JABARSATU – Aksi pemukulan terhadap sopir angkutan kota di Bandung oleh Walikota Ridwan Kamil, sangat disayangkan. Selain tidak pantas dilakukan oleh seorang pemimpin, aksi kekerasan itu juga menunjukkan kegagalan komunikasi seorang pemimpin terhadap warganya.
Menurut pengamat komunikasi politik dari Universitas Indonesia (UI) Ari Junaedi, aksi main pukul Walikota Bandung Ridwan Kamil selain sangat memalukan juga menggambarkan arogansi seorang pamong terhadap warganya yang harusnya dilindungi. Padahal, sebagai tokoh publik, Ridwan Kamil harusnya mengedepankan langkah persuasif ketimbang main otot.
“Dalam era keterbukaan, kasus-kasus kekerasan yang dilakukan seorang pemimpin akan cepat diketahui oleh publik, sehingga publik bisa mengetahui perilaku aslinya,” ujar Ari Junaedi dalam keterangan tertulis, Senin (21/03/2016).
Menurut pengajar pada Program S1 dan S2 UI ini, media harusnya lebih obyektif dalam memberitakan kondisi warga yang sebenarnya dan perilaku serta watak asli pemimpin.
“Terlambatnya pengungkapan kasus narkoba yang melibatkan Bupati Ogan Hilir bisa jadi karena tertutupnya pemberitaan media. Demikian juga dengan gegap gempitanya pemberitaan Ridwan Kamil, bisa jadi hanya chasing dan pencitraan semata,” tutur Ari.
Ari menambahkan, kasus pemukulan yang dilakukan Ridwan Kamil makin jelas memperlihatkan watak asli seorang pamong yang ternyata tidak mampu mengayomi warganya.
“Perilaku salah harusnya mendapat arahan dan sikap yang bijak. Bukan main gampar sekalipun itu dilakukan oleh seorang walikota. Di mata hukum, tukang becak, sopir angkot, walikota, gubernur bahkan presiden sama di mata hukum,” pungkas Ari Junaedi.(RN/JBS)