JABARSATU – Jelang bulan suci Ramadan, warga di beberapa wilayah Kota Cimahi mengeluhkan kelangkaan gas elpiji 3 kilogram sejak beberapa hari terakhir. Kalaupun ada, harganya bisa mencapai Rp 21 ribu sampai Rp 25 ribu per tabung.
Iyan Mulayana (32), warga Sukaresmi, RT01/03, Kelurahan Citerep, Cimahi Utara, mengaku harus keliling ke agen-agen atau warung hanya untuk mendapatkan satu tabung gas.
“Hese pisan (susah banget), ada satu harganya Rp 25 ribu, biasaya saya suka dapat langsung dari agen harganya cuma Rp 18 ribu, tapi sudah beberapa hari ini agen juga kosong terus,” ujar Iyan, saat ditemui di Alun-alun, Kota Cimahi, Jalan Djulaeha Karmit.
Pun demikian dengan Iin (65), warga Jalan Ganda Wijaya, RT03/02, Kelurahan Karang Mekar, Kecamatan Cimahi Tengah. Sudah seminggu terakhir ini Iin mengaku kesulitan mendapatkan gas.
“Hari ini (kemarin) saya mencari gas belum dapat. Tadi subuh saya juga sudah ke Pasar Antri tapi habis, katanya harus jm 3 subuh ke Pasarnya,” ujar Iin.
Tuginah (59) warga Gang Tajudin RT3/1, Kelurahan Karang Mekar, Kecamatan Cimahi Tengah, bahkan sudah menitipkan uang ke warung agar di dahulukan jika ada gas elpiji.
“Tapi kadang datangnya tidak tentu. Ini aja saya sudah dua hari menitipkan uang tapi belum ada gasnya,” ujar Tuginah.
Kepala Bidang Perdagangan, Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Cimahi, Muhammad Sutarno mengatakan, tidak mungkin terjadi kelangkaan gas di Kota Cimahi.
Menurutnya, setiap tahunnya kuota gas elpiji tiga kilogram di Kota Cimahi terus bertambah, pada tahun 2016 saja, Kota Cimahi mendapatkan jatah sekitar 6.399.333 tabung gas, kemudian pada 2017 jumlahnya meningkat sekitar 10 persen menjadi 6.570.333 tabung gas dengan rata-rata 500 ribu tabung gas perbulan.
“Harusnya kuota gas sebanyak itu cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Cimahi yang jumlah penduduk sekitar 600 ribu jiwa,” ujar Sutarno, saat dihubungi melalui sambungan telepon.
Kalaupun masyarakat ada yang mengeluhkan kelangkaan gas di daerahnya, kata Sutarno, hal itu akibat adanya peningkatan pengguna dan pemanfaatan gas bersubsidi yang tidak tepat sasaran.
“Gas tiga kilogram ini kan diperuntukan bagi masyarakat yang memiliki penghasilan Rp 1,5 juta ke bawah. Tapi kenyatannya, banyak masyarakat berpenghasilan lebih yang menikmati gas subsidi tersebut,” katanya. (tj/jbs/md)