JABARSATU – Bupati Bandung Dadang M Naser berencana untuk memindahkan SDN 7 dan 10 yang berada di Kampung Bolero, Desa Dayeuhkolot, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung. Pasalnya, kedua sekolah tersebut sering terdampak banjir luapan Sungai Citarum.
Menurut Dadang sedianya, komite kedua sekolah tersebut meminta agar bangunannya ditingkatkan agar tak terendam banjir. Namun, kata bupati, lebih baik kedua sekolah tersebut di relokasi ke lahan dekat markas Yon Zipur yang berada tak jauh dari situ.
“Supaya di sana menjadi komplek sekolah sekalian,” kata Dadang di hadapan awak media saat meninjau kondisi pasca-banjir Dayeuhkolot di SDN 7 Bolero.
Bupati yang diusung oleh partai Golkar itu mengatakan akan segera berkoordinasi dengan komandan Zipur terkait relokasi kedua sekolah tersebut. “Sifatnya akan dikerjasamakan dengan pengembang, mudah-mudahan ke depannya di Zipur akan menjadi danau juga, jadi pemandangan,” katanya.
Ia tak menapik jika sejumlah sekolah di Kabupaten Bandung tergenang oleh banjir ketika Citarum mengamuk, seperti di SDN 1 Andir di Baleendah atau SMPN 1 di Bojongsoang. “Tapi kedua SD ini yang paling parah karena letaknya yang berada di bantaran Citarum,” katanya.
Sebelumnya, Dadang meninjau ke lokasi pengungsi di Mesjid As Shofia kemudian meninjau lokasi SDN 7 & 10 di Kampung Bolero. Dalam kesempatan itu, warga dibantu aparat TNI dan SKPD terkait membantu membersihkan endapan lumpur di RW 10, Kampung Bolero.
Saat ini bupati dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Sungai Citarum tengah mencari solusi permanen pengentasan banjir di wilayah Kabupaten Bandung. “BBWS sebagai kewenangan milik Sungai Citarum, akan mengkoordinasikan pintu-pintu air sehingga air yang meluap tidak akan menggenangi pemukiman warga,” katanya.
“Saya merasa sangat kasihan kepada anak-anak sekolah yang setiap air meluap pasti menggenangi aekolahnya dan lumpur masuk ke sekolah,” ujarnya.
Dadang mengatakan penyelesaian banjir ini harus kompeherensif dari hulu ke hilir. Kolam retensi yang dibangun di Cieunteung pun sepertinya belum optimal karena sedimentasi, jika tak ada perbaikan sari hulu sampai hilir.
“Ini yang berat, kalau bekerja sendiri Pemkab Bandung tidak bisa berbuat apa-apa,” katanya.(TJ/JBS/MD)