JABARSATU – Kepala Badan Intelijen Negara Daerah (Kabinda) Jawa Barat, Dani Gautama menyatakan, konsep radikalisme pada awal kelahirannya bersifat positif untuk memperjuangkan kemerdekaan. Namun saat ini radikalisme berkesan negatif seperti upaya pemaksaan kehendak atau pendapat dengan cara kekerasan.
“Seperti pada tahun 1918 muncul Radicale Concentratie dengan penggerak Boedi Utomo dan Syarikat Islam (SI) yang tuntutannya ingin membentuk parlemen dengan wakil-wakilnya dari kalangan rakyat,” kata Dani Gautama di hadapan peserta pelatihan kader ulama MUI Jabar, Kamis 6 April 2017.
Menurut Dani, Indonesia mewaspadai adanya dua aliran radikalisme yaitu radikalisme kiri seperti komunisme, sosial demokratik, anti neokapitalisme dan anti neo liberalisme. “Indonesia juga mewaspadai adanya radikal kanan yang berbasis keagamaan seperti Alqaidah, ISIS, dan Aljamaah Al Islamiyyah,” katanya.
Maraknya radikalisme, kata Dani, bisa dicegah dengan pendidikan agama yang benar sejak anak-anak. “Sejak SD/MI harus diajarkan ajaran agama yang luas, tidak eksklusif, dan penuh toleransi,” ujarnya dalam acara yang dihadiri Ketua Umum MUI Jabar KH. Rachmat Syafei, Ketua Umum MUI Kota Bandung KH. Miftah Faridl dan Sekretaris Umum MUI Jabar Rafani Achyar.(PR/JBS/MD)