JABARSATU – Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Bandung Barat mengembangkan lima desa di sejumlah kecamatan sebagai desa wisata. Di samping untuk memunculkan destinasi baru wisata Bandung Barat, program ini juga bertujuan untuk menjaga kearifan lokal masyarakat dan kelestarian alam di desa-desa tersebut.
Kepala Disparbud Bandung Barat Rakhmat Syfi’i menyebutkan, kelima desa wisata itu ialah Desa Rende (Kecamatan Cikalongwetan), Suntenjaya (Lembang), Mukapayung (Cililin), Sirnajaya (Gununghalu), dan Cihanjuangrahayu (Parongpong). Menurut dia, penentuan kelima wilayah tersebut dilakukan berdasarkan hasil kajian dari konsultan.
“Kriterianya itu, antara lain kearifan lokal di desa-desa itu masih tetap terjaga. Akses jalan juga relatif mudah, dan ada sumber airnya. Kemudian dekat dengan destinasi wisata yang sudah ada. Jadi, turis bisa meneruskan berwisata ke desa tersebut,” kata Rakhmat di kantornya, Ngamprah.
Tanpa kehadiran investor, dia menilai, desa-desa tersebut juga masih bisa berkembang. “Yang paling penting, sudah ada keinginan dari masyarakat untuk mengembangkan daerahnya menjadi desa wisata. Misalnya di Suntenjaya. Masyarakat di desa itu sudah punya konsep, bahwa setiap jalan punya suatu ciri khas pohon yang ditanam,” tuturnya.
Kepala Bidang Kepariwisataan Disparbud Bandung Barat, Nunung Sobariah menambahkan, pengembangan desa wisata juga dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar. “Dampak pariwisata itu kan bukan hanya meningkatkan pendapatan asli daerah, tetapi lebih jauh juga ada multiplier effect (efek ganda). Masyarakat sekitar juga bisa ikut memperoleh pendapatan,” katanya.
Guna mempercepat pengembangan desa wisata, lanjut dia, Disparbud Bandung Barat juga memberikan bantuan pembangunan di kelima desa tersebut. Akan tetapi, keterbatasan anggaran yang dimiliki Pemkab Bandung Barat membuat pembangunan di masing-masing desa dilakukan secara bertahap. Pembangunan yang dilakukan, kata dia, di antaranya ialah dengan membangun gapura dan bale riung.
“Yang pertama kami bangun itu di Desa Rende. Kami buat gapuranya, kemudian bale riung. Tahun ini gantian ke Desa Suntenjaya. Jadi, setiap tahun pembangunan dilakukan secara bertahap berdasarkan anggaran yang ada. Untuk Desa Mukapayung, tahun ini juga sedang dibuat detail engineering design-nya,” tuturnya. (PR/JBS/MD)