JABARSATU – Beragam pementasan dan pameran dihadirkan dalam perhelatan festival seni budaya ‘Tasik Motekart’ mulai dari kesenian tradisional hingga modern.
Namun pemandangan unik justru nampak saat warga melintasi gerbang berbentuk menara Eifel Prancis yang terbuat dari bambu. Ketinggiannya mencapai 35 meter dengan jumlah bambu kuning sekitar 1000 batang.
Panitia penyelenggara Tasik Motekart, Muhajir Salam menuturkan bahwa menara bambu tersebut bukan semata pajangan unik melainkan memiliki akar sejarah yang sangat penting khususnya di Tasikmalaya.
“Tahun 1898 tegesna 117 tahun katukang, karuhun urang di Tasikmalaya ngadegkeun menara Eifel saluhur 35 meter. Nu dijieun tina awi. Ieu simbol jadi momentum keur ciciren Tasikmalaya maju di widang kerajinan,”terangnya kepada Jabarsatu.com di Singaparna, Minggu, (27/12).
Lebih dalam ia menceritakan bahwa sejak saat itu atau kurang lebih 40 tahun setelahnya tidak kurang dari dari 300 pis kerajinan topi tembus ekspor ke dataran Eropa melalui jalur Prancis.
Selain itu, sambungnya lagi, kerajinan lainnya pun berhasil menembus pasar ekspor dunia seperti ekspor ke Afrika, Amerika dan belahan negara lainnya.
Ditegaskannya bahwa akar sejarah itulah yang sejatinya diketahui kalangan generasi muda saat ini. Karena hal itu merupakan warisan budaya yang amat kaya dan mustahil dusta.
“Lamun kuring salah nyieun menara, meureun karuhun oge salah mikeun titinggalan budaya jeung peradaban teh, “tandas pendiri Soekapoera Institute itu. (tyo).