JABARSATU – Sebanyak 126 orang mengirim puisi dalam lomba Menulis Puisi yang digelar Majelis Sastra Bandung, rata-rata mengirim dua dan tiga puisi, itu artinya ada sekitar 290 puisi. Dan dewan juri Matdon, Pungkit Widjaya serta Deddi Koral harus memeras otak untu menentukan siapa empat orang dengan puisi yang mewakili mendapat THR sebesar Rp. 2 Juta.
“Banyak penyair beranggapan bahwa puasa itu mirip dengan puisi. Ada ijtihad untuk menahan rasa lapar dari terbit fajar sampai terbenam matahari untuk puasa. Sedangkan puisi, ada pula ijtihad menahan menuliskan untuk tidak mengularkan kata dengan seenaknya. Lebih dari itu, kemiripannya adalah upaya untuk merasakan derita lapar yang dirasakan oleh orang lain”
Ketika membaca keseluruhan puisi yang dikirim, kebanyakan energi puitika adalah daya ucap terhadap kerinduan atas Ramadhan. Satu per satu puisi dihayati, tak lari dari tema bulan suci ini. Namun, sejumlah puisi yang terpilih adalah olahan mata batin dan mata pena si penulis tentang kondisi sosial negeri ini. Mereka piawai mengolah tema, menulis secara baik kemudian membuat ironi, personifikasi atas hubungan dirinya dan dunia eksternnya yaitu kondisi sosial negeri ini. Secara umum, puisi yang dikirim nampak menunjukan pergulatan antara aku yang mengamati hingga aku yang mengalami.
Dengan kata lain, kondisi sosial negeri ini dalam mata penyair adalah ketimpangan antara rezim, kelas menengah kemudian hoax.
Akhirnya, setelah perdebatan yag cukup sengit, ditentukanlah empat pemenang masing Syarani Fachry/Ciamis ( Ibu Tua), Laila Mei Hari/Cilacap (Politik Kolak), Khoer Jurzani/Sukabumi (Puisi Dayang Sumbi) Dan R. Badul Azis /Bandung (Di Rsetoran Cepat Saji).
Kepada para pemenang, harap mengubungi nomor telpn 0898-4606-895