JABARSATU – Pagelaran Tasik Motekart 2015 telah usai. Puncaknya dirayakan pada malam pergantian tahun 2016, Kamis lalu. Kendati telah berlalu, sejumlah pengunjung masih nampak hilir mudik keluar masuk area komplek Pemkab Tasikmalaya.
Rupanya pesona Menara Eifel bambu setinggi 35 meter yang menjadi penyebabnya. Warga pun masih antusias mengunjunginya untuk sekedar nongkrong dan foto – foto terutama malam hari.
Sebut saja Susan (29), warga Gobras Kota Tasikmalaya itu mengaku bangga dengan keberadaan menara Eifel tersebut.
“Asyik bisa ajak keponakan ke sini. Saya kaget gak kepikiran ada Eifel di Tasik. Banyak sih (replika) tapi gak segede ini,”curhatnya kepada jabarsatu.com ditemui di lokasi.
Ia berharap menara Eifel ini dapat tegak berdiri setiap hari. Harapan lainnya, tahun depan terdapat suguhan yang lebih fantastis dibanding sekarang.
“Asyik dipajang tiap hari, dekat dan terjangkau,” harapnya sambil curhat ingin terbang ke Prancis.
Pengunjung lainnya Dicky (35) pun berargumen senada. Warga Singaparna itu menilai Menara Eifel bambu tersebut bagian dari lahan kreatifitas seniman sunda.
“Bagus dan unik buat seru-seruan. Berarti orang sunda itu reatif,”katanya.
Nada berbeda diutarakan seorang ibu muda yang enggan ditulis namanya. Ia justru menganggap kreatifitas tersebut tidak lahir dari nurani. Ia beralasan karena menara Eifel bambu itu hasil plagiat dari Eifel Prancis.
“Tapi terlalu plagiat tidak mencerminkan negara sendiri. Apa aja yang Indonesia banget gitu. Misal Monas dari bambu. Ini kan Prancis banget, “ungkapnya sambil asyik berselfi ria. (Tyo)