Home JabarKini Kisah Jeihan Sukmantoro (Bagian 5): Mari “Gila” Seperti Jeihan

Kisah Jeihan Sukmantoro (Bagian 5): Mari “Gila” Seperti Jeihan

3307
0

Jika anda ingin sukses dalam kegilaan, belajarlah gila dari pelukis ternama Jeihan, karena dengan kegilaannya itu Jeihan kini menjadi pelukis terkaya di Indonesia (paling tidak – demikian – pengakuannya). Jeihan Sukamantoro – adalah seniman yang pandai memenej kegilaan, sehingga ia sangat tahu cara gila yang baik dan benar.

***Untitled

Oleh : Matdon

Setidaknya anda bisa menemukan berbagai kegilaan yang dilakukan Jeihan sejak ia masih kecil hingga saat ini, maka bacalah buku “Jeihan; Ambang Waras dan Gila“ yang ditulis Prof.Dr,.Jacob Sumardjo (Jeihan Institue; 2007). Buku dengan tebal 416 halaman
“Kalau tidak sekolah, besarnya mau jadi apa?“, pertanyaan itu dilontarkan temannya bernama Soedjono saat Jeihan remaja. Pertanyaan itulah yang kemudian membuat Jeihan marah karena merasa dilecehkan, bayangkan teman-teman seusianya sudah masuk SMP ia sendiri tidak sekolah. Ia ingin sekolah tapi mana mungkin masuk SD usia 14 tahun?.
Jeihan kemudin belajar membaca untuk masuk sebuah SMP extenion. Disanalah kegilaan itu muncul, ia sering membolos dengan alasan guru-gurunya bodoh, kenakalan dan kegilannya makin subur saat masuk SMA, ia tetap menilai gurunya bodoh, karena itu ia lebih menghabiskan untuk melukis dan berteater daripada masuk sekolah.
Begitupun ketika masuk ITB tahun 1960 dimana ITB menjadi penting bagi kesenimanannya, di ITB pun ia menilai dosen dosennya terlalu romantis. “Edan itu perlu dalam hidup, kalau mimpi saja takut, bagaimana bisa menjadi kenyataan“ ujar Jeihan soal kegilannya itu.
Kesimpulan soal bagaimana gilanya Jeihan, memang anda harus membacanya buku ini secara perlahan, untuk kemudian boleh menyimpulkan sendiri tentang arti gila dan waras.
Dalam buku ini Jacob berhsil “menjual judul“ sehingga menarik pasar, padahal sebenarnya buku ini hanyalah perjalanan sosok manusia seperti pada umumnya, namun kemudian jika Jeihan yang ditulis dengan judul „Ambang Waras dan Gila, maka buku ini menjadi lain, menarik untuk disimak. Seperti disampaikan KH.A.Musafa Bisri dalam pengantranya “Seandainya Jacob Sumardjo sama gilanya dengan tokoh Jeihan mungkin buku ini tidak wujud, atau kalaupun wujud, tidak akan segila ini“.

Waras dan Gila?jeihan11

Acep ZamZam Noor dan Prof. Sutardjo Wiramihardja, sama-sama mengakui kegilaan Jeihan, sifat gilanya sangat difahami oleh hampir semua seniman di Indonesia, Buku ini benar-benar mempertaruhkan batasan-batasan gila dan waras.
Kegilaan dimaknai sebagai ketidakmampuan psikologis untuk patuh pada disiplin dan kaidah-kaidah sosial masyarakat. Sedangkan kewarasan disyaratkan oleh kemestian bahwa ia adalah manusia sosial. Namun, ada sejenis ketidakwarasan yang muncul dan memang diniatkan untuk melawan kaidah-kaidah umum. Ia hendak keluar dari kategori kewarasan yang melulu berupa kepatuhan pada kaidah-kaidah tersebut. Ia hendak keluar dan membuat kaidah bagi dirinya sendiri.

Buku “Jeihan, Ambang Waras dan Gila”. Biografi yang ditulis dalam bentuk esei yang segar ini saya rekomendasikan untuk menjadi buku panduan bagi seniman atau calon seniman tentang bagaimana mengelola kegilaan menjadi sebuah potensi. Atau paling tidak, bagaimana menjadi orang gila yang baik dan benar. Bahkan bukan hanya seniman atau calon seniman, siapapun yang merasa dirinya gila atau mempunyai benih-benih kegilaan bisa bercermin dan belajar pada buku ini.
Masih banyak buku tentanga Jeihan Jeihan, Gambar, Bunyi. “Bukuku Kubuku”, Aura Jeihan Dll

Kegilaan itu sesekali ia teriakan seperti ini: “Sekarang saya pelukis paling kaya di Indonesia, pelukis nomor satu, saya orang hebat,“.
Jeihan adalah seniman yang menyadari kegilaan itu, sehingga ia bermukim pada sebutan dirinya sebagai seorang yang selalu melawan dalam kehidupan dengan masyarakat. Ia sendiri merasa yakin sebagai reinkarnasi dari seorang pembesar keraton Kartasura yang hidup di abad ke-18. Buku ini – sekali lagi – adalah sebuah biografi psikologis, unik dan menarik, gila dan waras, asyik dan perlu. Jika anda sudah membaca buku ini kemudian tidak percaya dengan kegilaan Jeihan.
Masih ingat ketika Jeihan menjual lukisannya dengan harga fatnatstis?, itu lantaran kata Jeihan, “Kalau ada pelukis edanm pasti ada pembeli edan juga”.
Menurut jeihan, hidup waras itu adalah manipulasi orang-orang gila, hidup waras adalah hidup yang mengikuti cara berpikir umum tentang apa yang disebut waras, dan yang disebut waras itu sendiri adalah kesepakatan budaya suatu masyarakat.

Gila kan?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.