JABARSATU.COM – Gas elpiji ukuran 3 kg atau si melon terancam semakin langka. Hal itu seiring dengan kebijakan PT Pertamina yang menaikan harga gas elpiji ukuran 12 kg sebesar Rp 5000/tabung.
Pengamat ekonomi dari Universitas Pasundan Bandung, Acuviarta Kartabi mengatakan, kenaikan harga gas elpiji 12 kg akan sangat berpengaruh terhadap gas elpiji 3kg. Tidak menutup kemungkinan gas elpiji 3kg akan semakin langka. Terlebih akan banyak masyarakat yang beralih dan menggunakan gas elpiji 3kg.
“Setiap kenaikan gas elpiji 12 kg itu akan disusul dengan migrasi, sebelum kenaikan saja, sudah terjadi migrasi ke lpg 3kg. Apalagi ini naik Rp 5000/tabung,” jelas Acuviarta, Senin (2/3/2015).
Menurutnya, saat ini kelangkaan si melon pun sudah terjadi di beberapa daerah di Jawa Barat. “Kalau konsumen gas elpiji 12 kg loyal ya kita tidak terlalu khawatir, tapi masalahnya banyak yang ga loyal. Ini berpotensi meresahkan konsumen gas elpiji 3kg karena terjadi migrasi tadi,” jelasnya.
Dalam hal itu, lanjutnya, pemerintah harus menyiapkan skenario pengendalian jika terjadi kelangkaan pada gas elpiji 3kg. Sehingga hal tersebut tidak meresahkan masyarakat. Begitu juga dengan Pertamina, Pertamina harus melakukan penambahan pasokan.
“Kalau pasokan gas elpiji 3 kg tidak ditambah, maka akan meresahkan konsumen 3kg. Itu yang kita khawatirkan,” katanya.
Lebih lanjut Acuviarta pun mengatakan, pengguna 12 kg tidak hanya pelanggan rumah tangga saja, tetapi pelanggan industri menengah pun banyak yang menggunakannya. Begitu juga perhotelan, perdagangan dan restoran. Termasuk para pelaku UKM. Sehingga hal itu akan berdampak pada kenaikan harga beberapa komoditas kebutuhan pokok masyarakat.
“Saya kira efeknya akan sangat besar terhadap kenaikan harga komoditas lainnya, padahal posisi saat ini harga premium pun naik, listrik naik, beras naik. Jadi ini tidak hanya berdampak ke migrasi saja, tapi berdampak juga pada harga harga komoditas,” katanya.(JBS/GM/MD)