Home JabarKini Dedi Mulyadi Dinilai Nyambung

Dedi Mulyadi Dinilai Nyambung

1350
0

JABARSATU – Ketua Majelis Ulama Inonesia (MUI) KH Ma’ruf Amin tampil jadi pembela BupatiPurwakarta Dedi Mulyadi yang selama ini dinilai sejumlah pihak mencampur adukan budaya dan agama atas kebijakan mendirikan sejumlah patung di Purwakarta.

Tidak hanya itu, Dedi juga dianggap terlalu berlebihan karena konsisten mengusung budaya Sunda dalam pembangunan diPurwakarta.

“Justru pak Dedi bisa menyambungkan nilai-nilai agama dengan budaya Sunda. Sebenarnya budaya Sunda dan agama saling mempengaruhi, saling akulturasi,” kata Ma’ruf di Purwakarta belum lama ini.

Kalaupun ternyata terdapat sejumlah tokoh yang masih mempermasalahkan itu bahkan diprediksi mengganjal Dedi dalam pencalonannya di Pilgub Jabar, Ma’ruf menyarankan Dedi agar berkomunikasi intensif dengan mereka.

“Kan bisa diselesaikan dengan baik, saling berdiskusi supaya masalahnya selesai. Jangan terlalu diperdebatkan karena toh bukan masalah rumit,” ujarnya.

Menurutnya, apa yang dilakukan Dedi selama ini sudah sesuai jalur asal Dedi tidak terlalu banyak berijtihad, dan menyerahkan ijtihad pada ahlinya.

“Menurut saya, cara-cara yang dilakukan Dedi harus dibangun, diteruskan sehingga agama dan budaya tidak berbenturan,” katanya.

Bahkan, kata dia, apa yang dilakukan Dedi selama memimpin Purwakarta sudah sejalan dengan paradigma Nahdlatul Ulama (NU). Seperti diketahui, Ma’ruf Amin juga sebagai Rais Aam PBNU.

“Di NU ada dua paradigma, menjaga yang lama memelihara tradisi dan mengambil yang baru selama itu baik. Nah pak Dedi itu sejalan dengan NU,” kata Ma’ruf.

Disinggung soal pencalonan Dedi yang akan digadang-gadang di Pilgub Jabar, Ma’ruf menilai Dedi sudah layak dan memahami karakter Jawa Barat (Jabar). Menurutnya, Jabar memiliki karakter tradisi nilai Sunda dan modernisasi.

“Pa dedi kalau melihat kontruksi Jabar dengan pola geraknya, layak untuk di Jabar. Karena di Jabar itu ya seperti itu, ada kota-kotanya ada desa-desanya yang masih memegang unsur tradisi Sunda. Jadi, baru pak Dedi saja yang bisa menyeimbangkan keduanya,” kata Ma’ruf.

Dedi sendiri mengaku selama ini bersabar menerima tuduhan mencampur adukan dua hal sensitif itu. Ia mengaku telah paham dengan kritikannya, apalagi telah disampaikan sejak 2010, saat massa membongkar sejumlah patung diPurwakarta.

“Saya mah sabar saja. Sudah biasa, saya hanya ingin mempertahankan tradisi Sunda yang sangat memperhatikan ekosistem alam dan hubungan sesama manusia,” katanya.

Dari semua tuduhan yang disematkan padanya, bahkan ia mengaku telah menciptakan banyak lagi. “Dari berbagai tuduhan itu, malah saya terinspirasi membuat lagi, sekarang ada sekitar 70-an lagu yang saya buat,” kata Dedi seraya tertawa. (tj/jbs/md)