JABARSATU – Sebuah Pertunjukan Longser berjudul “Agustusan Lain Septemberan” digelar Kamis malam 24 Agustus 2017 di Gedung Majestik Braga Bandung. Longser karya/sutradara Herana HMT itu dimainkan Bandoengmooi.
Junjun cs sebagai pemain berhasil mengocok perut para penonton yang memenuhi gedung, bahkan di akhir acara semua penonton ikut “ngibing” bersama para penari Longser.
Menurut Hermana HMT, pertunjukan teater tradisional (Longser) bukan sekedar mengandalkan kelucuan para aktornya. Namun seni ini merupakan paduan yang tidak terpisahkan dengan unsur seni lainnya terutama tari dan musik tradisional yang berkembang di Jawa Barat.
Menurut catatan sejarah, Longser mulai muncul sekitar tahun 1915 atas prakarsa dua orang seniman Bandung benama Aleh dan Karna, selanjutnya dipopulerkan oleh dua tokoh besar longser, Bang Tilil dan Ateng Japar. Pada mulanya Bang Tilil dan Ateng Japar berada dalam satu kelompok, namun entah apa yang terjadi dua sejoli bagai anak dan bapak itu sekitar tahun 1939 berpisah.
Bang Tilil meneruskan kelompoknya dan Ateng Japar membentuk kelompok baru bernama Pancawarna. Kemudian keduanya beriringan, sama-sama membangun longser dengan kesepakatan pembagian wilayah. Pertunjukan Atang Japar ( Panca Warna ) lebih banyak dilakukan di wilayah Bandung Selatan, sedangkan Bang Tilil di wilayah Bandung Tengah.
Dari sekian banyak kelompok longser yang menyemarakan Bandung tempo dulu hingga tahun 1990-an, yang tersisa adalah kelompok Pancawarna yang didirikan 1939 oleh seorang maestro longser benama Ateng Japar. Sesuai dengan arti Pancawarna (panca = lima, warna = rupa/ragam), mendiang Ateng Japar menawarkan lima ragam material, yaitu wawayangan, tari cikeruhan, pencak silat, bodoran/lawakan dan lakon/cerita.
Bandoengmooi selaku penerus Logser Modern berupaya terus konsisten dengan kesenian ini.(jbs/md)