Home Bisnis & Ekonomi Survei Nielsen Sebut 53% Warga Dunia Merasa Kuper Bila Jauh dari Telepon...

Survei Nielsen Sebut 53% Warga Dunia Merasa Kuper Bila Jauh dari Telepon Genggam

1242
0

Dalam dunia yang semakin mondial dimana berita, belanja ritel, perbankan dan hiburan tersedia selama 24/7 pada berbagai perangkat mobile, rasa takut ketinggalan (Fear Of Missing Out/FOMO) atau yang istilah gaulnya kuper adalah fenomena yang masuk akal.

Berdasar Nielsen Mobile Shopping, Banking and Payment Report yang dirilis beberapa hari lalu, 53% konsumen global mengatakan bahwa mereka merasa tidak tenang jika berada jauh dari perangkat mobile mereka. 56% menyatakan tidak dapat membayangkan hidup tanpa perangkat mobile, dan 70% menyatakan perangkat mobile membuat hidup mereka menjadi lebih baik. Dua pertiga responden global setuju bahwa interaksi tatap muka saat ini digantikan oleh interaksi melalui elektronik, namun itu mungkin tidak jadi masalah karena hampir setengah (47%) mengatakan bahwa mereka lebih suka berkomunikasi dengan teks daripada berbicara langsung.

Selain telah mentransformasi cara berkomunikasi dan cara untuk tetap terhubung satu sama lain, mobile juga telah merevolusi dunia ritel dan perbankan dengan memasukkan layanan keuangan kepada sekitar 2 juta konsumen yang tidak memiliki rekening bank di seluruh dunia. Pertumbuhan akses pembayaran tanpa uang tunai diperkirakan akan menciptakan tambahan belanja konsumen sebesar USD10Triliun dalam sepuluh tahun mendatang, demikian menurut The Demand Institute, yang dioperasikan bersama oleh Nielsen dan The Conference Board.

“Mobile commerce memiliki implikasi yang sangat besar pada keseluruhan ekosistem ritel,” kata Stuart Tagg, Financial Services Leader, Nielsen Eropa. “Perangkat mobile tidak hanya membawa konsumen baru ke ekonomi yang modern dan terhubung, tapi juga memberikan pengalaman yang dapat lebih personal, karena produk dan jasa dapat lebih disesuaikan dengan perilaku, kebutuhan dan preferensi konsumen. Namun untuk mendorong penerimaan dan penggunaan harus dimulai dengan pemahaman yang mendalam mengenai bagaimana konsumen berbelanja dan bertransaksi dalam dunia digital, dan kemudian menggunakan pemahaman itu untuk merancang strategi-strategi seputar kebiasaan dan preferensi mereka.”

Temuan kunci dari survey Nielsen Mobile Shopping, Banking and Payment Report adalah sbb: Pertama secara global, perangkat mobile adalah ‘teman belanja’ yang sangat diperlukan untuk membandingkan harga (53%), mencari informasi tentang produk (52%), membuat keputusan belanja yang lebih baik (42%), membuat perjalanan belanja menjadi lebih cepat atau lebih efisien (41%) dan membeli produk (38%). Di seluruh dunia, 38% responden mengatakan bahwa mereka membeli produk atau jasa menggunakan perangkat mobile dalam enam bulan terakhit, dan 34% mengatakan bahwa mereka telah menggunakan aplikasi mobile untuk melakukan pembelian pada periode yang sama. Setengah responden di Cina (50%), dan sekitar setengah di India (49%), Korea Selatan (47%) dan Vietnam (46%) mengatakan bahwa mereka membeli produk atau jasa menggunakan perangkat mobile dalam enam bulan terakhir.

Kedua, secara global, aktifitas perbankan mobile seperti mengakses informasi rekening (47%) dan membayar tagihan (42%) adalah yang lebih umum dilakukan dibandingkan dengan mentransfer uang antar bank (36%). Negara-negara dengan tingkat tertinggi dalam penggunaan perbankan mobile termasuk Cina, Afrika Selatan, Venezuela, India dan Swedia.

Ketiga, di seluruh dunia, hanya sedikit diatas seperempat responden (27%) yang mengatakan bahwa mereka sangat mungkin melakukan transaksi perbankan hanya melalui aplikasi mobile. Transaksi yang dilakukan hanya melalui perangkat mobile paling populer di negara-negara berkembang dengan populasi penduduk tanpa rekening bank (unbanked population) yang besar, dengan tingkat tertinggi di India (46%), Indonesia (37%), Meksiko (34%) dan Turki (34%).

Dan terakhir, hanya 28% responden global yang sangat mungkin menggunakan pembayaran melalui perangkat mobile di bar, restoran atau toko ritel, dengan tingkat tertinggi di India (46%) dan Cina (45%). |jbR/red