SANKSI ITU ‘DIARAHKAN’ HANYA KE BANTENG MONCONG
Oleh: Nasrudin Joha
Publik paham, serangan politik pada ‘partai Penista agama’ adalah serangan umum kepada seluruh partai yang menyokong Ahok maju pada gelaran Pilkada DKI Jakarta. Tetapi, diantara barisan parpol ‘Penista agama’ partai banteng moncong yang paling bereaksi keras.
Partai lain, selain banteng moncong, menyadari benar kuatnya serangan suara umat Islam. Partai yang lain -kendati berseberangan dengan aspirasi umat- tidak berani secara terbuka mengumbar perlawanan terhadap umat.
Partai lain, seolah membiarkan atau bahkan membuat kanal, agar serangan pada partai Penista agama hanya mengarah dan ditujukan pada partai banteng moncong. Sayangnya, partai banteng moncong tidak menyadari hal ini.
Partai banteng moncong, membuat manuver seruduk sana sini, melabrak kekuatan umat dan membuat blunder dengan menyenggol partai bintang mercy, sehingga terakumulasi kejengahan publik pada partai ini.
Akhirnya, partai banteng moncong yang paling telak dihukum umat saat gelaran Pilkada. Partai ini, menjadi “tumbal sesaji” atas ganasnya arus politik tenggelamkan partai Penista agama.
Di Jawa timur, banteng moncong di libas mitra koalisi. Di Sumut, banteng TKO beradu dengan partai oposisi. Di Jabar, mitra koalisi mampu bermanuver cantik melibas jagoan banteng. Secara umum, partai banteng moncong mengalami kekalahan luar biasa telak pada gelaran Pilkada 2018.
Kekalahan ini, selain karena banyaknya faktor keengganan publik, juga didukung ketidakpiawaian banteng moncong mengelola kepentingan politik diantara mitra koalisi. Banteng, banyak menangguk kerugian benefit politik, jika diukur dari besarnya saham politik yang diinvestasikan.
Jika tidak teliti dan jeli, banteng moncong pada konstelasi politik 2019 juga akan menjadi korban “kerja bhakti politik”. Banteng, hanya banyak dimanfaatkan tenaganya oleh mitra koalisi untuk membajak suara, tanpa ikut menikmati buliran panen kemenangan yang diimpikan.
Beberapa partai mitra, justru dengan operasi senyap berkelindan di sekitar si Dilan, mendapat benefit politik paling banyak. Sesekali, partai mitra mundur dari perdebatan “menghukum partai Penista agama” dan membiarkan sang banteng moncong menyerahkan urat lehernya sendiri untuk dikeroyok dan disembelih opini umat.
Umat, juga belum terlalu paham preferensi politik ideologis yang dibangun berdasarkan kekuatan pemikiran dan akidah Islam. Sehingga, kadangkala umat ikut latah mengerubuti banteng moncong, tapi melupakan Sekulerisme demokrasi sebagai akar dari seluruh problem yang mendera umat.
Tinggal selangkah lagi, banteng akan kehabisan trah dan musnah dari pentas politik dinasti di nusantara. Tinggal selangkah lagi, kesadaran umat akan naik dan melihat persoalan secara lebih jernih, tidak sekedar mengumpat sang banteng tetapi juga menggali Sekulerisme demokrasi sampai akarnya, mencabut hingga akarnya, menjemurnya ditarik mentari, membakarnya hingga menjadi debu yang beterbangan.
Setelah itu, lahan subur umat yang telah tersemai benih kerinduan pada syariat Islam, akan tumbuh besar, rimbun, berbunga dan berbuah lezat. Syariat Islam, pasti akan tegak memberi rahmat bagi seluruh seru sekalian alam. [].