JABARSATU.COM – Universitas Sangga Buana (USB) – YPKP Bandung sebentar lagi akan melaksanakan pesta demokrasi memilih rektor untuk periode 2018- 2022. Proses pemilihan sudah berlangsung sekitar dua minggu mulai dari rapat senat menentukan tatacara pemilihan rektor (pilrek), maka mekanismenya diputuskan senat lewat beberapa tahap, mulai dari penjaringan dengan membuka pedaftaran dari seluruh elemen baik dari internal (balon rektor dari kampus USB) dan membuka pintu untuk calon dari luar (eksternal).. Masing-masing fakultas pun bisa mengajukan tiga orang balon (bakal calon) rektor juga karyawan sesuai keputusan senat boleh mengajukan balon rektor.
Semua pintu dibuka berjalanlah waktu selama dua minggu mulai dari pendaftaran, penjaringan dan pemilihan secara jurdil dan terbuka layaknya pemilu, akhirnya didapatlah 7 balon dari internal yang telah memenuhi peraturan seperti minimal calon berpendidikan S3 (Doktor), jabatan fungsional lektor kepala, berpengalaman dalam bidang pendidikan sebagai ketua prodi atau minimal sekretaris prodi. Nah tujuh orang balon itu mengerucut lagi jadi dua, karena hanya dua orang itu yang memberikan pernyataan bersedia, karena ada salah satu syarat “kesediaan” dari calon selain dukungan, kalau tidak bersedia ya gugur dan kedua balon yang memenuhi syarat administratif yang diusulkan senat ke yayasan itu adalah Dr.H. Asep Effendi R., SE., M.Si., PIA., CFrA., CRBC (petahana) dan Dr.Ir. Didin Kusdian, MT dari Fakultas Teknik, Nah dua orang inilah yang sekarang sedang menghadapi “fit and proper test” , kelayakan dan kepantasan. Untuk mencari pemimpin USB terbaik dari yang ada.
Demikian penjelasan Ketua Panitia Pemilihan Rektor Universitas Sangga Buana 2018-2022, Dr.H.R. Ricky Agusiady, TS, SE., MM.,Ak, kepada wartawan di Gedung Rektorat USB Jl.P.H.H. Mustofa No.68-70 Bandung (29/8/2018).
Lebih jauh Ricky menjelaskan, “Dalam proses fit and proper test pihak yayasan akan melihat kemampuan dari calon pemimpin USB ini mulai dari leadershipnya, wawasannya, pendidikan, segala sesuatunya penampakan nya juga, karena nanti yang akan dihadapi oleh rektor USB ini tidak gampang, bahkan Pa Asep misalnya kalau nanti akan terpilih kembali memimpin USB pasti punya kiat-kiat khusus dan strateginya akan berbeda dari yang sebelumnya, kalau strateginya yang itu-itu juga itu kan tidak bagus. Jadi ada satu target dalam 4 tahun (satu periode) keemimpinannya itu,” demikian katanya..
Ricky juga menjelaskan, biasanya kalau yang menang itu petahana, nanti akan diserang hal-hal atau target-target yang belum tercapai, misalnya akreditasi yang masih di bawah target, fasilitasi, ,jumlah mahasiswa, sarana – prasarana pendukung, hingga tentang peringkat dan biasanya peringkat ini banyak versinya, kalau peringkat Dikti, paling tidak USB harus diusahakan masuk peringkat 100 besar dan menaikan peringkat itu ada syarat-syaratnya mulai dari akreditasi rata – rata program studi harus B , dan sebagainya, termasuk produktivitas dari riset penelitian dan pengabdiannya juga dilihat, lulusan tingkat kelulusan, produktivitas lulusan, jarak studi, “Ini harus ditarget dlm 4 tahun ini bagaimana dan apa yang harus dicapai. Tapi bisa saja nanti pa rektor misalkan 2 tahun bisa memenuhi target tersebut misalkan menumbuhkembangkan sarana parasarananya,sdm nya, produktivitas akademiknya, penelitaian dan pengabdian masyarakatnya, Itu prestasi yang sangat bagus”.
Dari garis besar penetapan itu, baru hitung mundur berapa kos (waragad) untuk memenuhi kreteria ini? yg paling mahal adalah SP dan infrastruktur, biaya ini harus dicari sumber dananya. Apa harus mengandalkan SPP mahasiswa atau Sangga Buana produktif dengan melakukan riset dan pengabdian, bukankah USB punya lembaga-lembaga, ada LPPM(Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat), Inkubator Bisnis (IBIS), Galeri Investasi, Galeri Mini, dsb, termasuk laboratorium. sarana-sarana ini harus jadi mesin pencetak duit, termasuk mencari dana penelitian dari luar (umum), “Artinya di sini seorang rektor harus kreatif inovatif, dosen harus diarahkan dibina oleh rektor agar berproduktif jadi risetnya ini bisa dijual supaya menghasilkan uang”, demikian harapnya.
Ricky mencontohkan di ITB, karena mertuanya di ITB, banyak risetnya banyak menghasilkan uang malah bisa memberi pemasukan ke kampusnya karena pemakaian labnya, intalasinya, ada royaltinya ke ITB. “Ini bisa gak di USB dengan memanfaatkan lembaga-lembaga yang ada tadi ? Apalagi ini ada gandengannya dengan Sangga Buana Institut, dan rektor sebagai direkturnya,”.
Semua ini untuk tujuannya memenuhi bahwa lembaga pendidikan ini harus berkualitas, ujar Ricky.
Jadi menurut Ricky sekarang untuk memajukan sekolah tidak bisa dengan mengandalkan uang spp , tapi harus dicari dari produktivitas kelembagaan, kalau risetnya produktif bisa dijual, jadi HAKI, bermanfaat bagi jawa Barat, dan Nasional serta bagi umat manusia umumnya.
“Jadi kurang lebih inilah yg telah kita garap. Jadi diharap kedepan siapapun rektornya nanti yayasan ini jadi alat ukur/pengawalnya”. Demikian kata Ricky pasti.
Calon Eksternal
Sempat ada bakal calon (balon) rektor dari luar / ekstrenal yang ikut kontestasi di pilrek USB. Melalui pintu yayasan saja ada 3 balon dan kualifiasinya cukup baik (2 Guru Besar dari Unpad dan satunya lagi dari Jakarta). Tapi ketika menghadapi sistem demokrasi pemilihan langsung balon rektor yang berkualifikasi tinggi dari luar ini kalah karena pemilih menginginkan balon rektor yang sudah dikenal sepak-terjang dan dedikasinya buat kampus.
Inilah kendalanya yayasan masih mencari cara supaya bisa menerima calon rektor dari luar dengan sistem berhadapan head to head tidak dipilih secara sensus karena kemungkinan calon dari luar akan dikalahkan karena tidak dikenal.
“Dari proses kepemilihan ada kekecewaan dari saya sendiri karena belum bisa memaksimalkan orang potensial yang ingin memimpin di sini. Padahal banyak potensi sekelas Doktor yang bersedia digaji di bawah standar, karena ada tantangan dan potensi disini. Cuma kalau proses pemilihannya secara sensus “one man one put” ini agak keberatan tentu akan butuh waktu untuk orang luar karena mereka perlu magang beberapa bulan agar dikenal dulu di sini. Susah orang luar bertarung disini kecuali ditunjuk langsung dan dikasih target 4 taun untuk memajukan USB. Tapi mungkin ke depan sistem akan berubah dan mungkin akan merubah statutanya karena kita ada statuta/aturan, ini kan bukan lembaga milik pribadi dan merubah aturan juga harus sesuai aturan dan payung hukum dari atas, dari kemendikbudtek dan UU pendidikan dsb,” demikian papar Ricky dan tak lupa memohon doa restu dari semua terutama masyrakat yang memperhatikan USB, “ Semoga Universitas Sangga Buana ini jadi satu universitas yang unggul, punya keunggulan bagi masararakat jabar umumnya nasional,” demikian harapannya. (Asep GP)