JABARSATU – Warga dua desa di Kecamatan Gununghalu dan Rongga, Kabupaten Bandung Barat membangun jembatan gantung secara swadaya untuk menunjang akses perekonomian mereka. Pembangunan secara swadaya ini dilakukan lantaran bantuan dari pemerintah daerah tak kunjung datang.
Jembatan bambu sepanjang 24 meter dengan lebar 1,5 meter yang membentang di atas Sungai Cidadap itu menghubungkan Kampung Leuwibaru, Desa Sindangjaya, Kecamatan Gununghalu dan Kampung Bolenglang, Desa Cicadas, Kecamatan Rongga. Dana pembangunan jembatan ini berasal dari para donatur dan relawan yang digalang melalui media sosial.
Tokoh masyarakat setempat, Abah Aji (68) menuturkan, pembangunan jembatan gantung tersebut dilakukan sejak tiga bulan terakhir. Menurut dia, ada sekitar 600 keluarga yang kerap menggunakan jembatan tersebut untuk beraktivitas sehari-hari.
“Jembatan ini pertama kali dibangun sekitar 17 tahun lalu. Sejak rusak, banyak warga yang terperosok,” katanya.
Pada 2008, menurut Aji, jembatan tersebut diperbaiki dengan dana patungan dari warga setempat. Perbaikan dilakukan pada badan jembatan yang terbuat dari bambu dengan bentangan kabel besi sebagai penyangganya.
Warga sebenarnya sudah berupaya meminta bantuan pemerintah setempat agar dibangunkan jembatan yang lebih kokoh dan permanen. Namun, hingga kini aspirasi masyarakat itu tak direspons oleh Pemkab Bandung Barat.
“Tahun 2013 lalu, Bupati Abubakar datang ke kampung kami untuk meresmikan masjid dan sempat menggunakan jembatan ini. Katanya, dia akan membangun jembatan yang lebih layak,” ujar Aji.
Sejak saat itu, lanjut dia, memang kerap datang tim berseragam PNS mengendarai mobil pelat merah dan mengaku orang pemerintah kabupaten. Mereka mendata, mengambil gambar dan bertanya mengenai kondisi jembatan.
Namun, tahun-tahun berganti, tetapi jembatan tak kunjung diperbaiki. Banyak warga yang jatuh ke sungai akibat jembatan yang sudah rusak. Bahkan saat hujan deras, permukaan sungai nyaris menyentuh badan jembatan.
Tak percaya dengan janji pemerintah, akhirnya warga berinisiatif menggalang dana. Penggalangan dilakukan melalui media sosial serta lembaga lain, sementara warga setempat mengumpulkan bahan bangunan dari sekitar Sungai Cidadap.
“Pasir diperoleh dengan cara menyelam ke dasar sungai diangkut menggunakan pelampung ban dalam dan batu didapat setelah membelah cadas,” katanya.
Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat Trapawana Jawa Barat David Riksa Buana menilai, keinginan warga dua kecamatan di selatan Bandung Barat ini sebetulnya sederhana. Mereka hanya ingin roda perekonomian dan akses pendidikan masyarakat tak terganggu aksebilitas buruk.
“Mereka hanya ingin jembatan aman saat dilalui pejalan kaki maupun kendaraan pengangkut hasil kebun,” tuturnya.
Saat ini, kata dia, sumbangan kolega dan dermawan yang dihimpun lembaganya diharapkan mampu memenuhi keinginan warga yang mengandalkan hasil kebun sereh wangi dan sayuran ini. Sedikitnya 21 sak semen dan Rp 33 juta dari dermawan bisa membangun fondasi dan rangka jembatan.
“Melalui medsos dan kolega sumbangab sudah terkumpul untuk fondasi jembatan, sementara tenaga kerja dari masyarakat setempat,” katanya.(PR/JM/MD/JBS)
Banyaknya deretan artis nasional yang diajukan untuk menjadi calon anggota legislatif menjadi sorotan. Menurut Adrian Wijanarko, Direktur Penelitian Paramadina Public Policy (PPPI), pencalonan tokoh...