JABARSATU.- Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Bandung menyambut pernyataan Ketua Panitia Penyelenggara Asian Para Games (INAPGOC) Raja Sapta Oktohari yang membuka peluang Jawa Barat menjadi salah satu lokasi penyelenggaraan Asian Para Games 2018. Bahkan, Kota Bandung mengaku siap mejadi tuan rumah beberapa cabor, karena telah memiliki venue yang representatif dan berstandar internasional.
Kepala Dispora Kota Bandung Dodi Ridwansyah mengatakan, pihaknya selama ini tidak pernah membedakan antara olahraga umum dan olahraga paralimpik. “Kalau atlet difabel di Kota Bandung berkeinginan APG digelar di sini, kami tentu akan mendukung dan menyiapkan semua sarana,” ujarnya saat ditemui di Sekretariat NPCI Kota Bandung, Kamis, 19 Mei 2017.
Meskipun demikian, kata Dodi, pihaknya membutuhkan kejelasan cabor Asian Para Games 2018 apa saja yang akan digelar di Kota Bandung. Dengan begitu, Pemkot Bandung bisa segera menyiapkan venue yang dibutuhkan.
Belajar dari pengalaman Peparnas XV 2016, Dodi mengakui bahwa tidak semua venue merupakan milik Pemkot Bandung. Ketika itu, sejumlah venue memang merupakan milik swasta dan perguruan tinggi.
Untuk venue yang memang milik pemkot, Dodi menjamin pihaknya sudah siap. Salah satunya adalah Stadion Gelora Bandung Lautan Api yang dapat digunakan untuk venue atletik saat Peparnas XV atau lapangan tenis Taman Maluku.
Dodi mengakui bahwa GOR Lodaya yang digunakan untuk cabor bulutangkis Peparnas XV memang belum memadai untuk event skala internasional. “Namun 2018 GOR Bandung sudah bisa digunakan dan itu sangat memadai untuk pertandingan internasional,” ucapnya.
Di sisi lain, semua itu tetap bergantung pada komitmen dari Pemprov Jabar sendiri yang mendapat tawaran langsung dari INAPGOC. “Ini kan terkait penganggaran, apakah akan dibantu Pemprov Jabar atau bagaimana?,” ujarnya.
Sejauh ini, kata Dodi, pihaknya baru berkoordinasi dengan Pemprov Jabar terkait pembenahan stadion GBLA yang akan digunakan untuk cabor sepakbola Asian Games 2018. Namun soal itupun, Dispora Kota Bandung belum mendapat kepastian anggaran pembenahan itu dari mana sumbernya.
“Beberapa waktu lalu Dispora Jabar sudah menanyakan berapa kebutuhan untuk membenahi GBLA, namun baru sebatas itu. Belum ada kejelasan dananya bersumber dari Pemprov atau dari mana,” tutur Dodi.
Terlepas dari mana sumber anggarannya, Dodi menilai pembenahan GBLA akan lebih ideal jika dilakukan sekaligus. Jika setelah dibenahi bisa menjadi venue Asian Games 2018, seharusnya dimanfaatkan juga untuk menjadi venue Asian Para Games 2018.
Sementara itu Ketua NPCI Kota Bandung Adik Fahroji mengaku pihaknya sangat menantikan momen besar seperti Asian Para Games digelar di Kota Bandung. Soalnya hal itu bisa membangkitkan semangat para penyandang disabilitas yang selama ini masih malu dan bersembunyi.
Adik menambahkan, euforia Peparnas XV 2016 saja sudah mampu memunculkan efek pengali yang dahsyat terhadap motivasi kaum difabel untuk berani tampil dan mengekspresikan diri lewat olahraga. “Apalagi efek APG yang diikuti puluhan negara se-Asia,” katanya.
- Selain itu, Adik yakin bahwa gelaran Asian Para Games 2018 bisa memperkokoh Kota Bandung sebagai percontohan sistem pembinaan olahraga difabel di Indonesia. Seperti diketaui, Ketua I NPCI pusat Rio Suseno pun memang pernah mengakui hal itu ketika hadir di Kota Bandung beberapa waktu lalu.(pr/jbs/md)