JABARSATU – Sajak – sajak seoran alm. Asmara Hadi, seorang perintis kemerdekaan yang terlupakan,, dibacakan dua pemuda di bawah terik matahari yang menhengat. Dibeberkannya jasa beliau dalam kemerdekaan Republik Indonesia.
[contact-form][contact-field label=”Name” type=”name” required=”true” /][contact-field label=”Email” type=”email” required=”true” /][contact-field label=”Website” type=”url” /][contact-field label=”Message” type=”textarea” /][/contact-form]
Dengan membawa buku berjudulkan Penjair Api Nasionalisme, Wanggi dan Gatot membacakan karya – karya sang pujangga dengan tegas dan lantang, tidak perduli asap kendaraan bermotor dan teriknya matahari menyengat kulit mereka.
Aksi yang di lakukan dua seniman Bandung di jalan Perintis pada tanggal 8 September 2017, dan akan berlangsung selama 8 jam, angka 8 ini menunjukkan bahwa Asmara Hadi seorang pujangga ternama dan terlupakan yang berasal dari Bandung telah dilupakan oleh masyarakat.
Berlatarkan foto Alm. Asmara Hadi dibelakang mereka yang dijadikan sebagai pengingat bahwa karya sang pujangga masih ada tersimpan didalam bingkai foto, kita tahu bahwa karya – karya Alm. Asmara Hadi telah diberangus pada zaman pemerintahan orde baru.
Aksi ini dimulai kurang lebih pada pukul 10.30 dan terus berlangsung sepama 8 jam, dan dalam waktu selama itu mereka akan membacakan karya sang pujangga si sekitaran jalan Perintis.
Mereka berharap aksi yang dilakukan ini dapat mengangkat dan menhingatkan kembali kepada masyarakat bahwa karya – karya Asmara Hadi sang pujangga Bandung pernah ada dan membangkitkan semangat perjuangan.
(jobs/ILHAMDI/jbs)