Oleh: Abu Nawas Barnabas
Jokowi bukan kita, itu benar Mak. Kita ingin 2019 ganti Presiden, Jokowi ingin dua periode. Kita ingin perubahan, Jokowi ingin status quo. Kita ingin terbebas dari utang, Jokowi terus menambah dan menumpuk utang. Jadi, Jokowi bukan kita, itu benar Mak.
Jokowi bukan kita, itu benar Mak. Kita ingin alat negara menjalankan fungsi negara, bukan fungsi kekuasaan. Kita ingin penegak hukum menegakan hukum, bukan alat kekuasaan. Kita ingin dilindungi, dilayani dan diayomi, bukan dipersekusi dan dikriminalisasi.
Mak, bunda Neno Warisman itu wanita biasa. Dia, memiliki kelemahan dan keterbatasan. Dia, bisa sedih dan merasa bukan bagian dari bangsa ini. Kenapa ? Karena merasa tidak dilindungi, tidak diayomi, tidak dilayani. Ada yang mengancam, kenapa bunda Neno Warisman yang dipaksa pulang ? Kok negara ini menjadi tempat merdeka dan lahan subur untuk menebar teror dan ancaman ?
Mak, UU itu menjamin kemerdekaan menyampaikan pendapat dimuka umum. Bukan kemerdekaan mengintimidasi dan mempersekusi. Tetapi kenapa alat negara berada di barisan tukang persekusi ? Kenapa tidak ada pencegahan tindakan intimidasi ?
Mak, sebenarnya di negeri ini ada aparat penegak hukum tidak ? Bandara itu tempat steril, tidak boleh ada unsur massa yang bisa seenaknya berlalu lalang didalamnya, apalagi menebar teror dan ancaman. Lalu, ini negar hukum atau hutan rimba belantara ?
Jokowi bukan kita, itu benar Mak. Sebab, hanya di zaman Jokowi semua kengerian ini terjadi. Kita, tidak pernah mengalami benturan dan dibenturkan antar sesama elemen anak bangsa, kecuali di zaman Jokowi. Rasanya seperti mimpi saja, tapi itu benar dan nyata mak, Jokowi bukan kita, itu benar Mak.
Kita menghormati nilai perbedaan, menjunjung tinggi toleransi. Kita tidak pernah usil, gerakan Jokowi dua periode. Bahkan, jika ada yang mau kumpulkan jutaan massa di Monas bikin aksi selamanya bersama Jokowi, sampai kiamat dukung Jokowi, kita tidak akan ganggu. Tapi ketika kita teriak 2019 ganti Presiden, kenapa kita dituding menebar kebencian ? Mengancam persatuan ?
Lha memilih itu hak, tidak memilih juga hak. Tidak memilih Jokowi dengan alasan apapun itu sah. Bahkan, jika ada yang tidak memilih Jokowi karena Jokowi dianggap tidak ganteng, itu sah. Boleh saja. Menyebut Jokowi tidak ganteng, bukan berarti benci Jokowi. Sama persis, memilih makan ikan dan tidak mau makan rendang bukan berarti benci rendang. Jadi, tidak suka rendang itu boleh. Jangan ditafsirkan tidak suka itu sebagai kebencian.
Sama persis laki-laki melamar, kemudian ditolak gadis karena tidak suka. Itu sah, bukan berarti si gadis benci. Lha tidak suka ya tidak suka, jangan dipaksa.
Nah, gerakan 2019 ganti Presiden itu tidak mau Jokowi lagi. Tidak mau ya tidak mau, jangan ditafsirkan kebencian dan memecah belah bangsa. Itu hak konstitusi. Aneh Kalo setiap yang tidak suka Jokowi dianggap kebencian dan memecah belah bangsa.
Memecah belah, mengancam negara itu OPM. Itu jelas, kirim surat ke Jokowi Nantang perang. Nah itu yang dikejar, jangan ngejar bunda Neno Warisman yang cuma emak-emak.
Sekali lagi, Jokowi bukan kita, itu benar Mak. Jokowi ingin dua periode, sedang kita, semua umat Islam ijma’, bahwa 2019 kita semua ingin ganti Presiden. Titik. [].