANTI PRABOWO MENANG APAKAH IA AKAN MUNDUR ATAU MINTA2 AMPUN KEPADAPRABOWO?” tulis Radhar.
Ya begitulah RiKa adanya. Jadi Gubernur yang sempat bikin heboh karena bikin taman Dilan ini memang sukanya sensasi hehehe. Seorang teman designer pernah bilang katanya RiKa itu memang punya konsep Narsis agar terus eksis. Ya..sah saja Kang…
Kawan lama saya yang satu lagi pernah bercerita dengan loncatnya di Gubernur ke langkah ke Pilpres 2024 makin dekat. Dan saya rada menduga Tim TAP Jabar ini untuk kekuatan reputasi personal dia juga bukan hanya untuk Jabar. Tapi apatah benar adanya? Teu terang simkuring mah mangga weh taroskeunka anjeuna (Tak tahu saya silakan tanyakan pada dia)
Tapi mimpi 2024 Nyapres itu sah saja, dan lagi-lagi teman juga saat saya diskusi sempat bilang memang benar bahwa dia pernah bicara ke senior seorang Professor bahwa dirinya akan merapat terus ke 01 karena 2024 tunggangannya yang paling ideal adalah Jokowi (PDIP dkk), lalu dia bahkan pernah bilang kalau 02 di sana sudah ada Sandi, mungkin Anies juga Gatot Nurmantyo di Pemilu 2024, sementara teman yang lain pernah bilang bahwa untuk kendaraan Ideal RiKa juga ada rencana gabung ke Golkar….Tapi ya itu hanya cerita biasa yang saya tangkap, bahwa RiKa memang sedang siapkan diri semua perangkat apa pun yang masuk untuk reputasi dirinya. Hmmm benar atau tidak silakan lagi lagi Kang RiKa yang bisa jawab.
Tapi yang jelas harusnya kerja untuk Jabar yang dipertanyakan Rizal Ramli ‘blue print’ Jabar hingga 5-10 tahun ke depan, ini bisanya cuma bikin taman-taman doang hendaknya sudah berfikir sebagai sebuah otokritik.
Dan saya sebagai warga Jabar juga sedang kuatir bahwa Tim TAP itu semoga saja bukan ajang bagi-bagi kue (meski sebenarnya mungkin sekali lagi mungkin begitu) dan akhirnya nanti takutnya akan jadi Bau Busuk “Nepotisme” di Gedung Sate itu memvirus, semoga saja bisa dijawab karena sangat sarekseuk alias tak nyaman memandang kerja penuh dengan kongsi atas soal cerita yang tak mutu ini bahwa judulnya cap timses harus dapat kue. Begitu saja!
AENDRA M KARTADIPURA, seorang manusia biasa.