Home Bandung Dilan, Taman dan Mimpi Jadi Presiden

Dilan, Taman dan Mimpi Jadi Presiden

975
0

Ujug-ujug ribut ada taman bermana Dilan. Siapa Dilan? Tak penting juga ia karena tokoh fiktif dalam film karya Pidi Baiq. Lalu kenapa dibuat taman? Ya karena Gubernur yang mantan Walikota ini memang pembuat taman sejuta tokoh fiktif. Tenggok saja taman di Bandung dari film-film di buatnya. Ah tapi biarlah lah kan sudah terjadi. Dan kini Bandung juga yang sudah 100 hari kerja Walikotanya tak ada geming. Padahal dia dulu wakilnya. Taman Dilan  kata Gilly Prayoga W. pemuda asal Jatiwangi yang ngumbara di kota Bandung dalam Surat terbuka kepada Ridwan Kamil Gubernur Jawa Barat 

Kang Emil,
Nguping akang bade ngadamel taman Dilan, saharita sim kuring ngangres kacida. Sanes kunanaon, teu kusabab simkuring ngaraos asa pahiri hiri ka Dilan, tokoh rekaan jieunan mang Pidi Baiq, nanaonan kang, supados naon? Supados nonoman jabar niron paripolahna Dilan?

Kang Emil,
Tangtos akang uninga, ka sababaraha tokoh ti Jawa Barat anu kawentar tur lebet kana kategori “legendaris”, malihan tiasa disebat: legenda hidup. Diantawisna aya: alm. ki dalang Asep Sunandar Sunarya, alm. Kang Ibing (Rd. Kusmayatna), alm. Kang Darso (Hendarso).
Pami kenging usul, langkung sae salahsawios aranjeunna nu didamelkeun janten nami taman, tinimbang Dilan.

Kang Emil,
Simkuring kirang patos uninga, tinimbangan naon nu nyababkeun akang toh-tohan pisan kana tokoh Dilan, dugika namina dijantenkeun nami taman, tur dugika aya ‘hari Dilan’ sagala.
Kang Emil, cobi sami-sami urang bayangkeun:
pami tuang putra, Emmeril, niron paripolah Dilan: ngador momotoran, lebet anggota geng motor, tos ngalaman bobogohan dina yuswa SMA keneh, akang ngawidian??

Kang Emil, cobi taroskeun ka tuang ibu -nu akang sok nyebat Maci ka anjeunna-, pami akang waktos anom niron paripolah Dilan, kintenna diwagel tur diseuseulan ku tuang ibu??

Kang Emil, atuhlah kang.
Mugi tiasa langkung dipertimbangkeun deui nu langkung paos, keur kamajengan sadayana, panerus rundayan nonoman Jabar kapayun, nu kintenna: Nyantri, Nyunda, Nyakola.
Atanapi akang hoyong panerus rundayan nonoman Jabar kapayun janten generasi Dilan?
Atanapi bilih akang kirang panuju ku usulan nampilkeun tokoh jabar nu kasebat diluhur, simkuring langkung merenah keneh namina taman Emil, tinimbang taman Dilan.

Kang Emil, ieu seratan mugi dugi ka akang, didasaran ku rasa nyaah tur deudeuh ka akang nu kiwari nuju manggung janten pamingpin Jabar, nu tiap rengkak tur paripolahna kedah janten tungtunan kangge sadayana.

Hapunten anu kasuhun,
Caang bulan opat welas, jalan gede sasapuan.
Lugina hate, lugina pikir.
Bagja salalawasna.

Simkuring, Gilly Prayoga W.

Selain Gilly ada juga tulisan Kyai Muda Sastra Matdon yang menulis cukup menohok, saya kutip sedikit saja yang pentingnya:  Berjudul TAMAN DILAN DAN HASRAT KEKUASAAN

Kekuasaan selalu membuat seseorang “poho kana purwadaksina”, sebuah istilah dalam bahasa Sunda yang berarti lupa pada diri sendiri dan kebiasaan yang diwariskan oleh leluhurnya.

Dalam bahasa lain, ada peribasa Sunda “Lali ka Purwadaksi”, kalau sudah begtiu maka Hirup tunggul dirarud catang dirumpak.

Seperti halnya yang dilakukan Ridwan Kamil (Rika), Gubernur Jawa Barat saat ini, dengan kekuasaan poltikya dia seenaknya membuat “Dilan Corner” lalu dikenal dengan nama Taman Dilan. Dilan sendiri adalah tokoh fiktif dari sebuah film berjudul Dilan, karya Pidi Baiq. Lalu dengan kekuatannya ia mengatakan bahwa film Dilan adalah representasi dari sastra dan film dan perlu dibuatkan taman.

Sempat marah ketika wartawan mengejar dengan ketidak setujuan nama Dilan sebagai taman, katanya pembangunan Sudut Dilan di Kota Bandung bermanfaat dan menunjukkan keberpihakannya kepada pengembangan kebudayaan Jawa Barat. Dalam harian Pikiran Rakyat ditulis, dengan nada meninggi, Rika (sebutan Ridwan Kamil) meminta media massa tak membentur-benturkan persoalan mana yang penting antara kebudayaan kontemporer dan tradisi.

Menurut Rika, Sudut Dilan hanya mengambil ruang sudut kecil dari sebuah taman besar yang bermanfaat guna memunculkan budaya literasi. “Itu kan dari novel menjadi film dan sukses kan, enggak semua sukses. Jadi, kenapa diapresiasi, karena ada simbolis kesuksesan,” ujarnya.

Lalu Kang Matdon juga menulis lanjutannya:  Lalu banyak warga mempertanyakan soal ini, Dilan adalah tokoh fiktif yang tidak memberi kontribusi pada Bandung (Jawa Barat), masih ada tokoh-tokoh lain yang layak dibuatkan taman, Dewi Sartika misalnya, Inggit Garnasih, dan lain-lain. Tapi Rika tetap keukeah dan batu pertama pembangunan Taman Dilan sudah dilakukannya. Saya kira ini perbuatan lebay, termasuk mereka yang mendukungnya, lebay pula.

Bahkan dengan nada agak meninggi dia berkata, “Kan saya bilang hidup itu kan gimana momentum, Anda engga mendengar apa yang saya perbincangan. Saya membangun pusat budaya di semua daerah menandakan keberpihakan gubernur pada budaya itu begitu rupanya,” ucap Ridwan Kamil.

Sungguh Rika adalah pemimpin yang tidak mau mendengar aspirasi rakyatnya. Saya teringat walikota Dada Rosa saat memberikan nama Stadion Sepakbola dengan nama “Stadion Dada Rosada”, kemudian ketika dipersoalkan oleh rakyatnya, ia mendengar dan menggantikannya dengan GOR Bandung Lautan Api.

Sudah saatnya Rika tidak mawa karep sorangan, musyarwarah dengan orang orang yang berkompeten jika ingin membuat sesuatu. Orang yang gagah adalah orang yang mampu menahan birahi kekuasaan. Mau gagah? Batalkan pembanguan Taman Dilan! 

Hah galak juga Kang Matdon ini. Tapi yang begitu keadaannya. Jika memang Rika akan bersikukuh dengan sikapnya ya biar saja. Karena keyakinan dan percaya diri Rika mungkin merasa dia Gubernur yang menang dalam Pilkada 2018. Tapi ayo kita hitung saja suara Rika yang sebenarnya tak bisa dikatakan menjadi tangan besi dan mawa karep sorangan

Gubernur Jabar Mimpi Jadi Presiden

Saya ingin sedikit menganalisa tapi mungkin ini hanya bebas tafsir saja. Jika isu taman Dilan menjadi viral dan Boom ini bisa jadi isu komunikasi Rika menjadi mengena. Ia dibicarakan di berbagai media. Terlepas dari dikatakan Film tadi sukses tapi di belahan sana ada yang di demo pemutaran filmnya. Rika memaikna isu dirinya terabsen terus oleh media. Ia punya peranan penting. Bahkan ia juga diduga telah mengelontorkan sejumlah dana membuat sebuah situs berita yang bermarkas di kantor arsiteknya di kaasan Dago. Manajeman komunikasi Rika bagus dan ciamik. Ia bangun kekuatan yang tidak tanggung. Ia kini sedang gencar juga dukung petahana bahkan ada pernyataan sebagai klaim seorang politisi merangkap gubernur. 

Selalu mendengungkan dirinya mendukung Petahana, tapi balem (diam) saat menyaksikan Bola di Si jalak Harupat yang mana yang disebut adlaah lawan dari petahana. Rika cakap bersosmed pun saat ini binggung sekaligus diam. Dan kemarin (2 Maret 2019) pada pertandingan Persib Bandung vs PS Tira Persikabo Gubernur Jawa Barat yang arsitek itu tak terlihat di laga pembuka Piala Presiden 2019 di Stadion Si Jalak Harupat, Soreang, Kabupaten Bandung, padahal  di laga pembuka telihat wajah Menteri Pemuda dan Olaraga Imam Nahrawi, Ketua Panitia Piala Presiden 2019 Maruar Sirait, Bupati Bandung Dadang Naser, dan Kapolda Jabar Irjen Pol Agung Budi Maryoto. Entah kenapa! 

Dukungan dulu saat Walikota testemonial di beredar banyak puji-puji Prabowo. Tapi memang  kini berputar haluan di catatan bahwa pada Pilpres 2014 Prabowo-Hatta memperoleh: 14.167.381 (59,78 persen) Jokowi-JK: 9.530.315 (40,22 persen). Total suara sah: 23.697.696 di Jabar. Lalu saat ini ada pengakuan Gubernur Rika mengklaim ada 4 juta pendukung paslon Prabowo-Sandi di Jabar yang balik kanan mendukung Jokowi-Ma’ruf. RK mengaku data itu diperolehnya dari sebuah survei. Asyik….!!  

Pada Pilkada 2018 RK yang berpasangan dengan Uu Ruzhanul Haq memenangkan kursi Gubernur Jabar. RK-Uu memperleh 7.226.254 (32,88 persen), disusul pasangan calon Sudrajat-Ahmad Syaikhu dengan perolehan suara sah sebanyak 6.317.465 suara (28,74 persen).

Kemudian posisi ketiga ditempati pasangan calon Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi dengan suara sah sebanyak 5.663.198 (25,77 persen), dan terakhir ditempati pasangan calon TB Hasanuddin-Anton Charliyan dengan suara 2.773.078 (12.62 persen).

Dari perbandingan Pilpres 2014 dan Pilgub 2018 selisih perolehan suara RK dengan Jokowi sekitar 2.3 juta. Jadi basis suara RK dan Jokowi hanya sekitar 7-9 juta pemilih.  Mengutip tulisan Djadjang Nurjaman Pengamat Media dan Kebijakan Publik, sebagai figur yang dikenal sangat populer di media sosial, basis utama RK adalah perkotaan seperti Bandung. Hal itu menjelaskan mengapa figur yang minim pengalaman seperti dia, bisa terpilih menjadi walikota Bandung. Jangan dilupakan ada faktor PKS dan Gerindra yang menjadi pendukungnya.

Ketika maju sebagai calon Walikota Bandung (2013) RK bukan siapa-siapa. Dia hanyalah seorang arsitek berpenampilan kalem dan publik tidak mengenalnya. Dia kemudian diusung oleh PKS dan Gerindra berpasangan dengan tokoh PKS M Oded Danial. Bolehlah dia disebut sebagai representasi Gerindra.

Tak lama setelah terpilih menjadi Walikota Bandung, RK mulai menampakkan jati dirinya. Dalam berbagai kesempatan dia menyatakan sebagai sosok yang netral, tidak terkait dengan parpol manapun. Dia mulai meghilangkan jejak PKS dan Gerindra sebagai partai yang sangat berjasa mengusungnya.

Pada Pilgub 2018 RK melihat peluang untuk maju sebagai cagub. Dia kemudian lompat ke Nasdem setelah mendapat tekanan hukum. Sebagaimana pengakuannya kepada media, dia bersedia dicalonkan Nasdem karena takut. Partai milik Surya Paloh itu punya media dan Jaksa Agung.

Salah-salah dia bisa menjadi tersangka. Banyak masalah hukum yang membelitnya selama menjadi walikota. Banyak catatan baik dari CBA yang dipimpin Uchok Sky Khadafi banyak catatan anggaran yang janggal mulai dari pembuatan Trotoar atau mesin parkir dari mulai dibuat sampai kini tak berfungsi, meski tidak semua. 

Di media sosial RiKa sedang memainkan gaya komunikasinya. Sebagai Gubernur dia kini mimpi jadi Presiden 2014. Sejumlah kawan sudah info pada saya bahwa RK mimpi maju di 2024 nyapres.  Wow sih…tapi apa tak keburu-buru?

Sah saja RiKa ingin mimpi jadi presiden 2024 toh yang saat ini pada 17 April akan ketahuan yang yang bakal jadi presiden. Tapi harus diingat 20104 adalah persaingan ketat mungkin juga bisa 3 pasangan Capres. Kan ada nama Anies Baswedan ada Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) ingat nama Sandiaga Uno juga mungkin akan ikut tarung. Ada juga mungkin ya Risma Walikota Surabaya, Gubernur Jateng Ganjar, atau dari Militer juga yang muda ada yang mimpi…Hehehehe mari bermimpi saja untuk 2024 sebelum mimpi itu dilarang.

Fakta-fakta lainnya juga memang RiKa memiliki ambisi yang kuat sih ke arah sana karena dia memang sedang berupaya kesana. Tapi tentu saja lihat konstelasi politik yang bakal jadi pikiran RiKa adalah kendaraan Partainya. Nah apakah ia akan cari partai lain atau ada partai lainkah yang meminang dia? Yang jelas Mimpi itu boleh saja….!!

Aendra Medita, jurnalis, pendiri MEDITA PR Media Strategic

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.