JABARSATU – Nilai tukar rupiah sudah mengalami depresiasi hingga 14,3 persen sejak awal tahun 2015. Tekanan terhadap rupiah diprediksi masih akan terus berlanjut hingga akhir tahun 2015.
Ekonom PT Bank UOB Indonesia Ho Woei Chen mengatakan nilai tukar rupiah kini sudah berada pada titik terendah dalam 17 tahun terakhir.
Ia memperkirakan rupiah akan terdepresiasi kembali pada kuartal IV karena melemahnya sektor komoditas saat AS menyesuaikan suku bunga.
“Kami meningkatkan perkiraan pada kuartal IV nilai tukar rupiah 14.700 per dolar AS dari 14.000,” kata Ho Woei Chen dalam keterangannya seperti dikutip dari Antara, Minggu (20/9/2015).
Ho Woei berharap Bank Indonesia mengambil kebijakan yang sejalan dengan Bank Sentral AS agar rupiah tidak semakin terdepresiasi.
“Dengan Fed (Bank Sentral AS) melakukan penyesuaian suku bunga, berbagai kebijakan yang dilakukan BI untuk menurunkan suku bunga akan meningkatkan tekanan pada rupiah. Sedangkan menaikkan suku bunga akan memicu inflasi dan melemahkan prospek pertumbuhan domestik” kata dia.
Terkait keputusan Bank Indonesia mempertahankan tingkat suku bunga acuan di level 7,5 persen dengan suku bunga deposit facility 5,5 persen, ia menilai hal itu sudah sesuai dengan konsensus dan prediksi pelaku usaha.
Sementara itu, Ho Woei Chen mengatakan data ekspor dan impor pada Agustus 2015 menunjukkan angka penurunan yang terjadi selama 11 bulan berturut-turut, tetapi menunjukkan angka yang lebih baik daripada perkiraan.
Sebelumnya, pada Kamis (17/9) Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia kembali memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan ketujuh kalinya secara berturut-turut di level 7,5 persen dengan suku bunga deposit facility 5,5 persen dan lending facility pada level 8 persen.
Keputusan tersebut sejalan dengan upaya membawa inflasi menuju pada kisaran sasaran sebesar 4 plus minus satu persen di 2015 dan 2016 serta sebagai bagian dari langkah Bank Indonesia dalam mengantisipasi kemungkinan kenaikan suku bunga kebijakan Bank Sentral AS.(ant/rm/JBS)