JABARSATU.COM – Kota Bandung telah memulai proses revitalisasi infrastruktur dalam menyambut Konferensi Asia Afrika (KAA) 24 April 2015. Tahap pertama adalah perbaikan trotoar di kawasan Asia Afrika yang dilakukan sejak awal Maret.
Pengerjaan tersebut membuat 70 tiang bendera yang terletak di depan Gedung Merdeka serta sisi bagian kanan gedung terpaksa dirubuhkan. Hal ini pun membuat kecewa berbagai kalangan, termasuk pelaku sejarah Kota Bandung.
Sebut saja Abah Abah Landoeng, ia menyayangkan adanya aksi pembongkaran tiang bendera. Menurutnya, tiang bendera merupakan saksi bisu pemersatu negara Asia Afrika pada 1955. Bersama sejumlah pemuda Bandung, dia turut memancangkan tiang bendera tersebut.
Bersama rekan-rekan lain, ikut mengecat dan menancapkan bendera. Sekarang sudah tidak ada, sedih, ujar saksi mata sejarah ini.
Hal senada diungkap seniman Abah Nanu Muda. Menurut dia, sebaiknya pemerintah mau mengajak pelaku sejarah duduk dalam satu meja terkait penurunan tiang bendera.
Pembongkaran tiang bendera dinilai menyinggung pelaku sejarah serta menghilangkan nilai-nilai sejarah KAA. Mas Nanu menyatakan, dirinya sangat prihatin dengan dibongkarnya tiang bendera yang berada di sisi kanan Gedung Merdeka atau yang berada di Jalan Cikapundung Timur.
“Tiang bendera merupakan artefaknya Kota Bandung. Dan mengingatkan ke Walikota Bandung, hal-hal yang seperti ini jangan disentuh dan jangan diubah,” kata Mas Nanu, kepada wartawan usai menggelar ruwatan di Halaman Gedung Merdeka.
Menurut Nanu, tiang bendera di Gedung Merdeka miliki nilai kearipan lokal serta melambangkan kekokohan negara dan bangsa yang menjadi suatu kekuatan lambang negara.
“Kalau lambang negara saja di rusak, berarti telah merusak tatanan kenegaraan. Harapannya pemerintah sadar dan mengembalikan ke posisi semula,” tuturnya
Sementara itu Kepala Museum Konferensi Asia Afrika (KAA) Thomas membenarkan, penurunan tiang bendera telah sesuai dengan prosedur yang telah diperbincangkan oleh Pemkot Bandung, Pemprov Jabar, dan Kementerian Luar Negeri.
“Saya melihatnya, Indonesia sebagai tuan rumah harus memperlihatkan penyambutan yang baik. Pimpinan kita dari Pemkot, Pemprov dan Kemenlu memiliki kebijaksanaan melihat masalah ini. Enggak mungkin mereka ini mempertaruhkan citra kita” kata Thomas.(JBS/MD)