Home JabarKini Nabi itu Revolusi Moral Bukan Revolusi Mental

Nabi itu Revolusi Moral Bukan Revolusi Mental

1304
0

Screenshot_2016-01-09-00-23-37-1
JABARSATU – “Tidaklah kami diutus melainkan untuk menyempurnakan akhlaq mulia”

Demikian satu ungkapan baginda Rasulullah SAW sebagaimana diriwayatkan
Imam Bukhari dalam shahih Bukhari kitab adab, Baihaqi dalam kitab syu’bil Iman dan Hakim.

Hadist ini disebut-sebut sebagai tonggak revolusi Nabi dalam menjalankan misinya membumikan perilaku terpuji. Dengan kata lain, perubahan besar di bidang moralitas adalah prioritas Nabi. Sedangkan perubahan mental hanya bagian kecil di dalamnya.

Adakah hubungan revolusi moral dengan revolusi mental? Berikut wawancara kami dengan Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Tasikmalaya H. Edeng ZA di Singaparna, Tasikmalaya Jumat, (08/01).

Bisa diuraikan revolusi ala Nabi Muhammad SAW itu seperti apa?

Kan dalam diri kita itu ada intelektual, ada mental ada spiritual. Oleh Rosulullah disempurnakan menjadi moral . Jadi revolusi moral ini sebetulnya dioperasionalkan dalam kehidupan sehari-hari betul-betul orang yang beriman itu dasarnya lilahi taala dan tujuannya Allah orientasinya akhirat. 23 tahun seorang rosul apalagi kita. Tapi sekecil apapun kalau kita memang mulai berbuat dalam hal apapun yang paling benar berangkatnya lillah.

Bagaimana praktiknya?

Itu bisa dimulai dalam kehidupan sehari-hari contohnya menggosok gigi itu ada anjurannya dari Allah. Kemudian manfaatnya untuk diri sendiri gigi kita sehat, untuk orang lain nafas kita terasa harum. Itu dibiasakan dulu terus baru diberitahu ini (gosok gigi) ternyata perintah Allah. Karena perintah Allah maka harus dimulai dengan bismilah. Kita berangkat la haula wala quwata illa billah karena atas nama Allah. Karena kalau kita tidak punya kekuatan ya kita tidak bisa gosok gigi kemudian dengan cara cara yang dibenarkan, pasta gigi yang halal tidak ada unsur najis dan lain sebagainya. Dan itu juga sebagai rasa syukur.

Nah hal-hal kecil seperti ini kalau dimulai diberitahukan dididik kepada anak dididik dan dibiasakan itu akan menjadi moral seseorang.

Jadi revolusi mental tidak cukup dong?

Menurut saya tidak cukup. Yang jago mental kan Firaun, spiritualnya kurang, intelektualnya kurang. Kan intelektual Firaun itu Haman. Dia punya mental yang sangat berbaja kalau ingin sesuatu Haman yang di suruh. Haman coba bikin Tower agar kami lihat Tuhannya Musa. Jadi sebetulnya mental itu cuma sepertiga. Makanya dalam diri kita ada mental, punya spiritual punya intelektual nah disatukan oleh Rosul gerakan itu semua dengan dasar Lillah atau Tauhid jadilah revolusi moral. Begitu.

Jadi sebetulnya apa inti dari hadis Nabi tentang menyempurnakan akhlaq itu?

Ya jadi liutammima makarimal akhlaq itu bukan merubah dari jelek menjadi bagus tapi dari bagus niatnya lilahitaala seperti menyumbang bagus kan, membantu orang itu akhlaqul karimah kan, nah tidak sempurna dalam Islam kalau niatnya tidak lilahitaala misal karena hanya ingin dapat dukungan, dapat simpati, sanjungan dan sebagainya itu No Way, sama saja orang kafir yang berbuat kebajikan.

Berarti Pak Jokowi salah menerapkan istilah dong, revolusi mental bukan revolusi moral?

Ya mudah mudahan apa yang dilakukan Pak Jokowi ya mungkin mental dulu nanti intelektual nanti spiritualnya baru ke moral. Kalau rosul kan bimbangan Allah jadi langsung revolusi moral. Pak Jokowi sebagai presiden ah mental dulu lah baru intelektual baru spiritual, ya mudah-mudahan lah. (tyo/red)

Previous articleSudirman Said Kembali Lakukan Blunder Terselubung
Next article2016, Persib Pertajam Skill Bersama Intermilan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.