Home Bandung Dilan Itu Siapa, Kok Bisa-Bisanya Jadi Taman?

Dilan Itu Siapa, Kok Bisa-Bisanya Jadi Taman?

1364
0

Oleh Matdon – Rois Am Majelis Sastra Bandung

Kekuasaan selalu membuat seseorang “poho kana purwadaksina”, sebuah istilah dalam bahasa Sunda yang berarti lupa pada diri sendiri dan kebiasaan yang diwariskan oleh leluhurnya.

Dalam bahasa lain, ada peribasa Sunda “Lali ka Purwadaksi”, kalau sudah begtiu maka Hirup tunggul dirarud catang dirumpak.

Seperti halnya yang dilakukan Ridwan Kamil (Rika), Gubernur Jawa Barat saat ini, dengan kekuasaan poltikya dia seenaknya membuat “Dilan Corner” lalu dikenal dengan nama Taman Dilan. Dilan sendiri adalah tokoh fiktif dari sebuah film berjudul Dilan, karya Pidi Baiq. Lalu dengan kekuatannya ia mengatakan bahwa film Dilan adalah representasi dari sastra dan film dan perlu dibuatkan taman.

Sempat marah ketika wartawan mengejar dengan ketidak setujuan nama Dilan sebagai taman, katanya pembangunan Sudut Dilan di Kota Bandung bermanfaat dan menunjukkan keberpihakannya kepada pengembangan kebudayaan Jawa Barat. Dalam harian Pikiran Rakyat ditulis, dengan nada meninggi, Rika (sebutan Ridwan Kamil) meminta media massa tak membentur-benturkan persoalan mana yang penting antara kebudayaan kontemporer dan tradisi.

Menurut Rika, Sudut Dilan hanya mengambil ruang sudut kecil dari sebuah taman besar yang bermanfaat guna memunculkan budaya literasi. “Itu kan dari novel menjadi film dan sukses kan, enggak semua sukses. Jadi, kenapa diapresiasi, karena ada simbolis kesuksesan,” ujarnya.

Ukuran Rika adalah suksesnya film tersebut, padahal film yang laris di pasaran belum tentu bagus, banyak film yang bagus dan baik tapi tidak laku di pasaran.

Lalu banyak warga mempertanyakan soal ini, Dilan adalah tokoh fiktif yang tidak memberi kontribusi pada Bandung (Jawa Barat), masih ada tokoh-tokoh lain yang layak dibuatkan taman, Dewi Sartika misalnya, Inggit Garnasih, dan lain-lain. Tapi Rika tetap keukeah dan batu pertama pembangunan Taman Dilan sudah dilakukannya. Saya kira ini perbuatan lebay, termasuk mereka yang mendukungnya, lebay pula.

Bahkan dengan nada agak meninggi dia berkata, “Kan saya bilang hidup itu kan gimana momentum, Anda engga mendengar apa yang saya perbincangan. Saya membangun pusat budaya di semua daerah menandakan keberpihakan gubernur pada budaya itu begitu rupanya,” ucap Ridwan Kamil.

Sungguh Rika adalah pemimpin yang tidak mau mendengar aspirasi rakyatnya. Saya teringat walikota Dada Rosa saat memberikan nama Stadion Sepakbola dengan nama “Stadion Dada Rosada”, kemudian ketika dipersoalkan oleh rakyatnya, ia mendengar dan menggantikannya dengan GOR Bandung Lautan Api.

Persoaln Taman Dilan adalah persoalan yang remeh temeh jika diurus oleh seorang gubernur, yang nota bene cenah main dalam film itu, masih banyak persoalan pembanguan di Jawa Barat yang lebih penting, manfaat taman Dilan dirasakan sangat kontradikfit dengan pembangunan Jawa Barat.

Dengan nada tinggi dan sorot mata terhunus tajam (Demikian PR menulis), Rika mengatakan “Anda teh engga pernah menyimak ya, Anda dengerin, film Bandung mana yang paling sukses,” ujar Ridwan Kamil balik bertanya, penuh jumawa.

Sudah saatnya Rika tidak mawa karep sorangan, musyarwarah dengan orang orang yang berkompeten jika ingin membuat sesuatu. Orang yang gagah adalah orang yang mampu menahan birahi kekuasaan. Mau gagah? Batalkan pembanguan Taman Dilan! Cag!

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.